Tidak saling mengenal

seperti biasa zila bangun di jam 4 pagi karena harus menyiapkan bekal untuk ke kantor, setelah bekalnya selesai __zila kembali ke kamar untuk mandi dan bersiap melaksanakan sholat subuh.

Begitu juga dengan Daffa yang sudah siap ke masjid untuk sholat subuh berjamaah, Daffa tidak pernah lagi menjadi imam sholat untuk zila , terkahir kali setelah akad nikah.

Zila dengan pakaian sederhana sudah cukup membuat nya terlihat cantik, Celana putih longgar , di padukan dengan kemeja oversize berwarna hijau toska dan tidak lupa hijab pasmina yang di bentuk agar tetap menutup bagian dada, sedikit pemerah bibir agar tidak terlihat pucat, selesai

jika di lihat sekilas zila tidak terlihat sedang mengandung, tubuhnya yang kecil di tambah pakaian oversize yang selalu ia gunakan menutupi perut buncitnya. zila masih seperti gadis kuliahan padahal wanita itu sedang mengandung 4 bulan.

setelah siap zila keluar dan bersamaan dengan Daffa yang juga keluar dari kamarnya , kamar mereka berhadapan, Daffa keluar dengan masih menggunakan baju Koko serta sarung yang dia kenakan saat ke masjid tadi.

zila hanya memandangi Daffa sekilas dan turun kebawah, sedangkan Daffa dari jauh memandangi punggung zila yang mulai menghilang dari pandangan nya.

Daffa menyusul zila ke dapur, zila sudah siap dengan bekal di tangan nya tapi zila merasa risih karena Daffa terus menatapnya.

"saya tidak memasak lebih, takut mubasir kalo masak banyak ga ada yang makan"

Daffa hanya diam tidak ada respon dari pria itu,

"mau makan , mau saya buatkan sandwich"

Daffa mengangguk, zila bingung sebenarnya, pertanyaan itu spontan saja keluar dari mulutnya karena melihat Daffa yang sejak tadi memandangi nya

karena belum terlalu siang zila menyempatkan untuk membuat sandwich untuk Daffa. Niatnya saat membuat bekal Zila juga ingin memasak untuk Daffa tapi zila ragu takut kalo masakan yang dia buat lagi lagi tidak di sentuh Daffa

Sandwich zila hampir selesai

"Mau di tambah mayones"

zila hanya memastikan Daffa Suka atau tidak makan mayones karena 2 tahun menikah zila tidak tau apa yang di sukai dan tidak di sukai pria itu.

Daffa hanya mengangguk

setelah membuat sandwich zila juga membuat teh hijau untuk Daffa

Setelah membuat sarapan dadakan untuk Daffa, zila bersiap untuk pergi ke kantor ,ingin pamit ke Daffa sebagai suaminya tapi zila takut mendapatkan penolakan seperti saat pertama kali bekerja, Daffa mengacuhkan uluran tangan zila.

"saya pergi dulu, Assalamualaikum"

"Kamu ga makan"

bukan menjawab salam zila. Daffa malah balik bertanya

"Engga nanti aja di kantor bareng Hana"

Daffa bertanya dengan tatapan datar bahkan matanya enggan menatap zila saat berbincang

"kalo begitu saya permisi, assalamualaikum"

"wassalamu'alaikum"

Di kantor __zila sedang sibuk dengan pekerjaannya nya, Zila bertugas memeriksa kembali Novel yang akan di terbitkan, mencari adanya tulisan yang salah dari penulis atau ada naskah yang tidak relevan dan di situlah zila bertugas membenarkan naskah itu sebelum terbit.

