NovelToon NovelToon

Suamiku Billioner Belok

1. Wanita mandiri

Zeana adalah gadis cuek. Dia tidak peduli dengan pendapat orang lain mengenai dirinya. Bahkan ketika orang-orang mengatainya karena wajahnya yang kurang terawatt dan rambutnya yang kurang terurus. Menurut Zeana tidak waktu untuk memikirkan tentang penampilan.Dari pada dia harus menghabiskan banyak uang untuk membeli produk skincare yang bisa seharga uang makan selama sebulannya. Dia lebih baik menggunakan uangnya untuk membantu panti asuhan yang dulu menjadi tempatnya berteduh saat kecil.

Pagi ini dia sudah siap dengan seragam tempatnya bekerja sebagai buruh pabrik. Setidaknya dia bisa bertahan hidup dan membantu panti asuhannya. Semua barang sudah dia masukan kedalam sebuah tas kecil yang sudah terlihat usang. Dengan beberapa jahitan untuk menutupi lubang yang di tas itu.

"Mari kita bekerja." ucap Zeana.

Dia berjalan hingga depan gang untuk menyetop angkot yang akan membawanya ke tempatnya bekerja. Jaraknya memang sedikit jauh dari tempatnya tinggal. Mau bagaimana lagi tempat tinggal di sekitar pabrik tidak sesuai dengan gajinya. Walaupun dia harus pergi pagi-pagi sekali hanya agar dia tidak telat masuk.

Sebelum angkot berhenti sebuah motor berhenti di depannya. Seorang wanita menarik kaca helmnya ke atas. Zeana tersenyum saat melihat orang yang dikenalnya.

"Ayo bareng." ajak wanita muda yang seumur dengan zeana. Keduanya memang memiliki nasib yang hampir sama. Bedanya zeana hidup sebantang kara sedang wanita yang bernama Dian itu memiliki dua adik. Hidup keduanya memang sangat keras.

"Jarang-jarang kamu pergi pagi Dian." ucap Zeana yang sedikit aneh dengan wanita ini. Padahal biasanya Dian sering banget telat karena harus mengantar kedua adiknya sekolah sebelum ke tempat kerja.

"Adik aku lagi libur, jadi aku bisa pergi pagi biar bisa bareng sama kamu na." ucap Dian.

"Padahal kamu gak harus datang pagi kaya gini. Jadi gak enak deh." ucap Zeana.

"Gak kok kitakan sejalan. Selain itu kalau aku pergi sendiri jam segini pasti masih sepi. Kalau pergi agak siang macet." jelas Dian. Walaupun sebenarnya dia memang ingin mengajak Zeana pergi bersama. Karena sedikit kasihan pada temannya. Tentu saja gaji dari pabrik tidaklah kecil tapi Zeana selalu mengirimkan setengah gajinya untuk panti asuhan. Hal itu yang membuat Zeana terkadang harus mengirit agar dapat bertahan hidup hingga akhir bulan.

"Aku tahu kok kamu cuman alasan saja." ucap Zeana.

"hahhaha kamu tahu ajah, btw kamu masih nerima oderan kue gak nih?" tanya Dian.

"Kenapa gitu?" tanya zeana.

"Kemarin pak kosim pemilik kontrakan aku minta tanya ke kamu bisa buatin blackforest hari jumat ini. Kue itu untuk ulangtahun anaknya." jelasn Dian

"Jumat ini aku belum ada oderan banyak sih jadi bisa. Jam berapa acaranya?" tanya Zeana.

"jam 10 pagi." ucap  Dian.

"Aku bisa Dian, hari jumat aku sift malam jadi bisa ambil pesanan itu." jelas Zeana.

"Ya sudah hari ini aku kabarin pada pak kosim." ucap Dian.

"Hem." ucap Zeana.

"BTW Zeana, Kamukan banyak tuh oderan kuenya. Kenapa gak sesekali kamu peduli sama diri kamu sendiri ?" ucap Dian.

"Maksud kamu gimana ?" tanya Zean.

"Ya kamu sesekali melawat diri kamu, aku bukan ingin mengatai-ngatai kamu. Tapi wajah cantik kamu jadi tidak terlihat karena kurang terurus. Setidaknya kamu sisakan uang untuk memberi produk perawatan wajah." ucap Dian.

