Jam sudah menunjukan pukul 12 siang, gue pun bersiap-siap untuk berangkat sekolah. Setelah Via datang kita berdua pun langsung berangkat, seperti biasa kita menunggu angkot yang paling kece. Setelah 15 menit berlalu, akhirnya ada angkot yang lewat. Dan angkot itu pun berhenti tepat didepan kita.
"Vi, berangkat sekolah. Mau naik angkot gue gak?" kata supir angkot itu. Gue yang heran kenapa tuh supir angkot bisa kenal sama Via, gue pun langsung mengalihkan pandangan gue ke Via. Dan seketika Via terlihat panik setelah gue liatin.
"Hah, iya. Mau berangkat," kata Via singkat.
"Udah bareng gue aja, udah hampir setengah 1 masa belum berangkat. Ntar telat loh," kata tuh supir angkot. Via pun langsung melirik kearah gue yang masih kebingungan. Tapi setelah melihat jam yang gue pakai, benar aja jam sudah menunjukan pukul 12:20. Kalo kita gak buru-buru berangkat matilah kita sampai sekolahan.
"Ayo Vi, naik aja. Nanti keburu telat, lagian angkotnya bagus kok," kata gue yang tiba-tiba panik karena takut telat.
"Ya udah ayok," kata Via yang mungkin sebenarnya gak mau naik tuh angkot.
Di dalam angkot pun seperti biasa gue diam sambil mendengarkan musik yang disetel supirnya. Mendadak gue perhatiin tuh supir emang masih muda banget, kaya cuma beda umur setahun sama gue. Tapi kenapa gak sekolah ya? Apa sekolah sembari nyari duit entahlah.....
"Si konde narik pagi apa siang Vi? Gue dari tadi belum ketemu sama dia," kata tuh supir yang lagi-lagi bikin gue kaget karena kenal juga sama cowoknya Via, dan tunggu dulu tadi dia bilang apa? Konde narik pagi apa siang? Maksudnya apa ya?
"Hah, siang," kata Via singkat.
"Kalo siang kok lo gak bareng angkotnya dia aja, kenapa berangkat sendiri," kata tuh supir lagi. Gue yang semakin kaget langsung melirik kearah Via lagi. Dan Via pun semakin risih dengan pertanyaan-pertanyaan dari tuh supir.
"Gak," kata Via singkat. Walaupun gue tahu dia risih tapi dia harus dengan terpaksa menjawab. Dan gue hanya diam aja setelah mendengar percakapan mereka. Gue termasuk tipe orang yang gak maksain buat orang cerita ke gue masalah privasi mereka. Termasuk ke Via, walaupun dia termasuk teman dekat gue tapi gue gak pernah maksa dia buat cerita tentang privasinya dia. Kalo memang dia butuh teman cerita ya gue dengerin kalo dia gak mau cerita ya sudah itu hak dia.
Sampai di sekolah gue pun berpisah dengan Via di tangga, dari tangga ruang kelas gue sebelah kanan sedangkan ruang kelas Via sebelah kiri.
"Bye Vi," kata gue yang mencairkan suasana setelah selama di angkot tadi gue dan Via hanya diam.
"Hah, iya Ry. Bye," kata Via yang sedari tadi gue perhatiin kurang fokus.
Dan gue pun mengikuti pelajaran demi pelajaran, walaupun gue ketinggalan jauh banget pelajaran tapi gue berusaha buat selalu bisa. Sebenarnya sih gue beruntung ya punya teman sebangku yang pinter, setiap gue gak ngerti tentang penjelasan guru dia selalu ngajarin gue dengan sabar. Dan alhasil setiap kali ada tugas selalu Dinda dan gue duluan yang mengumpulkan ke guru. Dan dari situ anak-anak sekelas akhirnya berusaha dekat dengan gue, ya biar gue selalu kasih contekan. Gue sih gak masalah kalo mereka memang mau nyontek hasil gue, asalkan gue benar-benar udah selesai mengerjakan tugas itu. Gue paling sebal banget kalo gue lagi konsen-konsennya ngerjain tugas, tapi mereka udah gak sabar mau nyontek hasil kerja gue. Sampai-sampai kadang Dinda yang mewakilkan kemarahan gue ke mereka. Bukan karena alasan, gue tuh tipe orang yang gak bisa kalo lagi mikir tuh harus mikirin hal-hal lain. Jadi gue tuh harus menyelesaikan satu masalah dulu baru bisa menghadapi masalah lain. Ya misalkan ini, gue gak bisa kalo lagi konsen-konsennya diganggu bisa-bisa konsentrasi gue amburadul kemana-mana.
