Di bawah tatapan kebencian dari penghuni istana, Li Jihyun terus berjalan mengikuti Long Jian. Meski dihatinya mengumpat akan perbuatan Long Jian.
“Bukankah gadis itu tawanan perang?” bisik salah satu dayang di lorong istana yang terdengar ditelinga Li Jihyun. Mata mereka terus melirik Li Jihyun yang baru saja lewat.
“Tapi kenapa dia bisa selamat dari pembantaian itu? Bukankah semuanya kudengar sudah tewas?” bisiknya dayang lain membuat tangan Li Jihyun terkepal erat. Matanya mendelik tajam ke arah dayang itu. Seketika mulut mereka langsung bungkam dan menundukkan pandangan. Li Jihyun mendengus kembali mengalihkan pandangan ke depan.
Memuakkan, batinnya terus berjalan hingga langkahnya terhenti tepat di depan pintu berwarna kecoklatan dengan gagang keemasan yang berdiri kokoh. Di depan pintu ada dua orang prajurit yang berjaga. Berarti ini adalah ruang kerja kaisar. Li Jihyun memiringkan wajah kebingungan. Kenapa kaisar gila ini membawaku kesini? Apa lagi yang dia rencanakan? Batin Li Jihyun waspada.
Begitu Long Jian berhenti didepan pintu. Dua orang prajurit itu membungkuk hormat lalu membukakan pintu untuknya. “Kalian tinggalkan kami,” titah Long Jian mengejutkan kedua prajurit itu. Apalagi saat melihat tawanan perang yang ramai digosipkan penghuni istana sedang bersama dengan Long Jian. Secara insting takkan membiarkan Li Jihyun bersama Long Jian apalagi tanpa adanya penjagaan dari kedua prajurit itu. Kedua prajurit itu saling lirik.
“Ampun yang mulia. Jika membiarkan anda berdua dengan tawanan perang itu. Kami sangat khawatir,” ucap salah satu prajurit itu membuka suara. “Jadi biarkan kami menjaga anda seperti biasanya,” lanjutnya lagi.
Long Jian menghela napas pelan. “Tutup mulut kalian! Laksanakan saja perintah dariku,” ujarnya terdengar dingin. Kedua prajurit itu terkejut lalu terpaksa mengangguk. Mata mereka menatap tajam Li Jihyun yang masih berdiri di belakang Long Jian.
“Kami permisi dulu yang mulia. Jika ada bahaya silakan anda panggil kami,” pamit salah satu dari kedua prajurit itu. Long Jian melambaikan tangan diudara. Mereka pun membungkuk serempak dan melewati Li Jihyun dengan tatapan kebencian.
Akan kupastikan kalian berlutut di bawah kakiku, batin Li Jihyun dengan amarah menggebu. Tangannya semakin terkepal erat hingga tanpa sadar kuku panjangnya menggores kulit.
Long Jian melirik tangan Li Jihyun yang berubah kemerahan. Ada darah menetes di lantai. Long Jian berbalik dan memasuki ruangan. Apa dia tak sadar tangannya terluka? Dia terlihat tidak kesakitan. Gadis yang menarik. Sepertinya aku tak salah menjadikan dia tawanan, batin Long Jian tersenyum tipis.
Li Jihyun yang melihat Long Jian sudah masuk pun ikut memasuki ruangan. Long Jian duduk di kursi yang berada di dekat jendela. Tempat biasanya dia melakukan pekerjaan. Cahaya terik matahari membasuh ruangan itu. Mata Long Jian menatap Li Jihyun yang berdiri di seberang mejanya. Gadis itu masih belum sadar jika tangannya terluka. Tak ada raut kesakitan di wajahnya. Darah masih menetesi di lantai membentuk jejak hingga masuk ke ruangan kerja Long Jian.
“Yang mulia ada apa anda memanggil saya?” tanya Li Jihyun langsung ke topik utama. Senyuman semakin lebar tersungging di bibir Long Jian. Gadis didepannya semakin lama terlihat menarik di mata. Selain kilatan kebencian dari iris kehitaman itu. Sikapnya yang tegas pun membuat Long Jian kian terpesona. “Anda tentu tau jika urusan saya bukan hanya bertemu yang mulia. Saya juga harus melihat keadaan Yona, dayang pribadi saya.”
“Tenang saja. Dayang itu dalam keadaan baik. Selama diobati oleh tabib istana dia pasti akan baik baik saja,” ujarnya santai. Dia menatap Li Jihyun yang sedikit pun tidak menunjukkan rasa hormat padanya. Padahal dia adalah kaisar dinegeri ini. Tapi Li Jihyun tampaknya menganggap dirinya bukan kaisar melainkan musuh yang harus dibunuh. “Lagipula aku ada urusan untuk memanggilmu,” lanjut Long Jian setelah berdiam diri.