"Hay, bumil sibuk banget Lo"

"hemm, Novel nya harus selesai gw edit biar bisa naik cetak"

"Santai aja kali Zil, Lo hamil jangan di paksain"

"Ini sudah jadi tugas gw Han"

"Lo yaa emang ga berubah dari dulu masih aja keras kepala"

Hana sahabat zila sejak duduk di bangku SMA Sampai bekerja di tempat yang sama, Mereka selalu berbagi segalanya baik suka Maupun duka, tapi dengan urusan rumah tangganya dengan Daffa zila tidak pernah menceritakan apapun pada siapapun termasuk Hana dan orang tua nya, bagi zila cukup dirinya dan Daffa yang tau betapa peliknya kehidupan rumah tangga mereka.

mungkin sebagian orang berpikir rumah tangga mereka baik-baik saja, apalagi melihat kehamilan zila

"Lo udah makan Zil"

"udah"

"tadi pagi kan, sekarang sudah jam 3 sore Zil , Lo belum makan siang"

"entar aja Han di rumah, Nanggung banget ini"

"Zil, sekarang Lo ga sendiri, ada makhluk kecil yang juga butuh asupan dari Lo"

zila yang tadi hanya fokus dengan Layar komputer nya kini tatapan nya mengarah ke perut buncitnya, zila mengusap lembut perutnya.

"Yo kita makan" ajak zila

Hana sumringah setelah berhasil membujuk zila, Hana membantu zila berdiri meskipun kandungan zila belum terlalu besar tapi zila sudah kesusahan hanya untuk sekedar berdiri dari duduknya

"Lo mau makan apa Zil"

"emm, gw lagi kepengen makan mi ayam"

"ok,gw juga lagi pengen makan mi ayam"

"siang pak" ucap zila dan Hana bersamaan, menyapa bos mereka , direktur utama tempat mereka bekerja

"siang, mau makan siang ya"

"iyaa, pak" jawab hana

"yaudah barang saya aja sekalian mau keluar cari makan"

"ga usah pak, nanti kami ngerepotin bapak"

"ga papa Zil, kalian kan karyawan saya"

zila dan Hana bertatapan,dan akhirnya setuju untuk ikut menumpang ke mobil Raka bos mereka

.......

Sesampainya di warung mi ayam langganan mereka, zila dan Hana seperti biasa memesan 1 porsi mi ayam.

Raka ternyata juga ikut makan dengan mereka, bahkan Raka yang membayar makanan mereka.

"maaf pak, kami jadi ngerepotin"

"Santai aja kali Zil"

"suami kami dokter ya zil'

"iya, pak"

"dokter apa"

"Ahli bedah pa"

"oohh"

Raka hanya berooh ria

"ko, saya jarang liat dia ngantar kamu ke kantor"

"bukan jarang pak, tapi ga pernah" ucap Hana sembarangan, tapi itu memang kenyataan nya

"Suami saya sibuk pak, jadi ga sempet buat nganter"

"oohh" lagi lagi Raka hanya ber oohh ria

Selesai makan Raka kembali mengantar zila dan Hana kekantor

" Kenapa gw rasa sikap pak raka ke elo ga berubah ya zil'"

"maksut Lo"

"Lo kaya ga tau aja Zil, sebelum Lo nikah kan pak raka sudah nunjukin perhatian nya ke elo Zil"

"huus, jangan aneh aneh Han"

"tapi, Zil"

"udah Han jangan di bahas lagi, ga pantes rasanya ngebahas pria lain sedangkan gw udah nikah"

hana mengangguk dan kembali berjalan dengan menggandeng lengan zila

.......

Tidak seperti kemarin zila pulang seperti biasa nya, zila sebenarnya ingin lembur lagi, karena pekerjaannya menumpuk, tapi zila takut Daffa marah lagi dan menganggap nya Tidak memperhatikan kandungan nya, jadi zila memilih pulang lebih awal dan membawa pekerjaan nya kerumah kebetulan besok akhir pekan jadi zila ingin menghabiskan akhir pekannya dengan bekerja.

"Assalamualaikum"

Jelas tidak ada Jawaban, karena Daffa belum pulang dari rumah sakit di jam segini.

Zila ke kamar membersihkan dirinya, kemudian melaksanakan sholat ashar, Karena tadi sudah makan di kantor, jadi zila lebih memilih mengistirahatkan dirinya di kamar, tidak tidur juga__ hanya tiduran sambil membaca buku , karena tidak boleh tidur setelah ashar. zila juga enggan memasak untuk Daffa , yaa__ karena Daffa tidak akan mau memaknai masakannya. Walaupun tadi pagi entah apa yang membuat Daffa mau memakan sandwich buatan nya tapi zila tidak mau besar kepala takut kecewa.

Entah berapa lama zila membaca buku, Hingga terdengar decitan pintu tandanya Daffa baru saja pulang.

Bukan nya mau menjadikan istri durhaka, Zila hanya lelah dengan sikap dingin Daffa yang tidak pernah peduli dengan kehadiran nya, Sebelum hamil zila masih sering menyambut kepulauan Daffa dengan senyum manis di wajah nya tapi Daffa seakan menganggap zila tidak pernah ada, sukur sukur Daffa mau menerima uluran tangan zila. tapi setelah mengandung, zila jadi berpikir untuk menyerah merebut hati Daffa bisa saja suatu hari nanti Daffa menginginkan perpisahan , jadi zila Harus bersiap akan semua hal yang akan terjadi di masa depan , zila takut jatuh terlalu dalam dengan perasaannya pada Daffa, zila takut tidak mampu berpisah dengan Daffa. jadi zila mencoba menahan diri dan menyerah untuk mengambil hati Daffa yang tidak pernah ada untuk nya.

Selesai sholat magrib zila melanjutkan dengan tadarus Al-Qur'an.

Sudah menjadi rutinitas zila, sambil menunggu sholat isya zila akan mengisi waktunya dengan membaca Qur'an, Apalagi sekarang ada bayi di dalam perutnya zila ingin membiasakan anak nya mendengar lantunan ayat suci Al-Quran agar kelak anaknya mencintai Al-Qur'an.

Selesai sholat isya , zila Berniat membuat makan malam, Tapi sebelum keluar kamarnya di ketok.

Zila berjalan mendekati pintu sambil Merapikan ikatan rambutnya.

setelah membuka pintu zila melihat Daffa yang berdiri di depan pintunya.

"ada apa" tanya zila

"sudah makan"

zila menggeleng

"ayo turun makan, saya bawakan udang juga cumi goreng"

Entahlah zila juga bingung dengan sikap Daffa yang tiba tiba membelikan nya makanan, pertama kalinya dalam 2 tahun terakhir. mungkin karena semalam Daffa merasa tersinggung dengan ucapan zila.

zila mengangguk dan jalan lebih dulu menuju dapur

di dapur zila melihat 2 bungkusan di atas meja , zila memindahkan masing-masing bungkusan ke piring ukuran sedang.

zila juga menyiapkan nasi dan air putih

Daffa ikut duduk di depan zila, lebih dulu zila menyajikan nasi untuk Daffa dan kemudian untuk dirinya sendiri

Zila mulai makan, tapi Daffa terus saja memperhatikan zila

"ada apa " tanya zila karena merasa di perhatikan Daffa

"kenapa hanya makan cuminya saja

ya , emang sejak tadi Daffa memperhatikan zila yang hanya Memakan cuminya

"saya alergi udang"

"kamu alergi udang?" Daffa mengulang pertanyaannya takut salah dengar

"iya"

"oh, maaf saya tidak tau"

zila tidak lagi merespon dan kembali fokus dengan makanan nya

hening di antara keduanya, Zila masih fokus dengan makanan nya entah karena dia memang suka cumi atau zila senang karena pertama kalinya dia makan satu meja dengan Daffa , di tambah Daffa sendiri yang mengajaknya makan , sedangkan Daffa entah apa yang ada di pikiran nya sesekali dia menatap zila dengan tatapan yang tidak bisa di tebak

"tidak perlu minta maaf, wajar jika anda tidak tau saya alergi udang, walaupun status kita suami istri tapi nyatanya itu hanyalah status belaka , kita tidak mengenal satu sama lain. saya pun begitu , saya tidak tau apa yang anda suka, apa yang anda tidak suka, Apa yang bisa dan apa yang tidak bisa anda makan saya pun tidak tau"

deg

ucapan zila menyadarkan Daffa betapa tingginya beton pembatas yang ia bangun dalan hubungan nya dengan zila. mereka suami istri yang tinggal di satu atap , tapi perkara makanan pun mereka tidak saling tau.

sebegitu kokohnya kah pembatas itu

"enak?, kamu suka"

"emm" jawab zila singkat sambil mengangguk, Daffa tersenyum singkat

"Istirahat aja di rumah, ga usah kerja"

zila mengerutkan kening

"Kamu hamil, lebih baik di rumah saja"

"Ga bisa, saya akan berhenti kerja setelah usia kandungan saya 8 bulan"

