MAHM BAB 10 - Rasa Percaya Diri

"Saya... "Jeje bingung harus menjawab apa. Bersamaan dengan itu, pintu kamar diketuk oleh pelayan yang ingin mengantarkan makanan.

"Kita makan dulu!" ucap Damian membebaskan Jeje dari pangkuannya.

Damian menyuruh pelayan masuk dan menyusun makanan di meja yang tersedia di kamar itu. Setelah selesai, pelayan keluar dengan membungkuk hormat.

Sementara Jeje menelan ludahnya menatap makanan yang tersaji tapi dia takut-takut menyentuh makanan itu mengingat peringai Damian yang menyeramkan.

"Apa ada peraturan makan tertentu, Tuan?" tanya Jeje dengan memberanikan diri menatap Damian yang menuang anggur ke gelasnya.

"Masukkan ke mulut, kunyah dan perut yang akan mencernanya! Memangnya bagaimana cara makanmu sehari-hari?"

Jeje semakin salah tingkah, untuk menutupi rasa groginya dia mengambil gelas yang sudah berisi anggur itu dan meminumnya hingga tandas.

"Mhhh... "Jeje masih asing dengan rasanya.

"Ck, kau kelihatan berantakan!" decak Damian melihat tingkah Jeje yang serampangan.

Jeje mencoba mengatur nafasnya dan menahan kepalanya yang langsung pusing. Dia harus cepat menghabiskan makanannya dan pulang atau Damian akan memperlakukannya seperti budak yang disuruh mandi terus-menerus.

Suasana jadi hening hanya ada suara sendok dan garpu Jeje yang berdenting yang membuat Damian jadi gusar mendengarnya.

"Tidak boleh ada suara apapun saat makan bersamaku!" ucap Damian dengan nada tegas membuat Jeje langsung menghentikan makannya.

"Tuh kan!" batin Jeje semakin kesal.

Lalu Jeje mencoba menampilkan senyuman terbaiknya untuk berbicara pada Damian yang masih makan dengan tenang dan elegan.

"Tuan, saya sudah selesai. Bolehkah saya pulang?" tanyanya.

"Kau dari tadi ingin pulang, apa ada pelangganmu yang menunggu?"

"Tentu saja tidak, hanya Tuan PS partner terakhirku!" elak Jeje dengan menggebu. "Saya harus kuliah!"

Damian menatap Jeje sejenak lalu melanjutkan makannya lagi. "Baiklah, setelah ini aku akan mengantarmu pulang!"

Mendengar itu, Jeje tampak kesenangan. Dia berharap setelah ini tidak berhubungan lagi dengan Damian.

"Kenapa Tuan repot-repot menahanku disini?" tanya Jeje kemudian.

Damian tidak menjawab karena sebelumnya dia memang emosi pada Jeje yang nomor ponselnya tidak aktif. Dia ingin menghukum Jeje dengan hukuman yang sulit dibayangkan tapi semua berubah ketika dia menyadari bahwa dia tidak merasa jijik pada gadis itu.

"Tuan, tidak perlu menjawabnya kok!" ucap Jeje lagi yang merasa pertanyaannya sangat berbahaya mengingat Damian bukan pria sembarangan.

Akhirnya yang dinanti Jeje datang juga, dia bisa keluar dari kamar yang membuatnya sesak itu. Jeje pikir akan ada supir yang mengantarnya pulang, tapi ternyata Damian sendiri yang mengantarnya pulang.

"Berikan tasnya!" perintah Damian pada anak buahnya yang menyimpan tas Jeje sebelumnya.

Jeje menerima tasnya dengan sorai gembira sambil memeluk dan menciumnya. "Akhirnya, kita bisa pulang!"

*****

Jeje semakin keheranan, Damian bisa tahu letak apartemennya tanpa dia bertanya dahulu pada dirinya. Selama perjalanan pria itu juga hanya diam dan fokus menyetir membuat Damian begitu misterius di mata Jeje.

"Saya permisi, Tuan!" pamit Jeje saat akan keluar dari mobil.

"Kau tidak ingin memberiku salam perpisahan?" tanya Damian kemudian.

"Salam perpisahan? Oh iya, selamat tinggal... Mhhh, maksud saya selamat malam, Tuan!" ucap Jeje terbata.

Tangannya sudah meraih seat belt untuk melepasnya dari tubuhnya. Tapi tiba-tiba tubuh Damian condong ke arah Jeje dan jantung gadis itu berdebar hebat karena wajah Damian begitu dekat dengannya.

Damian semakin mendekat dan berbisik. "Bukan begitu caranya!"

Dan tanpa peringatan Damian langsung menyambar bibir Jeje dengan buas tanpa memberi celah Jeje untuk memberontak.

Damian begitu lihai menggoda Jeje yang membuat gadis itu begitu menikmati permainan lidahnya. Sampai akhirnya Damian melepas ciumannya karena merasa Jeje sudah kesulitan bernafas.

Benar saja Jeje terengah-engah dengan pipi yang merona dan hal itu membuat Damian mengulum senyumnya penuh arti.

"Keluarlah!" ucap Damian kemudian.

Jeje segera keluar dari mobil Damian karena takut pria itu akan melakukan hal lebih seperti tadi siang walaupun dia juga menikmatinya.

Satu

Dua

Damian menghitung dalam hatinya dengan menatap Jeje yang berjalan akan memasuki apartemen. Dan saat akan menghitung angka ketiga, dia sangat yakin jika gadis itu akan membalik badan untuk melihatnya. Karena artinya, Jeje sudah terpikat olehnya.

Tiga

Sesuai dugaan, Jeje membalik badan dan menatap Damian yang masih berada dalam mobil.

"Kena kau!" batin Damian. "Setelah ini kita pasti bertemu kembali tapi kau sendiri yang datang padaku!"

*****

Tema cerita ini hot hot pop ya😅 jadi banyak adegan ciuman dan bercocok tanam sebelum nikah. Jadi, bagi yang tidak suka bisa di skip aja. 🤗

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***