"Ry, gue nyontek dong," kata Eka.
"Nanti ya ka, gue belum selesai," kata gue menjawab setelah punggung gue dicolek-colek dari belakang.
"Yang ada aja dulu," kata Eka kekeh.
"Nanti ka. Gue belum selesai kalo gue aja belum selesai udah dikasih ke lo, gue kapan selesainya," kata gue yang mulai kesal.
"Iya udah jangan lama-lama ya. Waktunya cuma sebentar kan," kata Eka.
Gue cuma diam aja tanpa menjawab, karena kalo gue jawab terus kapan gue kelarnya.
"Lagian lo ngapain sih Ry ngasih contekan ke mereka. Biar aja sih mereka mikir sendiri. Udah nyontek minta buru-buru, kalo mau buru-buru mah mikir aja sendiri," kata Dinda dengan sengaja mengeluarkan suara agak keras. Gue pun langsung menghadap ke belakang, dan benar saja mereka yang sedang menunggu contekan dari gue langsung melemparkan muka sinis dan meledek ke arah Dinda.
"Sssssttt... udah biarin aja. Gue mah gak apa-apa dicontekin juga yang penting jangan ganggu gue kalo belum kelar," kata gue.
"Ya udah lo kerjain aja tugas lo buruan. Gak usah peduliin mereka yang pada dasarnya pengen bego," kata Dinda dengan suara keras. Gue pun jadi gak enak karena disitu pun masih ada guru, tetapi Dinda teriak-teriak ke mereka cuma ingin membela gue. Gue pun fokus mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dari guru. Setelah berhasil menyelesaikan niatnya gue pengen langsung kasih tugasnya ke mereka yang ingin menyontek.
"Nih... ka gue udah selesai," kata gue yang langsung memberikan buku gue ke Eka. Tapi, setelah ngeliat gue kasih buku ke Eka justru buku gue diambil sama Dinda, dan langsung diberikan ke guru. Seketika gue yang punya buku bengong dan hanya bisa melihat buku gue yang udah diperiksa oleh guru. Dan gue langsung ngeliat ke arah teman-teman gue yang tadinya udah bersiap-siap buat nyontek. Gak cuma gue doang ternyata yang bengong tapi mereka pun ikut-ikutan bengong. Dan setelah dirasa udah cukup bengongnya mereka serempak menyoraki Dinda.
"Hoooooooooo... orang pelit,"
"Hoooooooooo... percuma pinter tapi gak guna,"
"Dasar raja singa,"
"Dasar jurik,"
Berbagai hinaan ditujukan ke Dinda, tetapi orang yang dihina hanya diam saja hanya sekali dia menjawab.
"Lo sekolah gunanya buat jadi pinter, bukan buat bego seumur hidup lo," kata Dinda.
"Pantesan pada geli dekat-dekat sama lo gak ada bagus-bagusnya. Udah rambut kaya singa, pelit pula," kata Dedi yang masih saja menghina. Setelah keributan barusan, guru di kelas pun akhirnya bertindak menghentikan keributan itu. Dan hasilnya hanya beberapa murid yang bisa mengumpulkan tugas dari guru. Sisanya hampir setengah kelas gak mengumpulkan karena mereka gak mengerti sama sekali. Dan gue pun dilarang Dinda buat bantuin mereka, disini gue jadi serba salah mau ke mereka tapi emang bener kata Dinda seharusnya mereka berusaha dulu mengerjakan gak langsung minta contekan tanpa berusaha tapi mau pihak ke Dinda gue takut dimusuhin satu kelas. Gak lucu kan gue jadi bahan bully kaya di tv-tv.
Saat istirahat gue masih berusaha buat dekat dengan mereka yang gak suka dengan Dinda, dan alhamdulilah-nya mereka paham dan gak ikut-ikutan musuhin gue juga. Selama istirahat gue coba memberanikan diri buat nanya ke Rizky bule nomer handphone-nya, eeeittttssss... bukan buat gue ya tapi buat Ratu yang tiap hari selalu nanyain gue (Mana nomernya Rizky bule Ry) sampai bosen gue ditanyain gitu mulu. Malah kadang gue pengen sehari aja gak pulang bareng dia biar sehari aja gak ada yang nanyain tentang nih cowok. Siapa yang suka gue yang enek. Lagian gue juga bingung sama cewek-cewek di nih sekolahan, kenapa sih suka banget sama nih cowok. Padahal kalo gue perhatiin belakangan ini, gak ada sifat dia yang bikin wow kalo bukan cuma mukanya yang emang ganteng kalo dibandingin cowok-cowok lain. Di bilang pinter gak malah dia juga yang paling demen banget nyontek ke gue, dibilang romantis kayanya gak soalnya dari ngomongnya aja super-super kasar, di bilang setia juga gak buktinya sekarang dia udah putus dari kakak kelas dan gue yakin sekarang dia udah punya cewek lagi. Ya sudahlah...pusing gue mikirin selera cewek-cewek di sekolahan ini.
"Ki, teman gue ada yang suka sama lo, anak kelas 10-C namanya Ratu. Yang sering pulang bareng sama gue yang kurus, tinggi, rambut panjang. Terus gue dipaksa suruh nanya ke lo nomer handphone lo. Padahal gue udah bilang gak mau, tapi dia tiap hari nagih terus. Sampai enek sendiri gue ditagih mulu," kata gue jujur.
"Ha-ha-ha, udah biarin aja," kata Rizky singkat.
"Maksudnya gimana?" kata gue.
"Iya udah lo diemin aja kalo dia nanya lagi," kata Rizky.
"Terus maksudnya lo gak mau kasih nih?" kata gue memastikan.
"Gak lah. Ribet gue ngurusin cewek-cewek," kata Rizky.
"Oh ya udah," kata gue. Dalam hati gue berkata (Anjir Sok Iye Banget Sih Jadi Cowok, Ini Nih Yang Gue Gak Suka Dari Cowok Ganteng. Sok Jual Mahal).
Tanpa terasa jam istirahat pun selesai, gue pun mengikuti jam pelajaran selanjutnya sampai selesai. Setelah bel pulang berbunyi, gue pun menunggu Via, Yani pulang. Karena niatnya pulang sekolah ini gue mau kumpul sama teman geng tangga gue. Karena ketinggalan pelajaran, belakangan ini kita sibuk mengejar catatan yang ketinggalan.
"Ry, gue gak pulang bareng lo ya. Gue dijemput sama cowok gue," kata Via yang langsung nyamperin gue.
"Hah, oh ya udah," kata gue.
"Lah... terus lo gak ikut kumpul bareng kita dong Vi," kata Rere yang kecewa.
"Iya, maaf ya," kata Via.
"Ya udah, padahal kita udah lama gak kumpul-kumpul lagi loh," kata Rere.
"Iya maaf," kata Via yang gue masih ngerasa dia agak murung.
"Ya udah sana Vi, takutnya cowok lo keburu nunggu lama. Nanti lo diomelin kalo lama-lama keluarnya," kata gue.
"Iya, ya udah ya gue duluan," kata Via yang langsung turun dari tangga dan langsung berlari keluar gerbang sekolah. Dari lantai atas kami memperhatikan kepergian Via.
"Si Via lagi ada masalah ya Ry sama cowoknya?" kata Yani yang mendadak bertanya.
"Hah, gak tahu gue. Emang kenapa?" kata gue.
"Soalnya dari tadi si Via agak diem, gak kaya biasanya. Kan lo tahu sendiri Via tiap harinya bawel mulu," kata Yani.
"Gue beneran gak tahu Yan. Dia belum cerita apa-apa ke gue," kata gue meyakinkan Yani.
"Oh ya udah. Gue kira dia udah cerita ke lo," kata Yani.
"Ya udah yuk udah pada lengkap kan. Langsung aja cus ke kang es kelapa," kata gue. Kita pun langsung berjalan keluar gerbang dan seperti biasa kita melewati segerombolan cowok-cowok. Dan disitu juga gue ngeliat Rizky yang sedang merokok.
"Eh Ry, tadi lo ngobrol apaan sama si Rizky itu. Tadi gue lihat lo sempet ngobrol sama dia. Gak ada takut-takutnya lo ngobrol sama Rizky, udah tahu fansnya dia cewek-cewek bar-bar semua," kata Rere yang langsung memegang tangan gue dan bertanya. Gue rasa dia tiba-tiba nanya karena barusan dia lihat si Rizky lagi ngerokok juga.