Dian memang tidak habis pikir dengan temannya satu ini. Ketika wanita zaman sekarang berlomba-lomba untuk merawat diri. Sedangkan zean sama sekali tidak peduli dengan hal itu. Padahal wajah Zean sangat cantik jika sedikit di rawat. Wajahnya tidak berjerawat hanya kusam karena terlalu sering terpapar matahari karena tidak menggunakan sunblock. Padahal Zeana memiliki bentuk wajah yang bagus dengan hidung mancung, alis yang tebal, buru mata lentik dan pipi cuby yang sangat pas di wajahnya.

"DIan, dari padaku habiskan uangku untuk memberi barang-barang itu. Aku lebih baik mengerimkannya untuk panti asuhan."

"Ya aku sudah duga itu jawabanmu." ucap Dian.

Hingga keduanya tidak terasa sudah sampai di tempat mereka bekerja. Mereka berpisah ke tempat kerjanya. Zeana dan Dian ditempatkan pada bagian yang berbeda tapi mereka selalu memiliki shift kerja yang sama. Mungkin itu suatu keburuntungan untuk mereka berdua.

Ditempat lain, Seorang pria tampan yang hampir menginjak umur akhir 30 tahun sedang asik dengan tumpukan laporan yang berada di mejanya. Dia fokus membaca sebuah laporan yang sedang dipegangnya hingga suara mengganggu kosentrasinya. Dia langsung mengangkat telepon itu saat tahu siapa yang meneleponnya.

"Aku tidak bisa mami, pekerjaanku menumpuk beberapa hari ini karena baru saja pembukaan cabang perusahaan." ucap pria itu.

"Mami tidak mau tahu kamu pulang malam ini, atau kamu akan melihat besok mama hanya tinggal nama saja." ancam wanita yang dipanggil mami itu.

"Mami masih sehat jangan ngomong aneh-aneh." ucap pria itu santai yang tidak terpengaruh oleh ancaman maminya.

"Pulang sekarang anak sialan. Jangan sampai mami menarik pacarmu itu kedepan ayahmu." ucap mami yang membuat pemuda itu menghela nafas kasar.

"Baiklah, Theo akan usahain pulang malam ini ke rumah."

"Bukan usahain tapi wajib." setelah itu telepon terputus sepihak oleh sang mami. Sedangkan pria bernama Theo itu mengacak-acak rambutnya karena kesal.

Pemuda itu menelepon seseorang yang beberapa saat kemudian terdengar suara.

"Hari ini aku pulang ke rumah mami."

"Ya sudah aku tidak akan ke apartement kamu malam ini juga. Sudah dulu ya aku harus lanjutin kerjaan. Hari ini ada rapat." ucap lawan bicara Theo.

"Aku juga harus menyelesaikan laporan yang menepuk. Semangat ya." ucap lembut Theo.

"Tentu saja kamu juga ya Theo. bye." sebelum telepon itu tertutup. Wajah Theo tidak sama sekali menunjukkan senyuman. Senyumannya sudah hilang beberapa tahun bersama rasa kekecewaanya yang merubahnya menjadi Theo saat ini. Tanpa sadar pria itu terdiam dalam waktu yang cukup lama sambil mengingat masa lalunya.

Dia tidak menduga akan seperti hari ini. Tentu saja dia ingin kembali seperti dulu tapi hal itu sulit keberadaan orang itu sangat mempengaruhinya. Tidak ada orang yang bisa menjadi sandarannya setelah kejadian itu. Hanya orang itu yang membuatnya selalu membutuhkan keberadaanya.

"Andai saja dulu kamu tidak melakukan itu padaku. Kita bisa hidup bahagia seperti pasangan lain. Kamu memang jahat memberikan aku luka yang sulit disembuhkan." gumam Theo.

Setelah itu dia kembali melanjutkan pekerjaannya. Dia harus segera menyelesaikan agar bisa pulang tepat waktu atau sang mami akan mengeluarkan taringnya. Tentu saja Theo malas berurusan dengan wanita yang sangat dirinya sayangi. Wanita yang melahirkannya dan membuatnya bisa menghirup udara di dunia ini.

2. Permintaan Mama

Theo baru saja sampai rumah jam 8 malam. Dia tidak menyangka menyelesaikan laporannya akan menghabiskan waktu yang sangat lama. Ternyata kedatangannya sudah di tunggu oleh wanita yang sangat disayangi oleh Theo. Tapi wajahnya terlihat sangat menyeramkan seperti akan menguliti Theo. Hal itu membuat Theo menelan ludahnya sangat sulit. Maminya memang sangat menyeramkan kalau marah seperti saat ini.

