🦋🦋🦋🦋🦋
******
Venus melangkahkan kakinya dengan tergesa-gesa. Dia telat 10 menit untuk sidang cerai dengan Mars. Pikiran Venus sudah melayang kemana-mana, dia takut Mamah Diana akan memarahinya lagi.
Ceklek ....
Pintu terbuka, memperlihatkan Mars yang sedang memutar bola matanya melihat kedatangan ku, mungkin dia malas atau marah karena aku telat. Aku mengalihkan pandanganku kepada Mamah Diana, dia sudah mencibir ku.
Dengan seprofesional mungkin aku naik di meja hija, aku menahan semua gejolak di hati, yang sebenarnya ingin kusampaikan. Apalagi soal Mamah Diana yang begitu kejam terhadapku.
.
.
.
.
.
.
.
Sidang sudah selesai, memang ini yang terakhir bagiku untuk kemari. Aku bersandar di sebuah kursi, sudah berakhir. Aku mengedarkan pandanganku, entah kenapa yang ada malah ingatanku bersama Mars, semua ingatan indah selama 3 tahun terakhir.
Mars selalu membawaku berkeliling ketika weakend, ketika malam hari saat aku merasa letih, Mars akan bersedia memijat kaki dan tanganku.
Aku menyeka air mataku. Tiba-tiba seseorang menepuk pundakku, membuyarkan konsenterasi ku dengan sepenuhnya. Aku menoleh, melihat gadis cantik dengan t-shirt merah muda, dan rambut lurus panjang se-pinggang. Terlalu muda untuk disebut pegawai kantoran, apakah dia seorang mahasiswi atau pekerja paruh waktu?.
" Kak, Venus ya? " tanyanya dengan sopan, sembari melihat penampilanku.
Aku mengangguk. " Ya, dengan saya sendiri!. Kenapa? Apa anda ada perlu dengan saya? " tanyaku dengan memasang tatapan bingung. Gadis itu duduk disampingku, ketika aku mempersilahkannya.
" Saya, Bintang, kak! " Bintang tersenyum semanis mungkin, sehingga aku bisa melihat jejeran putih gigi bagusnya.
Mendengar namanya, hatiku seakan dicabik harimau kelaparan dengan sangat keras dan keji. Rasanya perih sekali, seribu satu pertanyaan mulai menghujani pikiranku. Apa benar dia Bintang yang disebutkan, Mamah?.
" Oh! Ada apa ya? " tanyaku tanpa menoleh sedikit pun kehadapannya.
" Aku hanya ingin memberikan undangan. Undangan pernikahan aku dan kak Mars. Sebenarnya kak Mars, yang menyuruhku untuk memberikannya kepada kakak. Jadi, tolong datang ya, kak? " Bintang tersenyum ramah sekali kepadaku.
Dia menyodorkan sebuah undangan pernikahan. Aku menerimanya dan tersenyum, aku merasa kalah, 'mantan' suami ku saja sudah mempunyai calon istri, tapi, aku apa?. Aku bahkan masih memikirkan dinas ke negeri Y esok untuk memajukan perusahaan parfumku.
" Ehmm ... ngomong-ngomong, kenapa kau bisa mengenal Mars? Apa kalian teman sekolah atau semacamnya gitu? " tanyaku sedikit penasaran.
" Tidak!, aku dan kak Mars bukanlah satu angkatan, kami berbeda " Bintang menunduk, dia sepertinya ingin mengatakan sesuatu tapi takut.
" Ada apa? " tanyaku sembari menoleh, memasang tampak bingung.
" Ma ... maafkan aku kak!. Aku sebenarnya gak berniat mengambil kak Mars dari sisi kakak. Tapi, jika aku mengikuti kata hatiku sendiri, aku akan mendapatkan hukuman dari ayah. Aku takut dan bingung, disisi lain aku gak mau mengambil kak Mars dari sisi kakak, tapi, disisi lain aku harus menuruti kehendak ayahku "
" Jadi, tolong maafkan perbuatan Bintang kak. Bintang janji, kalau kakak ingin rujuk dengan kak Mars, Bintang akan menolong kakak sepenuhnya " sambungnya lagi.
Aku tersentuh dengan perkataan seorang gadis disampingku. Dia bisa mengerti perasaanku, tidak seperti Mamah yang selalu merendahkanku.
" Tidak kau bilang seperti itu pun, aku pasti akan memaafkanmu. Aku memang kecewa, dan sedih terhadao Mars dan Mamah. Tapi, mungkin ini salahku ya?. Karena, aku terlalu gegabah mengambil keputusan untuk menikahi Mars, hingga akhirnya aku yang menjadi korbannya "
Aku menyeka air mataku yang sudah siap mengalir dari bola mataku. Bintang gadis kecil yang tak bersalah, harus merasa terbebankan karena mengikuti perintah ayahnya. Aku memang tidak sepenuhnya menyalahkan Mamah ataupun Mars. Tapi, aku menyalahkan diriku sendiri , kenapa dulu aku sangat mudah untuk dirayu, sehingga rayuan itu menjadi bom atom untuk diriku sendiri.
" Kakak, jangan sedih!. Meskipun nanti Bintang bersama kak Mars, Bintang janji akan selalu menjadi sahabat untuk kakak. Bintang akan siap mendengarkan cerita kakak " Bintang menarikku dalam pelukannya.
" Makasih banget, bahkan Mars tidak pernah mau mendengarkan ceritaku. Makasih Bintang, kau mengerti perasaanku saja sudah cukup bagiku. Karena, sehabis ini aku akan pergi sepenuhnya dalam hidup Mars, jadi, jangan khawatir "
Bintang mengangguk, dia segera menyodorkan coklat untukku. Aku mengeryit bingung
" Kalau kata orang coklat bisa membuar seseorang bahagia. Jadi, aku kasih ini ke kakak. Aku ingin supaya kakak tidak sedih lagi, kakak harus kuat untuk anak kakak kan? Dede Langit? "
" Terimakasih " imbuhku pelan sembari menerima coklat itu.
" Kakak! "
" Ehmm! .... "
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Ihhh ... kakak imut banget sih, mata kakak kayak panda. Habis nangis berapa hari berpa malam kak? "
.
.
.
****
Ya kali! Bintang tanyanya gak jelas! 🙄🙄
Ya pasti semingguan kan nangisnya? Author kehilangan anak ayam kesayangan aja bisa 3 hari nangisnya. Gimana kehilangan manusia kesayangan? 😅😅
Oy!! Author punya pantun!
Jika ada sumur di ladang
Boleh kita menumpang mandi
Jika ada umur yang panjang
Boleh kita berjumpa lagi
Cuss ahh! Makin gak jelas nanti jadinya 😂😂😂
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments