Adrian menggeliat dalam balutan selimut kala bias cahaya terang menyelinap melalui celah tirai jendela dan menyilaukan mata. Ia baru akan mencari posisi nyaman untuk melanjutkan tidurnya, ketika merasakan kulitnya bersentuhan dengan sosok yang berada tepat di samping.
Sepasang mata hazel itu pun membola. Hal pertama yang hadir dalam pandangan Adrian adalah wajah polos yang masih terlelap, lengkap dengan mata sembab dan wajah memucat. Jangan lupakan bagian leher dan dada yang penuh dengan tanda merah. Yang menjadi bukti betapa buasnya Adrian semalam.
Pria tampan berusia 32 tahun itu pun seketika tersadar. Lalu menyibak selimut untuk melihat bagian bawah tubuhnya. Tongkat bertuah miliknya tak tertutupi sehelai benang pun.
“Oh, sial! Ternyata bukan mimpi.”
Tatapan Adrian lalu terarah pada lantai di mana pakaian mereka teronggok begitu saja.
Adrian memijat kepalanya yang masih terasa pening, sebelum akhirnya bangkit dan memilih masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Sambil berendam di air hangat, ia merenung.
“Dia benar-benar masih perawan,” gumamnya pelan.
Apa semalam aku semabuk itu sampai tidak sadar?
Adrian masih menikmati berendam di air hangat saat mendengar bunyi seperti pecahan kaca yang cukup nyaring dari arah luar. Tanpa menunggu, ia segera bangkit dan membalut pinggang dengan handuk. Lalu keluar dari kamar mandi.
“Hey, apa yang kamu lakukan?” teriaknya saat melihat Naomi sedang berdiri tepat di depan jendela yang kacanya sudah pecah.
Naomi yang hanya menggunakan handuk untuk menutupi tubuh polosnya itu, seperti sedang mengambil ancang-ancang untuk melompat keluar.
“Jangan mendekat atau aku benar-benar akan melompat!”
Kala Naomi mengancam dengan penuh tekanan, Adrian malah sangat santai di tempatnya berdiri. Seolah tiada usaha untuk mencegah aksi yang mengancam nyawa itu.
“Asal tahu saja, kita ada di lantai tujuh belas. Kalau lompat ke bawah, sudah pasti seluruh anggota tubuhmu akan terpisah.”
Seringai tipis terbit di sudut bibir Adrian saat menemukan bias ketakutan di wajah Naomi. Gadis itu masih sempat melongokkan kepala dan menatap ke bawah untuk memastikan ketinggian. Hal yang membuat wajahnya mendadak terlihat seperti mayat hidup saking pucatnya.
"Bagaimana? Terlalu tinggi, kan? Masih mau lompat?"
Naomi mundur satu langkah.
“Kamu akan mendarat di bawah kurang dari satu menit. Lalu merasakan sakit selama berbulan-bulan.”
Tubuh Naomi mulai gemetar, membuat Adrian maju selangkah tanpa Naomi sadari.
“Kalau tidak percaya, ayo taruhan! Kamu boleh lompat dan membuktikan sendiri.”
Gadis itu terdiam dengan memeluk lipatan handuk di dadanya. Tatapannya kosong, namun kesadarannya masih utuh.
Dan ketika melihat celah, secepat cahaya kilat Adrian merangsek maju meraih tubuh mungil itu. Menariknya secara paksa meskipun terus mendapat pemberontakan. Hingga keduanya jatuh terhempas ke ranjang.
“Lepaskan aku, bia*dab!” teriak Naomi memukul-mukul dada bidang Adrian dengan sisa tenaga yang dimilikinya.
“Jangan macam-macam atau aku akan mengulangi yang semalam!” ancam Adrian.
Membuat sepasang mata Naomi melotot.
...........
"Kenapa kamu bisa ada di sini semalam?" tanya Adrian setelah segalanya lebih tenang.
Naomi masih terisak-isak dengan tubuh polosnya yang terbalut handuk.
"Semua karena kakakku yang jahat kalah judi dari Tuan Xavier dan menggunakan aku untuk membayar hutang. Lalu Tuan Xavier menjualku pada Madam Leova." Ia menatap pria tampan yang duduk di hadapannya. "Tuan, bisakah Anda membantu saya untuk keluar dari tempat ini?"