"Yang mau sampai kapan kamu menatap anak nakal itu seperti santapan saja." ucap seorang pria yang sudah tidak muda lagi tapi masih terlihat tampan dan gagah. Pria tua itu baru datang dari ruang keluarga saat sang istri tidak kembali dari dapur untuk mengambilkannya minum.

"Anak sialan ini pulang telat. Lihatlah bahkan dia seperti tidak merasa bersalah membuat kedua orang tuanya ini menunggunya." ucap wanita tua yang masih terlihat cantik walaupun rambutnya sudah mulai memutih.

"Mami, Theo telat karena pekerjaan kantor sangat menumpuk." jelas Theo.

"Yang kamu kaya gak tahu ajah pekerjaan kantor selalu sangat banyak." jelas suami wanita yang mencoba menyelamatkan anaknya dari amukan sang istri. Dia merasa kasihan pada anaknya yang siap di telan bulat-bulat oleh istrinya.

"Anak sama ayah sama saja terlalu tergila-gila dengan pekerjaan. Setidaknya ayahmu lebih baik dibandingkan kamu Theo." ucap wanita itu dengan nada sinis.

Wanita tua itu masih tidak menyangka dengan kelakuan anaknya. Walaupun dia juga tidak membenarkan kelakuan suaminya sebelum bertemu dengannya di masa lalu.

"Sudah tidak usah kamu ungkit lagi yang. Jangan membuat acara makan malam keluarga ini hancur." ucap ayah Theo pada sang istri.

"Kamu membela anak sialan ini." ucap mami Theo.

"Aku tidak sedang membelanya hanya saja papi sudah lapar." jelas papi Theo yang mencoba membantu Theo. Dia hanya sedang tidak ingin membah hal yang beberapa tahun ini kecewa dengan anak sulungnya. Padahal dia selalu membanggakan anak sulungnya selama ini.

"Ya sudah ayo kita makan malam, Kamu Theo bisa mandi dulu di kamarmu. Ingat segera ke bawah." ucap maminya dengan nada tajam yang dianggukan oleh Theo.

Walaupun Theo dan ayahnya terkenal dengan sikap dingin dan kejam di dunia bisnis. Tapi kedua pria itu akan menjadi anjing penurut di depan maminya dan istrinya. Mami Theo lebih menyeramkan dari kedua pria itu. Hanya dengan mengeluarkan kalimat ultimatum kedua pria berbeda usia itu akan langsung menurut.

Terkadang meraka sangat bingung kenapa wanita itu selalu memiliki cara membuat Theo maupun papi Theo untuk tidak bisa membantah. Bahkan sebelum membatah keduanya langsung terbungkam.

"Sudahlah yang, kamu jangan suka marah-marah. Nanti darah tinggi." ucap papi.

"Kamu doain aku darah tinggi?"tanya mami marah.

"Ya gaklah sayang, aku selalu berharap kita sehat dan hidup bersama hingga maut memanggil kita bersama." ucap papi yang membuat mami langsung luruh.

"Aku hanya masih kecewa pada anak sulung kita." ucap mami.

"aku juga seperti kamu sayang, Tapi kita hanya bisa menggunakan cara licik untuk anak pintar kita itu. Dia hanya belum menemukan rumahnya sebenarnya. Seperti dulu aku yang belum menemukan kamu." jelas mami yang membuat mami tersipu malu.

"Aduh istriku masih tersipu malu padahal sudah tidak muda lagi." ucap papi yang langsung mendaptkan tatapa tajam dari sang istri.

"Apa kamu bilang aku sudah tua?" ucap mami dengan tatapan tajam yang hanya direspon tawa kecil dari papi dnegan rangkulan hangat di tubuh mungil istrinya.

"Sebaiknya kita tunggu anak nakal itu di meja makan. Bukankah kamu sudah mendapatkan ide untuk membuat anak nakal itu menemukan rumahnya sebenarnya." jelas papi dengan senyum mesumnya.

"Hey tua bangka berhenti memikirkan otak mesumnya itu. " ucap mami yang sebal.

"hahahah apa ada yang salah dengan yang aku ucapkan yang?" tanya papi.

"Yang salah wajah kamu itu pak tua." ucap mami.

Perbincangan kedua orang itu selama ini dilihat oleh Theo yang baru turun dari tangga beberapa saat lalu. Dia sangat iri melihat kedua orang tuanya saat ini. Sesungguhnya dia tidak ingin seperti saat ini. Dia ingin memiliki seseorang seperti ibunya. Tapi tubuhnya tidak bisa menerimanya.

"Mau hingga kapan mami dan papi terus berantem." ucap Theo yang berjalan menuju meja makan.

"Kamu pikir kita sedang berantem? Ini namanya bercengkram antara sepasang kekasih. Kamu harus segera mencari wanita yang membuat kamu nyaman bukan malah bersama orang itu." sindir sinis papi pada Theo yang membuat pria muda itu terdiam. Dia tidak ingin melawan ucapan sang papi.

"Sudah kita lanjutkan makan malam yang sudah telat." sindir maminya.

Theo yang hanya bisa membuang nafas kasar. Kenapa dia memiliki kedua orang tua yang suka menyindir seperti saat ini. Sekarang dia sadar kenapa papinya casanova ini bisa tunduk dengan maminya. Karena hanya maminya yang bisa membuat papinya pusing tujuh keliling. Selain itu maminya selalu meladeni setiap ucapan papinya yang tidak suka dibantah.

"Melamun terus hingga kiamat ." sindir maminya kembali yang membuat Theo sadar dari lamunanya.

"Mami kenapa sindir Theo terus sih." ucap Theo sebal dengan sang mami.

"Kalau kamu gak disindir terus gak akan pernah sadar. Anak kaya kamu gak mestinya dibaikkin nanti ngelunjak." ucap maminya.

"Benar tuh sayang, Theo memang gak semesti dibaikki. Dikasih hati minta jantung."Bela papinya.

"mami , papi." seru Theo.

"Kamu harus menikah dalam waktu dekat ini atau orang itu akan mendapatkan akibatnya." jelas mami yang meletakkan sedoknya. Kedua tangannya sekarang menahan dagunya.

"Mami, Aku tidak akan menikah."ucap Theo.

"Kamu mau besok mami mati karena anak sialan seperti kamu ini." ucap mami.

"Mami, aku sudah dewasa jadi jangan urusin masalah Theo."

"THEO kamu bicara apa pada mamimu." ucap papi dengan nada tinggi. Dia tidak suka ucapan sang anaknya itu pada istrinya. Padahal Naila selalu menangis saat melihat keadaan anaknya beberapa tahun ini. Tapi anaknya dengan tidak tahu diri malah mempermasalahkan istrinya mengatur hidupnya yang sudah hancur itu.

"Papi, theo hanya ingin dimengerti. Kalian tahu aku tidak bisa menikah." ucap Theo.

"Theo mami tidak menduga kamu akan seperti ini. Kamu tega pada mami. Ini permintaan mami selama menjadi orang tua kamu. Mami tidak pernah meminta sesuatu padamu. Tapi sekarang kamu menolak permintaan mami. Kamu memang mengecewakan mami." ucap mami Naila. Dia sudah berdiri dari duduknya dan menatap tajam anaknya.

"Aku tidak bisa mami, hanya pacarku saat ini yang membuatku nyaman di sampingnya. Aku tidak bisa bersama yang lain. Aku mohon mami mengerti Theo."

"Theo kamu gila."

"Ya Theo memang gila." ucap Theo yang tidak sadar sudah menaikkan nada suaranya yang membuat mami Naila terkejut. Wanita tua itu memengang dada kirinya karena merasa jatung berdetak sangat kencang. papi niko terkejut. Langsung menopang tubuh istrinya yang hampir menyentuh lantai.

"MAMI, Sayang." teriak keduanya saat melihat kondisi wanita yang mereka sayang tiba-tiba pingsan sambil memegang dada kirinya.

"Theo segera siapkan mobil kita bawa ibumu ke rumah sakit." ucap papi niko. Dia tidak menduga istrinya akan terkena serangan jantung saat mendengar ucapan anaknya.

Theo yang segera berlari ke mobinya dan menjalankan mobilnya setelah papinya masuk ke dalam mobil. Dia merasa bersalah sudah membentak maminya yang selama ini selalu menyanginya. Dia sadar mami yang lembutnya sudah menghilang sejak dia berubah. Theo sadar dengan keadaannya saat ini tapi dia juga tidak bisa berbuat apapun.

3.Penyesalan

Theo dan papi Niko sedang menunggu kabar dokter yang memeriksa mami Naila. Terlihat Theo merasa menyesal sudah membuat sang mami masuk ke rumah sakit. Dia hanya bisa duduk di salah satu kursi dengan kepala menunduk. Sedangkan papinya sedang berdiri dan sesekali berjalan untuk menghilang rasa khawatir dengan kondisi istrinya.

Naila memang memiliki masalah dengan organ jantung. Karena itu sang istri harus selalu melakukan perawatan secara berkara. Saat Naila melahirkan adikny Theo, dia sempat mengalami serangan jantung. Hal itu yang membuat Niko sangat menjaga emosi sang istri.

"Theo, Aku tidak peduli dengan kamu sejak beberapa tahun lalu. Tapi untuk hari ini jangan buat mamimu mengalami serangan jantung untuk kedua kalinya hanya karena keegoisanmu." ucap Niko dengan nada yang dingin. Theo semakin merasa bersalah karena dia sadar keluarganya sangat kecewa dengannya sejak pilihannya itu.

"Baik papi, Theo akan menuruti permintaan mami." ucap Theo.

"Aku tidak peduli tentang itu, Semua itu urusan kamu dengan ibumu." ucap Niko.

Dokter keluar dari ruangan Naila. Segera Niko berjalan mendekati dokter itu untuk mengetahui keadaan istrinya.

"Bagaimana keadaan istri saya dok?" tanya Niko.

"Nyonya Naila sempat mengalami serangan jantung mungkin karena sesuatu yang membuatnya syok. Saya harap pak Niko bisa menjaga nyonya dari hal yang membuatnya terkejut. Nyonya harus dalam keadaan bahagia dan pastikan tidak ada yang membuat pikiran nyonya terbebani." jelas dokter itu.

"Baiklah terima kasih dok. Apakah saya sudah boleh melihat istri saya?" tanya Niko.

"Anda bisa melihatnya setelah nyonya dipindahkan di ruangannya."ucap dokter.

Beberapa saat kemudian, mami Naila keluar dari UGD menuju kamar VIP di rumah sakit Ini. Theo mengikuti maminya yang dibawa oleh para suster  menuju ruangannya. Saat itu Theo melihat senyuman dari sang maminya. Dia paham maksud dari senyuman itu.

"Mami baik-baik saja, Itu bukan kesalahanmu sayang." ucap pelan mami saat Theo sudah ada di sampingnya. Bahkan wanita tua yang sudah melahirkan Theo masih bisa tersenyum. Padahal beberapa saat lalu jika saja Theo telat beberapa menit saja. Mungkin ibunya sudah tidak ada di sampingnya.

Theo tidak masuk ke dalam ruangannya. Dia berhenti di lorong tempat rumah sakit. Air matanya sudah mengalir saat melihat wanita yang disayanginya masih bisa menenangkannya padahal Theo adalah sumber masalahnya.

Sebuah suara langkah orang yang berlari mendekati ruang rawat sang mami. Theo sudah menduga siapa orang itu hingga sebuah pukulan mendalat di wajahnya.

"THEO, kalau bisa tidak membuat mami stress. Kamu itu anak sulung keluarga Bramsthan, tapi kenapa kamu selalu membuat masalah. Theo. " ucapa pemuda yang hanya berbeda satu tahun dari Theo.

"Troy, Aku tidak berniat membuat mami masuk rumah sakit." ucap Theo.

"Apakah aku harus mengingatkan kamu berapa kali mami masuk rumah sakit karena kamu Theo? Kamu tidak ingat sejak pilihan gilamu itu, mami jadi selalu memikirkan kamu. Mami tidak mungkin bisa tidak memikirkan anaknya. Jadi berhentilah keras kepala dan ikuti permintaan mami." ucap Troy sebelum masuk ke dalam ruangan maminya.

Theo menatap adik kecilnya yang sedang menatapnya kecewa. Gadis kecil yang memiliki umur sangat jauh dari Theo.