"Gue juga sebenernya gak mau Re ngobrol sama dia. Terpaksa gue, karena teman gue si Ratu yang sering pulang bareng gue sama Via sama Yani. Setiap hari suruh gue nanyain nomernya si Rizky mulu, kalo bisa muntah langsung muntah nih gue saking eneknya," kata gue yang menjelaskan.
"Oh pantesan lo berani-beraninya ngobrol berdua gitu sama dia," kata Rere.
"Eh... gue gak ngobrol berdua ya. Disitu juga ada si Anwar sama Riyan," kata gue mengingatkan.
"Iya tapi kan Anwar sama Riyan sibuk berdua, jadi kelihatannya lo sama Rizky doang yang lagi ngobrol. Gue mah ngeri kalo ngobrol sama cowok yang fansnya bar-bar semua," kata Rere.
"Peduli amat lah gue. Daripada gue enek tiap hari ditanyain nomernya dia mulu. Malahan ya Re gue tadinya disuruh jadi Mak Comblangnya Ratu sama Rizky. Ogah lah gue," kata gue.
"Dih... jangan Ry. Kalo pengalaman-pengalaman yang gue lihat ya Ry, kebanyakan sekarang kalo jadi Mak Comblang malah Mak Comblangnya yang bakalan jadian sama tuh cowok, bukan yang di comblanginnya. Ntar kalo lo yang jadian sama Rizky bisa abis lo sama fansnya dia. Apalagi kakak kelas juga suka sama dia, yang ada lo dilabrak mulu sama kakak kelas," kata Rere yang malah ngelantur kemana-mana.
"Dih... maksud lo gue bakalan jadi perebut idaman teman gue sendiri gitu kalo gue jadi Mak Comblang mereka?" kata gue tersinggung.
"Iya gak gitu. Tapi kan gue khawatir aja sama lo, sebelum kejadian kan gue sebagai teman ya harus ngingetin lo biar gak kaya pengalaman-pengalaman yang udah-udah," kata Rere.
"Gak mungkin lah gue jadian sama cowok kaya gitu. Menang tampang doang Re, ternyata bloon, gue kira pinter ternyata nyontek ke gue mulu," kata gue.
"Masa?" kata Rere gak percaya.
"Lo perhatiin aja kalo kita dikasih tugas, udah deh cowok-cowok sebarisan gue pada nyonteknya langsung ke gue semua," kata gue.
"Bang biasa es kelapa ya," kata Rere yang langsung berteriak setelah sampai di kang es kelapa.
"Siap neng," kata kang es kelapa yang langsung berdiri setelah melihat kita datang. Kita pun duduk dimeja dan melanjutkan obrolan.
"Ry, tadi tuh pada kenapa sih? kok tiba-tiba pada nyorakin si Dinda. Gue sampai kaget," kata Ria memulai obrolan.
"Eh iya Ry. Pokoknya dua barisan meja lo tuh kalo ada tugas paling heboh sendiri. Tapi tadi lebih heboh pada nyorakin Dinda. Serius gue lihat dua barisan meja kita mah langsung pada cengo ngeliat rame-rame dibarisan meja lo," kata Fifi.
"Jadi tuh tadi kan kita dikasih tugas matematika kan, nah gue emang gak masalah kalo mereka mau pada nyontek ke gue. Tapi please tunggu gue sampai selesai dulu, emang gue agak sebel tadi. Gue belum selesai mereka pada maksa nyontek katanya yang ada aja dulu. Atuh kalo gue nunggu mereka selesai nyontek gue kapan selesainya kan? Nah si Dinda ngeliat gue digituin marah-marah sama mereka, terus mereka gak terima malah ngeledekin si Dinda. Udah tuh gue fokus selesaiin tugasnya, pas gue udah selesaiin tugas gue, gue langsung kasih buku gue ke mejanya Eka. Karena mereka ngeliat gue udah kasih contekan mereka langsung buru-buru tuh kasih buku gue ke mejanya Eka. Tapi sama Dinda buku gue malah diambil terus langsung dikasih ke Bu Tri. Ya udah mereka kesel langsung nyorakin Dinda dan ngatain semua-semuanya deh yang jelek-jelek. Untungnya mereka gak marah sama gue karena gak ngasih tuh contekan, untung mereka tahu kalo ini emang salahnya Dinda bukan kemauan gue," kata gue menceritakan kejadian yang ramai tadi di kelas.