"kenapa keras kepala banget sih" suara Daffa mulai meninggi

Terdengar helaan nafas dari zila

"enteng banget mulut anda nyuruh saya berhenti bekerja, saya pernah berhenti bekerja berniat fokus dengan rumah tangga saya, tapi apa yang saya dapatkan , saya seperti menjalankan rumah tangga sendiri, saya seperti wanita yang tidak memiliki suami, saya bosan di rumah, saya butuh teman buat ngobrol saya butuh sesuatu yang bisa menghibur saya, selama satu tahun saya bertahan, membuat diri saya sibuk dengan status sebagai istri anda , menyiapkan sarapan , makan malam, menyiapkan segala keperluan anda , apa anda pernah menghargai sedikit usaha saya, Dan saya lebih memilih bekerja berharap ada kegiatan lain yang bisa saya kerjakan selain pekerjaan rumah yang yang sia sia saya lakukan di setiap harinya "

Tidak ada penekanan di setiap ucapan zila tapi terlihat jelas zila menahan emosi yang siap meledak kapan saja , zila meremas kuat ujung baju yang dia kenakan seakan menyalurkan semua emosi nya

zila meraih gelas yang ada di depan nya, entah kenapa selama hamil zila lebih mudah marah, mungkin bawaan hormon

"tentang kandungan saya , anda tidak perlu kawatir saya bisa menjaganya dengan baik, saya ibunya saya tau apa yang baik untuk anak saya"

"asal anda tau saja setiap Minggu saya pergi untuk mengecek keadaan nya , Hanya untuk memastikan dia baik baik saja di dalam sana"

"ahh, iyaa , anda kan tidak pernah sekalipun mengantar saya, jadi anda tidak tau, saya cuman mau bilang dia sehat" zila tersenyum , lebih Terlihat senyum yang di paksakan.

zila berdiri dari duduknya meletakkan piring juga gelas di tempat pencucian tanpa mencuci nya terlebih dahulu, melenggang pergi meninggalkan Daffa yang hanya menatapnya

Daffa mengusap wajahnya kasar di tatapnya nanar piring cumi goreng yang masih tersisa di atas.meja, yang beberapa saat lalu membuat nya tersenyum melihat zila memakan cuminya dengan lahap.

Di kamar__zila menatap langit langit kamar sambil tangan kanannya mengusap-usap lembut perutnya.

zila tersenyum getir, menahan lelehan air mata yang sudah di ujung mata, bukan karena bentakan Daffa , zila sudah biasa di Bentak, hanya saja zila memikirkan betapa kacaunya rumah tangga yang ia anggap akan seperti rumah tangga orang lain yang penuh dengan kebahagiaan walaupun nantinya ada sedikit masalah.

tapi itu hanya khayalan zila saja nyatanya rumah tangga nya bisa di bilang sudah ada di ujung pembatas.

entah Daffa atau zila yang akan lebih dulu mengatakan perpisahan yang pasti hari itu zila yakin akan terjadi, Hanya anak yang ada di dalam kandungan nya yang sekarang menjadi penguat zila

"astagfirullah" Zila beristighfar memohon ampun karena sikap kurang ajarnya pada Daffa.

Terpopuler

Comments

Juan Sastra

Juan Sastra

kenapa bertahan di rumah tangga yg hampa zila, malah hamil segala jika pisah kasihan anaknya..