"kakak sepertinya harus merawat luka dari tonjokan kakak troy. Sebaiknya juga kakak jangan dulu temui mami sebelum kakak tahu harus melakukan tindakan yang terbaik untuk keluarga kita. Tia gak pernah mempermasalahkan pilihan kakak walaupun itu mengecewakan untuk Tia. Tapi Tia hanya berharap kakak Tia bisa bahagia terus, Dengan siapapun kakak bersama." ucap Tia sebelum masuk ke ruangan sang mami. Theo semakin merasa bersalah setelah mendengar ucapan sang adik kecilnya. Adik yang dulu sangat suka bermanja padanya tapi setelah beberapa tahun ini smeua itu berubah. Rumahnya yang dulu sangat hangat perlahan dingin karenanya.

Theo berjalan guntai menjauhi ruangan sang mami. Dia akan kembali ke apartement untuk menenangkan pikirannya. Dia tidak ingin maminya sakit lagi karenanya. Mungkin dia memang harus mengalah demi maminya.

Zeana sedang sibuk dengan pesanan kue untuk besok.  Padahal hari sudah sangat malam tapi tidak membuat gadis meninggalkan pekerjaanya.Hingga sebuah suara yang muncul dari hpnya. Hp yang hanya bisa digunakan untuk telepon dan sms saja. Padahal untuk wanita seumur Zeana mungkin sudah tidak ada yang menggunakan hp jenis itu.

Tertera nama seseorang yang sangat dikenal oleh zeana. Siapa lagi kalau bukan Dian, teman sejak SMA hingga saat ini.

"Hallo ada apa Dian?" tanya Zeana dengan hp yang dijepit oleh bahunya sedangkan kedua tangannya asik mengaduk adonan kue dengan mixer.

"Kamu lagi apa?"tanya Dian.

"Aduh an, kalau gak penting amat nanti ajah dulu. Aku lagi sibuk buat adona kue nih." ucap Zeana.

"Gila kamu masih buat kue malam-malam gini." ucap Dian yang tidak habis pikir dengan sahabatnya. Dia kadang merasa tubuh Zeana terbuat dari apa hingga tidak pernah merasakan lelah. Dia saja yang bekerja hanya di pabrik sudah lelah. Bagaimana Zeana yang selalu membuat kue untuk dititipkan di warung-warung setelah pulang kerja atau sebelum berangkat.

"Ya karena besok banyak yang pesan kue basah."

"Bukan kata kamu kemarin lagi sepi, terus kue pak kosim bagaimana?" tanya Dian.

"Kalau kue pesanan pak kosim  tenang saja. Aku buat besok pagi biar fresh." jelas Zeana. Sebenarnya bukan itu maksud Diana. Dia hanya merasa kasih pada Zeana yang harus membuat kue berjam-jam lalu malamnya kerja di pabrik.

" kalau  kamu butuh bantuan bilang sama aku ajah zeana." ucap Dian.

" kamu bantuin aku bisa-bisa pelanggan para kabur." ucap Zeana canda.

"sialan lu sama teman sendiri begitu amat." ucap Dian yang kesa, Memang Dian tidak pernah bisa masak, selain itu dia dan kedua adiknya juga tidak memiliki dapur untuk memasak. Jadi selama ini dia dan kedua adiknya hanya membeli makan di warung nasi. Selain itu Dian tidak pernah berniat untuk bisa memasak karena kerja saja sudah lelah apalagi ditambah harus masak setiap hari. Beruntungnya kedua adiknya tidak mempermasalahkan itu.

"Tapi faktanya benarkan hahahah, kamu goreng telur ajah seringnya gosong bagaimana bantu buat kue. Bisa-bisa kamu salah masukin bahan harusnya gula malah masukin garam kaya waktu itu." ucap Zean.

Dian pernah membantu zean untuk membuat kue dan saat itu Dian malah masukin garam, beruntungnya kue yang dibuat waktu itu tidak terlalu banyak. Jadi Zeana tidak rugi banyak karena kesalahan Dian. Pada saat itu Dian sangat merasa bersalah tapi zeana bukannya marah malah tertawa keras. Sejak saat itu Zeana suka mengungkit kejadian itu.

"Ya sudahlah, aku cuman mau kasih tahu kalau besok bawa kuenya ke hotel yang aku kirimin lewat sms. Jam 10 katany." jelas Dian.

"Ok deh bye, tidur nyenyak."

"kamu jangan memaksakan diri Zeana, kalau lelah istirahatlah. Tubuh kamu juga butuh istirahat." ucap  Dian.

"Siap bu bos. sudah dulu ya aku mau lanjut buat kue nih." jelas Zeana sebelum menutup telepon mereka.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!