“Saya tidak urusan dengan yang mulia. Sudah saya bilang jika saya ingin hidup tenang di paviliun selir,” ujar Li Jihyun tak mau kalah. Long Jian mengulum bibirnya hampir tertawa lepas mendengar perkataannya.
Hidup tenang? Astaga! Sepertinya dia lupa posisinya adalah tawanan perang. Apakah selama dia berdiam diri di paviliun selir karena tidak ingin terlibat politik? Jadi itu sebabnya tak ada gerakan balas dendam darinya. Padahal banyak rumor bilang dia jenius. Atau itu hanya rumor yang dilebihkan. Sepertinya satu satunya cara adalah dengan membuktikan sendiri, batin Long Jian tersenyum lebar.
Kaisar aneh. Dia pasti menyuruhku membantunya menyelesaikan masalah. Cih! Dia pikir aku sudi membantunya? Sampai mati pun aku takkan rela. Justru sekarang aku sedang memikirkan cara agar bisa membalaskan dendam dan menguasai istana, batin Li Jihyun melirik Long Jian tersenyum membuat bulu kuduknya meremang. Sekarang dia tersenyum. Pasti dia sedang merencanakan sesuatu, batin Li Jihyun menatapnya penuh kecurigaan. Tapi Long Jian tidak menyadari karena tenggelam dalam pikirannya sendiri.
“Aku tidak peduli dengan pendapatmu. Kamu tidak lupa kan posisimu sekarang,” tanya Long Jian menopang dagu dengan tatapan angkuh. Li Jihyun menggigit bibir bawah kesal.
Lihat saja akan kubuat kamu mati secara perlahan Long Jian. TUNGGU SAJA, tekad Li Jihyun dalam hati. “Lalu apa yang anda inginkan?” tanya Li Jihyun menatapnya dingin.
Senyuman tersungging di bibir Long Jian. “Selesaikan masalah didalam surat ini dalam waktu besok,” ujarnya menyodorkan selembar kertas di meja. Li Jihyun melangkah maju dan menatap kertas di meja. Pandangannya beralih pada Long Jian. Dia tersenyum meremehkan sedikit mengejutkan Long Jian.
“Masalah ini bisa diselesaikan sekarang. Tapi anda harus memanggil semua menteri,” ujar Li Jihyun membuat dahi Long Jian terlipat.
“Heh?! Apa kamu pikir bisa menyelesaikannya sekarang? Bahkan Zhang Liu saja kesulitan,” kata Long Jian meremehkan sekaligus tak percaya dengan kepercayaannya. Li Jihyun menghela napas pendek. Isi surat yang tertulis ini membahas daerah dipinggiran kekaisaran yang sedang dilanda kemarau panjang. Sudah banyak orang yang meninggal akibat kekurangan pangan. Apalagi didaerah itu sekarang berubah tandus akibat rakyat yang banyak tinggal disana.
“Masalah kekeringan bisa diselesaikan dengan cara menanam pohon di sekitar daerah pemukiman penduduk dan membangun saluran irigasi dengan mengambil sumber air dari sungai besar. Tapi membutuhkan dana yang banyak. Apalagi letak sungai ini terletak jauh dari pemukiman penduduk,” ujar Li Jihyun membuat Long Jian terpukau. Bahkan Zhang Liu saja tidak kepikiran kesana. “Daerahnya juga tandus dan kering. Lalu jumlah pohon disana pun sedikit. Rakyat terlalu banyak menebang pohon tapi tidak menamamnya lagi. Itu sangat merugikan ekosistem alam,” lanjut Li Jihyun mengusap dagu.
“Apa perkataanmu bisa dipercaya?” tanya Long Jian membuat senyuman Li Jihyun mengembang.
“Itu tergantung anda yang mulia. Jika anda berpikir pendapat saya bercanda silakan saja. Tapi jika anda membiarkan masalah ini berkepanjangan. Anda bisa saja terkena masalah. Rakyat didaerah itu kapan pun bisa memberontak,” ujar Li Jihyun yang sekali lagi membuat Long Jian bungkam. Dia tak menduga jika gadis yang berusia lebih muda darinya ternyata memiliki otak cerdas.
Rumor itu memang benar, batin Long Jian. “Baiklah. Aku akan mempertimbangkan pendapatmu. Tapi jika terjadi kesalahan aku pasti akan memenggal kepalamu,” ancam Long Jian. Tapi Li Jihyun sedikit pun tak takut justru tersenyum lebar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Ratih Pusrita
🙂
2023-01-09
0
Dewi
Seakan kebencian Long Ji-hyun kepada mereka dapat menghilangkan rasa perih akibat goresan kuku panjangnya.
2022-08-06
2
Queen's bee👸🐝🐝
next Kaka, semangat ya
2022-07-30
0