Bibir Adrian terkatup rapat. Ia tahu, merupakan sesuatu yang mustahil untuk bisa bebas dari jerat Madam Leova.
"Apa yang akan kamu berikan kalau aku bisa membantumu untuk keluar dari sini?"
Naomi terdiam beberapa saat untuk berpikir.
"Saya akan melakukan apapun yang Tuan inginkan. Menjadi pelayan atau apapun itu. Asal bawa saya pergi dari sini."
Seringai tipis terbit di sudut bibir Adrian. Ia seperti menemukan mainan baru yang tidak membosankan. Dan ia bisa menggunakan Naomi untuk membalas Haylea.
"Baiklah, aku akan membantumu. Pakai bajumu dan kita pergi dari sini."
Tanpa banyak bicara, Naomi meraih pakaiannya dan masuk ke kamar mandi. Berselang beberapa menit kemudian, Naomi keluar.
Ia tampak menunduk sambil berusaha menutupi bagian dada. Sobekan pada pakaiannya semakin melebar akibat ditarik paksa oleh Adrian semalam.
"Pakai ini!" Adrian menyerahkan blazer miliknya untuk menutupi bagian dada yang terbuka.
...........
“Aku menginginkan gadis semalam. Berapa harga yang harus kubayar?” tanya Adrian sesaat setelah memasuki ruangan Madam Leova.
“Wah, sepertinya pelayanannya cukup memuaskan. Anda sampai mau membelinya dari saya.”
“Tidak usah banyak basa-basi. Sebutkan saja harga yang harus kubayar.”
Madam Leova tertawa kecil. “Maaf, Tuan. Tapi saya tidak akan menjualnya, karena dia akan menjadi primadona baru di sini.”
“Sayang sekali. Kalau begitu jangan salahkan aku kalau tempat ini sampai ditutup.”
Mendengar ancaman bernada serius dari pria asing di hadapannya, Madam Leova tampak geram sekaligus bertanya-tanya, siapakah pria itu? Apakah dia seseorang yang berkuasa?
“Apa maksud Anda, Tuan?” tanya Madam Leova bingung.
"Cih, padahal semalam aku mentransfer sejumlah uang ke rekeningmu. Apa kamu tidak memperhatikan nama pengirimnya?"
Wanita itu mendesahkan napas pelan sambil meraih ponsel untuk memeriksa. Sepasang mata wanita itu pun melebar melihat nama yang tertera di sana.
“Tuan Adrian Marx? Oh, ya ampun ... Maaf, saya benar-benar tidak mengenali Anda, Tuan,” ucapnya dengan air muka memucat.
Tentunya ia tahu betul siapa pria yang ada di hadapannya. Bahkan perusahaan keluarga Marx sanggup membuatnya bangkrut dalam waktu singkat.
“Kalau Anda memang menginginkan dia, baiklah. Saya akan berikan. Anda cukup membayar seratus ribu dollar untuknya.”
Naomi yang bersembunyi di balik dinding melotot. Jumlah yang diminta Madam Leova sungguh tak masuk akal.
"Baiklah, deal!" jawab Adrian santai.
"Terima kasih atas kemurahan hati Anda, Tuan. Sebuah kehormatan besar Anda tertarik berkunjung ke tempat saya."
Raut wajah Adrian kembali mendatar.
“Aku ada satu syarat lagi. Aku tidak mau keberadaanku semalam di tempat ini sampai bocor. Kalau itu terjadi, kamu tahu akibatnya, kan?”
“Tentu saja, Tuan. Saya mengerti.”
Sementara Naomi membeku. Keraguan tiba-tiba menjalar ke hatinya. Lepas dari Madam Leova tak membuatnya lega sepenuhnya.
"Sebenarnya siapa tuan ini? Kenapa Madam Leova tunduk padanya? Apa dia seseorang yang lebih jahat dari Tuan Xavier? Apa dia mafia? Atau seorang casanova dan aku akan dijadikan budak s*ex?"
...........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
Nitha Ani
kasian naomi
2024-11-04
0
Ida Darwati
semoga andrian bucin tuh sama naomi
2024-08-14
0
Cipika Cipiki
saya masih heran dengan orang mabuk yang katanya jalanpun sempoyongan yang kalo di tendang ajah langsung ambruk tapi kok bisa tenaganya kuat untuk memperkosa
2024-03-16
1