Suamiku Billioner Belok
Zeana adalah gadis cuek. Dia tidak peduli dengan pendapat orang lain mengenai dirinya. Bahkan ketika orang-orang mengatainya karena wajahnya yang kurang terawatt dan rambutnya yang kurang terurus. Menurut Zeana tidak waktu untuk memikirkan tentang penampilan.Dari pada dia harus menghabiskan banyak uang untuk membeli produk skincare yang bisa seharga uang makan selama sebulannya. Dia lebih baik menggunakan uangnya untuk membantu panti asuhan yang dulu menjadi tempatnya berteduh saat kecil.
Pagi ini dia sudah siap dengan seragam tempatnya bekerja sebagai buruh pabrik. Setidaknya dia bisa bertahan hidup dan membantu panti asuhannya. Semua barang sudah dia masukan kedalam sebuah tas kecil yang sudah terlihat usang. Dengan beberapa jahitan untuk menutupi lubang yang di tas itu.
"Mari kita bekerja." ucap Zeana.
Dia berjalan hingga depan gang untuk menyetop angkot yang akan membawanya ke tempatnya bekerja. Jaraknya memang sedikit jauh dari tempatnya tinggal. Mau bagaimana lagi tempat tinggal di sekitar pabrik tidak sesuai dengan gajinya. Walaupun dia harus pergi pagi-pagi sekali hanya agar dia tidak telat masuk.
Sebelum angkot berhenti sebuah motor berhenti di depannya. Seorang wanita menarik kaca helmnya ke atas. Zeana tersenyum saat melihat orang yang dikenalnya.
"Ayo bareng." ajak wanita muda yang seumur dengan zeana. Keduanya memang memiliki nasib yang hampir sama. Bedanya zeana hidup sebantang kara sedang wanita yang bernama Dian itu memiliki dua adik. Hidup keduanya memang sangat keras.
"Jarang-jarang kamu pergi pagi Dian." ucap Zeana yang sedikit aneh dengan wanita ini. Padahal biasanya Dian sering banget telat karena harus mengantar kedua adiknya sekolah sebelum ke tempat kerja.
"Adik aku lagi libur, jadi aku bisa pergi pagi biar bisa bareng sama kamu na." ucap Dian.
"Padahal kamu gak harus datang pagi kaya gini. Jadi gak enak deh." ucap Zeana.
"Gak kok kitakan sejalan. Selain itu kalau aku pergi sendiri jam segini pasti masih sepi. Kalau pergi agak siang macet." jelas Dian. Walaupun sebenarnya dia memang ingin mengajak Zeana pergi bersama. Karena sedikit kasihan pada temannya. Tentu saja gaji dari pabrik tidaklah kecil tapi Zeana selalu mengirimkan setengah gajinya untuk panti asuhan. Hal itu yang membuat Zeana terkadang harus mengirit agar dapat bertahan hidup hingga akhir bulan.
"Aku tahu kok kamu cuman alasan saja." ucap Zeana.
"hahhaha kamu tahu ajah, btw kamu masih nerima oderan kue gak nih?" tanya Dian.
"Kenapa gitu?" tanya zeana.
"Kemarin pak kosim pemilik kontrakan aku minta tanya ke kamu bisa buatin blackforest hari jumat ini. Kue itu untuk ulangtahun anaknya." jelasn Dian
"Jumat ini aku belum ada oderan banyak sih jadi bisa. Jam berapa acaranya?" tanya Zeana.
"jam 10 pagi." ucap Dian.
"Aku bisa Dian, hari jumat aku sift malam jadi bisa ambil pesanan itu." jelas Zeana.
"Ya sudah hari ini aku kabarin pada pak kosim." ucap Dian.
"Hem." ucap Zeana.
"BTW Zeana, Kamukan banyak tuh oderan kuenya. Kenapa gak sesekali kamu peduli sama diri kamu sendiri ?" ucap Dian.
"Maksud kamu gimana ?" tanya Zean.
"Ya kamu sesekali melawat diri kamu, aku bukan ingin mengatai-ngatai kamu. Tapi wajah cantik kamu jadi tidak terlihat karena kurang terurus. Setidaknya kamu sisakan uang untuk memberi produk perawatan wajah." ucap Dian.