2023-08-24

0

Uthie

Uthie

masih lanjut 👍🤗

2022-09-10

0

GiswaYashika

GiswaYashika

makasih ya masukannya 🙂 ,

2022-09-06

0

lihat semua
Episodes
1 Marah
2 Tidak saling mengenal
3 Cerai
4 Pergi
5 Pendarahan
6 Menyerah
7 Saran Adam
8 Jantung zila berdebar kencang
9 Keputusan Zila
10 Ada apa lagi dengan Daffa
11 Kembali
12 emosi lagi
13 Perhatian Raka
14 Kunci kamar hilang
15 Ingatan Daffa
16 Berangkat bersama Daffa
17 obrolan di atas ranjang
18 Zahra Aulia
19 Cinta pertama
20 Abang Zidan, mbak kiya
21 dongeng sebelum tidur
22 Tamparan Daffa
23 Uang belanja
24 Sepatu bayi
25 perasaan aneh
26 Ketakutan zila
27 Pulpen
28 Kembali tersakiti
29 kebimbangan zila
30 formalitas
31 supermarket
32 Mandul
33 Buka baju
34 Perasaan Daffa
35 Bayang bayang Zahra
36 Pingsan
37 rumah sakit
38 Tangisan Zahra
39 kaki bengkak
40 S2
41 Hamil
42 wanita murahan
43 reunian part 1
44 Rasa sakit
45 Rasa sakit 2
46 Pilihan akhir
47 Maaf
48 keputusan
49 penyesalan
50 Sakit
51 pulang
52 Mimpi
53 Aku mencintaimu
54 Sulit di pahami
55 ehemm
56 semuanya salah
57 Main basket
58 paparazi
59 operasi
60 Zila
61 Jangan pergi
62 rasa takut
63 Jangan pernah pergi
64 Hay Hay
65 Kopi caramel kesukaan zidan
66 Maaf
67 aku yang salah
68 Jalan jalan
69 Berpisah
70 Hamil ?
71 Sakit
72 Tuduhan
73 perhatian
74 Ngidam
75 siapa alesha
76 Selingkuh ?
77 Pilihan sulit
78 Pelukan
79 Sayang
80 Sepatu bayi
81 masa lalu
82 Kenangan satu
83 Kenangan 2
84 Melahirkan
85 Anak perempuan
86 Kebenaran
87 Bercanda
88 penyesalan zidan
89 Azizah Alnaira
90 Kangen ibu
91 Ibu pengganti
92 Siapa
93 akhirnya
94 cerai
95 pelukan
96 menghilang
97 Baikan
98 Sayang
99 pertemuan dengan rafa
100 Ketahuan
101 Bazar
102 ending
Episodes

Updated 102 Episodes

1
Marah
2
Tidak saling mengenal
3
Cerai
4
Pergi
5
Pendarahan
6
Menyerah
7
Saran Adam
8
Jantung zila berdebar kencang
9
Keputusan Zila
10
Ada apa lagi dengan Daffa
11
Kembali
12
emosi lagi
13
Perhatian Raka
14
Kunci kamar hilang
15
Ingatan Daffa
16
Berangkat bersama Daffa
17
obrolan di atas ranjang
18
Zahra Aulia
19
Cinta pertama
20
Abang Zidan, mbak kiya
21
dongeng sebelum tidur
22
Tamparan Daffa
23
Uang belanja
24
Sepatu bayi
25
perasaan aneh
26
Ketakutan zila
27
Pulpen
28
Kembali tersakiti
29
kebimbangan zila
30
formalitas
31
supermarket
32
Mandul
33
Buka baju
34
Perasaan Daffa
35
Bayang bayang Zahra
36
Pingsan
37
rumah sakit
38
Tangisan Zahra
39
kaki bengkak
40
S2
41
Hamil
42
wanita murahan
43
reunian part 1
44
Rasa sakit
45
Rasa sakit 2
46
Pilihan akhir
47
Maaf
48
keputusan
49
penyesalan
50
Sakit
51
pulang
52
Mimpi
53
Aku mencintaimu
54
Sulit di pahami
55
ehemm
56
semuanya salah
57
Main basket
58
paparazi
59
operasi
60
Zila
61
Jangan pergi
62
rasa takut
63
Jangan pernah pergi
64
Hay Hay
65
Kopi caramel kesukaan zidan
66
Maaf
67
aku yang salah
68
Jalan jalan
69
Berpisah
70
Hamil ?
71
Sakit
72
Tuduhan
73
perhatian
74
Ngidam
75
siapa alesha
76
Selingkuh ?
77
Pilihan sulit
78
Pelukan
79
Sayang
80
Sepatu bayi
81
masa lalu
82
Kenangan satu
83
Kenangan 2
84
Melahirkan
85
Anak perempuan
86
Kebenaran
87
Bercanda
88
penyesalan zidan
89
Azizah Alnaira
90
Kangen ibu
91
Ibu pengganti
92
Siapa
93
akhirnya
94
cerai
95
pelukan
96
menghilang
97
Baikan
98
Sayang
99
pertemuan dengan rafa
100
Ketahuan
101
Bazar
102
ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!