"Oh gitu. Iya gue kaget kok Dinda sampai dikata-katain begitu," kata Rere.
"Kasihan gue sebenarnya sama dia, gak ada yang mau nemenin," kata Fifi.
"Lah... lagian pelit ngasih contekan. Habislah sudah," kata Rere.
"Sebenarnya dia tuh baik deh kayanya. Kalo kita emang mau belajar dia mau kok ngajarin kita dengan sabar. Yang penting dia mah berusaha dulu, gak langsung nyerah terus langsung minta contekan," kata gue.
"Iya maksudnya tuh biar kita juga berusaha. Dia aja bisa kenapa yang lain gak bisa, gitu kali maksudnya," kata Andi.
Setelah obrolan tentang Dinda selesai tiba-tiba di seberang jalan gue lihat senior Paskibra gue, Bang Surya lewat. Dia baru aja keluar dari sekolah dan mungkin dia mau pulang. Ternyata yang memperhatikan Bang Surya bukan cuma gue tapi yang lainnya.
"Bang Sur lewat Re," teriak Fifi. Dan seketika Rere langsung mengarahkan pandangannya ke Bang Surya, dan gue lihat pandangan itu sangat dalam sekali.
"Terus kenapa kalo Bang Sur lewat. Ada apa dengan Bang Sur dan Rere?" kata Yani yang gak biasa-biasanya kepo.
"Lo pada belum tahu kan kalo Rere cinta banget sama Bang Sur. Dan Bang Sur ini cinta pertamanya Rere, pasti pada tahu kan betapa dalamnya cinta pertama," kata Fifi.
"Dih... lo mah bawel banget Fi," kata Rere yang mukanya langsung memerah.
"Hah... seriusan lo Re. Suka sama Bang Sur?" kata Andi.
"Cie... Rere akhirnya menemukan cinta pertamanya," kata Yani.
"Cie... Rere. Makan-makan nih kita," kata Yani.
"Dih... makan-makan? Jadian aja belum mau minta makan-makan," kata Rere.
"Dihh... berarti berharap lo ya bisa jadian sama Bang Sur," kata Yani.
"Ngarep banget dia mah Yan. Orang katanya udah sampai mimpi-mimpiin Bang Sur mulu katanya," kata Fifi semakin comel.
"Lo coba SMS duluan aja Re Bang Sur. Kali aja dari SMS bisa lanjut deketnya," kata Andi.
"Gue gak punya nomernya Ndi. Lo mintain dong," kata Rere yang semakin semangat.
"Si Ryanti kan bukannya punya nomernya Bang Sur," kata Yani.
"Hah... lo punya nomernya Bang Sur Ry? Kok lo gak kasih tahu gue?" kata Rere.
"Hah, iya gue punya nomernya Bang Sur. Lah... emang gue tahu kalo lo butuh nomernya Bang Sur," kata gue yang dari tadi diam saja, karena syok ternyata perasaan yang dari kemarin gue ngerasa ganjil saat ngeliat Rere selalu ngeliatin Bang Sur dalem banget ternyata dia cinta banget sama Bang Sur. Gak boleh nih, si Rere gak boleh denger omongan Via yang katanya gue juga suka sama Bang Sur. Please ini cinta pertamanya Rere, gue gak mau ngerusak cinta pertamanya cuma gara-gara perasaan gue yang cuma mengagumi bukan perasaan cinta.
"Ry, mana nomernya Bang Sur? Gue minta!" kata Rere yang nyenggol gue. Dan langsung menyadarkan gue dari lamunan gue.
"Hah, nih," kata gue yang langsung menyerahkan handphone gue. Setelah berhasil mendapatkan nomer Bang Sur terlihat banget kalo Rere senangnya bukan main. Kayanya benar Rere gak main-main sama perasaannya, kalo dia benar-benar cinta sama Bang Sur. Pokoknya gue besok gak boleh lupa ngomong sama Via jangan sampai dia keceplosan ke Rere. Setelah obrolan tentang Bang Surya mood gue langsung gak enak, gue pun langsung ngajak Yani pulang. Setelah ada angkot yang kece lewat gue dan Yani pun pamit pulang duluan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments