“Baiklah. Saya akan menantikan hari itu,” ujar Li Jihyun mantap. “Tapi yang mulia jika rencana saya berhasil anda harus mengabulkan keinginan saya,” pinta Li Jihyun membuat Long Jian menatapnya serius.
Gadis ini …. apa dia berniat menantangku? Batinnya tersenyum remeh. Li Jihyun sudah tau jika Long Jian adalah orang yang hobi bertaruh. Mungkin karena selalu dikelilingi oleh keberuntungan membuatnya sombong. Seperti yang sebelumnya, dia takkan pernah sulit mendapatkan sesuatu. Jadi baginya tantangan Li Jihyun adalah sebuah permainan kecil. Dan Li Jihyun yang sudah berpengalaman pun memanfaatkan kesombongan Long Jian untuk menjatuhkannya secara perlahan. “Baiklah. Katakan padaku apa permintaanmu?”
“Apa anda yakin bisa mengabulkannya?” bukannya memberikan jawaban, Li Jihyun justru bertanya balik sambil menyilangkan tangan didada. Membuat Long Jian semakin tertantang. Dia bahkan mencondongkan wajahnya lebih dekat. Lihat si bodoh ini! Dia begitu mudah terperangkap, batin Li Jihyun sambil tertawa dalam hati.
“Apa kamu pikir kaisar tidak bisa mengabulkanmu itu?”
“Memangnya yang mulia yakin bisa mengabulkan permintaan saya?” tanya Li Jihyun dengan nada menantang membuat Long Jian semakin kesal.
“Katakan Li Jihyun sebelum aku berubah pikiran,” ujar Long Jian memijat pelipis. Dia sudah kesal dibuat oleh Li Jihyun yang berbicara berputar putar. Sebenarnya dia penasaran mengenai permintaan dari selir tawanannya. Jadi dia tidak sabar menunggu jawaban dari Li Jihyun.
Li Jihyun tersenyum tipis. “Berikan saya hak menjadi selir agung,” mata Long Jian terbelalak lebar dan terperangah kaget mendengar perkataan Li Jihyun yang sangat enteng. Gadis itu menaik turunkan alis matanya.
Selir agung merupakan posisi tertinggi di istana setelah permaisuri. Namun karena di kekaisaran Qing Long tidak ada permaisuri maka posisi selir agung semakin tinggi dan berhak bersanding dengan kaisar di acara yang diadakan istana. Selain itu dia dihormati oleh penghuni istana. Bahkan selir lain pun di paviliun selir tidak berani mengusiknya. Karena dia adalah pimpinan para selir dan berhak melakukan apapun terkait selir lain. Jadi wajar jika Li Jihyun mengincar posisi selir agung. Statusnya sebagai tawanan perang pun terhapus karena posisinya menjadi lebih tinggi.
Long Jian meremas kertas di meja. Tak menduga jika gadis yang kini berdiri dihadapannya adalah orang yang cukup pintar memanfaatkan situasi. Bahkan sampai melakukan pertaruhan dengan nekat. Long Jian ingin menolak tapi taruhan mereka buat pasti batal. Apalagi ide yang disampaikan oleh Li Jihyun masuk akal untuk diterima. Bahkan Zhang Liu saja tidak kepikiran. Long Jian menghela napas pelan.
“Baiklah. Aku kabulkan. Tapi jika kamu kalah bersiaplah lehermu kupenggal,” kata Long Jian mengancam. Tapi sedikit pun sekali lagi Li Jihyun tak gentar.
“Tentu saja yang mulia. Dengan senang hati saya menantikan hal itu,” sahut Li Jihyun tenang. Long Jian berdecak sebal.
Dia melambaikan tangan diudara. “Sekarang keluar dari ruanganku,” usir Long Jian yang diangguki Li Jihyun.
Cih! Dia kira aku tersanjung berada di ruang kerja. Idih! Melihatnya saja aku jijik, batin Li Jihyun membungkuk hormat. “Saya permisi dulu,” pamit Li Jihyun dan balik kanan.
….
“Anda yakin mengikuti saran darinya?” tanya Zhang Liu memastikan yang diangguki oleh Long Jian.
“Saran yang diberikannya menurutku masuk akal,” sahutnya membuat Zhang Liu menepuk dahi pelan. Dia menghela napas frustasi.
“Yang mulia ini bukan tentang masuk akal atau apapun itu. Tapi ini terkait apakah perkataannya bisa dipercaya atau justru ini jebakan? Jangan bilang anda percaya pada rumor itu,” protes Zhang Liu membuat Long Jian berdecak. Bukan hal mudah membujuk Zhang Liu agar menyetujui idenya. Apalagi idenya berasal dari Li Jihyun yang merupakan tawanan perang. Pasti dia merencanakan sesuatu untuk menjatuhkan kaisar Long Jian, pikir Zhang Liu curiga.
“Dia takkan mungkin menjebak kita kecuali dia sudah bosan hidup,” jawab Long Jian enteng sambil menopang dagu. Matanya menatap lurus Zhang Liu yang memasang wajah suntuk.
“Tapi yang mulia tetap saja dia bukan orang yang bisa dipercaya. Dia adalah musuh. Anda harus ingat itu,” ujar Zhang Liu penuh penekanan. Hela napas terdengar. Long Jian memutar bola mata malas.
“Aku tau. Lagipula jika rencana ini gagal. Aku tinggal memenggal kepalanya,” Zhang Liu langsung menatap lurus Long Jian. Membuat mata mereka bertemu.
Zhang Liu langsung mengusap wajah kasar. “Astaga! Kenapa anda selalu melakukan hal bodoh lagi?”
“Hal bodoh apa? Wajar aku memenggal kepalanya jika dia berbuat salah,” kata Long Jian enteng membuat Zhang Liu semakin dilanda frustasi.
“Lupakan soal memenggal barusan. Lalu dia minta apa jika berhasil menang?”
“Posisi selir agung,” hampir saja Zhang Liu terjungkal saking terkejut mendengar jawaban enteng dari Long Jian. Beruntung dia sempat memegang tepi meja. Sehingga membuatnya tidak terjatuh.
“Apa anda serius?” tanya Zhang Liu dengan napas memburu. Long Jian mengangguk sebagai jawaban.
“Astaga! Bagaimana ini? Anda benar benar bodoh!”
“Heh?! Beraninya kamu bilang kaisar bodoh? Apa kamu tidak takut mati?” Zhang Liu berdecak mendengar ancaman Long Jian. Dia adalah orang pertama yang tidak takut pada Long Jian yang merupakan kaisar yang dikenal tiran. Setelah itu yang kedua, Li Jihyun.
“Anda sudah berjanji bukan ingin melindungi saya? Jadi sepertinya tidak masalah jika saya mengatai anda bodoh.”
Long Jian menghela napas. Dia kembali teringat perkataannya saat dulu merekrut Zhang Liu sebagai tangan kanannya yang kini diposisi perdana menteri. Zhang Liu dikenal sebagai orang yang pintar mengatur strategi dan hal itu dibutuhkan oleh Long Jian untuk membantunya.
Matanya kembali menatap tulisan dikertas berisi rencana yang diperlukan untuk menghadapi bencana kekeringan. “Tapi jika kita tidak juga melakukan sesuatu untuk mengatasinya. Rakyat disana bisa saja melakukan pemberontakan.”
“Apakah nona itu yang mengatakannya?” Long Jian mengangguk membuat Zhang Liu kembali menepuk dahinya pelan.
“Anda tidak sedang jatuh cinta, kan?” tanya Zhang Liu dengan tatapan curiga. Long Jian menggelengkan kepala.
“Ck! Aku tidak mungkin jatuh cinta pada gadis tawanan itu.”
Zhang Liu menghela napas pelan. “Jadi kita harus menuruti perkataan nona itu?” tanya Zhang Liu memastikan yang diangguki oleh Long Jian.
“Tidak ada salahnya kita coba. Besok kumpulkan para menteri untuk rapat.”
“Baik yang mulia,” sahut Zhang Liu mengangguk patuh.
“Sekarang kamu keluarlah,” usir Long Jian.
“Saya permisi dulu,” pamit Zhang Liu membungkuk hormat dan balik kanan. Lalu meninggalkan Long Jian sendirian diruangan kerjanya.
“Apakah aku perlu menanyakan padanya?” gumam Zhang Liu menatap keluar jendela. Dari kejauhan tampak Li Jihyun berjalan sendirian di taman istana. Senyuman tersungging dibibirnya. Dia pun segera beranjak bangkit dari kursi dan pergi menuju taman.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Dewi
Lanjut baca kak, Mangat...
2022-08-14
0
Inru
Tidak.. Tidak.. Takut kok. Ampun..
2022-08-05
0
Inru
Eh, selir agung...
2022-08-05
1