MAHM BAB 20 - Menaruh Curiga

Jeje melihat kalender di ponselnya dan menghitung kapan terakhir kali dirinya datang bulan. Seharusnya dari beberapa hari lalu jadwalnya datang bulan tapi kenapa bulan ini dia belum menstruasi juga.

"Apa jangan-jangan..." Jeje sudah berpikiran negatif karena takut hamil karena selama berhubungan dengan Damian, mereka tidak memakai pengaman.

Setelah pulang kuliah, Jeje singgah ke apotik karena ingin membeli alat tes kehamilan. Jeje memakai alat itu di toilet yang ada di apotik karena ingin cepat tahu hasilnya.

"Negatif!" gumam Jeje saat melihat hasil dari alat tes kehamilan yang menunjukkan satu garis.

Lantas kalau hasilnya negatif kenapa Jeje terlambat datang bulan?

Untuk memastikan dia baik-baik saja, Jeje meminta supir mengantarnya untuk pergi ke rumah sakit. Di sana Jeje mendaftar di bagian dokter kandungan untuk berkonsultasi.

Dan kenyataan pahit Jeje terima kalau ternyata dokter menemukan hormon progestogen di tubuhnya yang bisa menghentikan ovulasi.

Bagaimana bisa?

Jeje mengingat sebulan yang lalu saat dokter pribadi Damian menyuntiknya dan Jeje yakin itu bukan vitamin melainkan suntikan kontrasepsi.

Bodohnya Jeje begitu mudahnya percaya, ternyata Damian memang hanya menganggapnya partner ranjang tanpa mau terikat apapun dengan dirinya. Bahkan lelaki itu memberi suntikan kontrasepsi tanpa persetujuan darinya.

Jemari lentik itu meremas ujung rok yang dia kenakan, Jeje merasa sakit hati luar biasa. Sekarang dia akan memperjelas hubungannya dengan Damian, dia tidak mau menjadi pemuas hasrat semata.

*****

Keith berlari tergopoh mendatangi Damian di mansionnya karena ingin memberi informasi penting.

"Damian!" teriaknya saat masuk ke dalam mansion.

"Tuan Damian, ada di kolam renang!" ucap salah satu pelayan.

Keith mendatangi Damian di kolam renang dan mendapati lelaki itu tengah berenang di sana.

"Ada apa?" tanya Damian menyadari Keith mendekat padanya.

"Aku menemukan microchip di tubuhnya!" lapor Keith.

Yang dimaksud Keith adalah anak buah yang tertangkap tempo hari dan diculik oleh Damian ternyata di dalam tubuhnya sudah dipasang microchip. Rupanya polisi sengaja memasangnya, pantas saja Damian begitu mudah saat membobol kantor polisi waktu itu.

"Aku sudah menghabisinya tapi lokasi markas kita sudah terlacak! Aku mengevakuasi anak buah kita dan juga barang-barang. Mereka menyebar agar tidak ketahuan!" jelas Keith lagi.

Damian meraup wajahnya kasar, baru kali ini dia kecolongan begini. Semua perhitungannya meleset hanya karena satu kesalahan.

"Sebaiknya kita harus pergi sementara waktu supaya polisi tidak bisa melacak keberadaan kita!" saran Keith kemudian.

"Kita bersiap sekarang juga!" ucap Damian tegas.

Lelaki itu naik ke permukaan dan langsung memakai handuk dengan melilitkan ke pinggangnya.

Dengan cepat Damian memberi anak buahnya komando untuk bersiap pergi.

"Dimana wanitaku?" tanya Damian menanyakan keberadaan Jeje.

"Nona sedang perjalanan pulang!" lapor salah satu anak buahnya.

"Suruh supir untuk pergi ke lokasi persembunyian!" perintah Damian dengan lantang.

Damian memang mempunyai tempat persembunyian jika sewaktu-waktu ada keadaan genting seperti ini.

Sementara supir Jeje yang mendapat perintah langsung memutar arah mobil membuat Jeje bingung.

"Kenapa putar balik?" tanya Jeje di kursi belakang.

"Saya mendapat perintah dari tuan Damian, Nona!" jawabnya.

Jeje memejamkan matanya karena mulai merasa was-was berada di sisi Damian. Sampai mobil melewati jalanan sepi dan masuk area hutan.

Ada sebuah rumah pondok di sana. Mobil berhenti dan sang supir meminta Jeje untuk turun.

"Siapa sebenarnya kau, Damian!" gumam Jeje dalam hatinya.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***