Dian memang tidak habis pikir dengan temannya satu ini. Ketika wanita zaman sekarang berlomba-lomba untuk merawat diri. Sedangkan zean sama sekali tidak peduli dengan hal itu. Padahal wajah Zean sangat cantik jika sedikit di rawat. Wajahnya tidak berjerawat hanya kusam karena terlalu sering terpapar matahari karena tidak menggunakan sunblock. Padahal Zeana memiliki bentuk wajah yang bagus dengan hidung mancung, alis yang tebal, buru mata lentik dan pipi cuby yang sangat pas di wajahnya.
"DIan, dari padaku habiskan uangku untuk memberi barang-barang itu. Aku lebih baik mengerimkannya untuk panti asuhan."
"Ya aku sudah duga itu jawabanmu." ucap Dian.
Hingga keduanya tidak terasa sudah sampai di tempat mereka bekerja. Mereka berpisah ke tempat kerjanya. Zeana dan Dian ditempatkan pada bagian yang berbeda tapi mereka selalu memiliki shift kerja yang sama. Mungkin itu suatu keburuntungan untuk mereka berdua.
Ditempat lain, Seorang pria tampan yang hampir menginjak umur akhir 30 tahun sedang asik dengan tumpukan laporan yang berada di mejanya. Dia fokus membaca sebuah laporan yang sedang dipegangnya hingga suara mengganggu kosentrasinya. Dia langsung mengangkat telepon itu saat tahu siapa yang meneleponnya.
"Aku tidak bisa mami, pekerjaanku menumpuk beberapa hari ini karena baru saja pembukaan cabang perusahaan." ucap pria itu.
"Mami tidak mau tahu kamu pulang malam ini, atau kamu akan melihat besok mama hanya tinggal nama saja." ancam wanita yang dipanggil mami itu.
"Mami masih sehat jangan ngomong aneh-aneh." ucap pria itu santai yang tidak terpengaruh oleh ancaman maminya.
"Pulang sekarang anak sialan. Jangan sampai mami menarik pacarmu itu kedepan ayahmu." ucap mami yang membuat pemuda itu menghela nafas kasar.
"Baiklah, Theo akan usahain pulang malam ini ke rumah."
"Bukan usahain tapi wajib." setelah itu telepon terputus sepihak oleh sang mami. Sedangkan pria bernama Theo itu mengacak-acak rambutnya karena kesal.
Pemuda itu menelepon seseorang yang beberapa saat kemudian terdengar suara.
"Hari ini aku pulang ke rumah mami."
"Ya sudah aku tidak akan ke apartement kamu malam ini juga. Sudah dulu ya aku harus lanjutin kerjaan. Hari ini ada rapat." ucap lawan bicara Theo.
"Aku juga harus menyelesaikan laporan yang menepuk. Semangat ya." ucap lembut Theo.
"Tentu saja kamu juga ya Theo. bye." sebelum telepon itu tertutup. Wajah Theo tidak sama sekali menunjukkan senyuman. Senyumannya sudah hilang beberapa tahun bersama rasa kekecewaanya yang merubahnya menjadi Theo saat ini. Tanpa sadar pria itu terdiam dalam waktu yang cukup lama sambil mengingat masa lalunya.
Dia tidak menduga akan seperti hari ini. Tentu saja dia ingin kembali seperti dulu tapi hal itu sulit keberadaan orang itu sangat mempengaruhinya. Tidak ada orang yang bisa menjadi sandarannya setelah kejadian itu. Hanya orang itu yang membuatnya selalu membutuhkan keberadaanya.
"Andai saja dulu kamu tidak melakukan itu padaku. Kita bisa hidup bahagia seperti pasangan lain. Kamu memang jahat memberikan aku luka yang sulit disembuhkan." gumam Theo.
Setelah itu dia kembali melanjutkan pekerjaannya. Dia harus segera menyelesaikan agar bisa pulang tepat waktu atau sang mami akan mengeluarkan taringnya. Tentu saja Theo malas berurusan dengan wanita yang sangat dirinya sayangi. Wanita yang melahirkannya dan membuatnya bisa menghirup udara di dunia ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments