Kegiatan Gue

Krrrrriiiiiinnnnnggggg!!!

Krrrrriiiiiinnnnnggggg!!!

Krrrrriiiiiinnnnnggggg!!!

"Ry, bangun. Jam weker kamu tuh sudah bersuara dari tadi loh. Jadi cewek susah banget sih bangun paginya," suara nyokap gue yang terdengar jelas di telinga gue.

"Iya, mah," gue pun menjawab dengan suara malas.

"Buruan mandi, abis itu sarapan. Mamah sebentar lagi mau berangkat kerja ke Bu Lulu ya," suara nyokap gue pun semakin nyaring terdengar di telinga.

"Iya,"

Kurang dari setengah jam gue pun siap dengan kaos putih polos dan rok SMA pendek, sebenarnya saat itu sekolahan gue sudah melarang cewek SMA untuk menggunakan rok pendek dan harus menggunakan rok panjang. Walaupun tidak menggunakan jilbab pun saat itu peraturannya semua cewek di sekolah gue harus menggunakan rok panjang. Tetapi karena sekarang gue harus latihan PASKIBRA jadi pihak sekolah memperbolehkan siswi yang ikut ekskul tersebut menggunakan rok pendek. Bisa lo pada bayangin kan? Kalo lagi latihan PASKIBRA pakai rok panjang sedangkan kita harus angkat kaki sampai sejajar pinggang dan harus melangkah kaki dengan lebar, pasti ribetnya minta ampun. Setelah selesai beres-beres kamar dan selesai mandi gue keluar dari kamar.

"Ry, sarapan dulu. Mamah udah bikin sarapan," kata nyokap gue sembari minum teh hangat andalannya dan sepiring pisang goreng hangat. Memang setiap pagi nyokap dan bokap gue selalu sarapan dengan teh hangat dan sepiring gorengan. Mereka gak biasa kalo pagi-pagi sarapan dengan sepiring nasi, katanya takut ngantuk waktu kerja he-he-he, beda sama gue kalo gak sarapan nasi ya lemes deh sampai siang, ha-ha-ha.

"Iya mah," gue pun langsung ke dapur untuk menyendok sepiring nasi beserta lauknya. Setelah selesai membawa sepiring nasi gue langsung duduk disamping adik gue yang duluan sarapan. Adik gue saat ini berusia 11 tahun dan dia sedang sekolah di salah satu SD dimana dulunya gue juga pernah sekolah disitu juga. Ya, maklumlah karena keluarga gue cuma dari keluarga sederhana jadi ya adik gue juga sekolah di sekolah yang sama kaya gue. Maklum, dulu itu sekolah adalah sekolahan negeri yang paling murah. Kalo gak salah inget bayar SPP aja waktu itu cuma 5.000 rupiah. Coba lo bayangin sama sekolahan jaman sekarang? ya ampun jauh banget, 5.000 dulu bisa buat sekolah sedangkan 5.000 sekarang cuma bisa beli seblak, itu pun toppingnya gak lengkap. Ha-ha-ha.

"Mamah berangkat ke Bu Lulu ya," kata nyokap gue yang dirasa perutnya sudah terisi penuh.

"Bapak juga mau berangkat," bokap gue pun ikut berdiri dan bokap gue pun langsung ganti baju dengan kaos panjang agar gak terlalu panas saat matahari sedang terik-teriknya, dan celana pendek tidak lupa menggunakan sepatu booth.

"Dede juga lah mau berangkat," adik gue pun langsung berdiri.

"Kamu berangkat sendiri berani kan?" kata nyokap gue.

"Iya berani mah," adik gue pun salim dengan kedua orang tua gue dan langsung berangkat.

"Mamah sama bapak berangkat duluan ya Ry. Bekel kamu sudah mamah siapin ya di dapur, menunya tetep harus sama kan telor, tahu, tempe sama bayam? kamu masih nungguin Via?" kata nyokap gue yang masih ngeliat gue sibuk dengan sarapan.

"Iya mah menunya tetap itu, kan emang disuruh sama seniornya gak boleh menu yang lain harus sama menunya tiap hari. Iya masih nungguin Via dulu mah," gue pun berdiri untuk salim ke nyokap dan bokap gue.

"Nanti jangan lupa kunci pintunya ya, terus taruh di sepatu," kata bokap gue yang selalu mengingatkan.

"Iya pak," gue pun melanjutkan sarapan dan nonton tv sembari menunggu Via yang belum datang.

"Assalamualaikum," terdengar suara Via dari luar.

"Walaikumsalam," gue pun menjawab salam Via dan langsung keluar.

"Bentar ya Vi," kata gue yang langsung keluar menemui Via, dan kembali masuk untuk mengambil tas dan bekal yang menunya harus sama yaitu telor, tahu, tempe, dan sayur bayam. Gue pun sampai sekarang masih bingung sama senior gue kenapa menunya harus selalu sama sampai bosen gue tiap hari makannya itu terus. Sampai acara kegiatan PASKIBRA selesai pun gue gak mau makan makanan menu itu saking bosen-nya.

Gue pun keluar dan berangkat sekolah bersama best friend gue yaitu Via. Gue juga sebenernya belum lama kenal Via, ya... kira-kira baru berapa bulan gue kenal. Awalnya gue dikenalin sama tetangga gue yang juga kakak kelas gue. Maksud tetangga gue ngenalin gue ke Via karena biar lebih banyak teman dan biar gue berangkat dan pulang sekolah gak sendiri-sendiri banget gitu... ya walaupun ujung-ujungnya gue pulang sendiri kadang-kadang soalnya Via dijemput sama cowoknya. Apalah gue yang dari dulu gak pernah punya cowok ha-ha-ha. Awalnya gue gak ada niat sama sekali buat masuk di sekolah SMA yang terbilang biasa aja waktu itu, malahan kalo setiap orang tahu gue sekolah dimana, mereka langsung tahu dan bilang "oh... sekolahan yang anak muridnya sering tawuran ya". Entah gosip dari mana itu tapi selama gue sekolah di sana gak pernah sama sekali gue dengar kabar sekolahan di tempat gue pada tawuran anak muridnya. Ya... sudahlah!!! namanya juga gosip, justru di sekolah ini membuat semuanya terkesan. Gak cuma Via yang menjadi best friend gue selama di SMA ini. Disekolah gue dan teman-teman gue sering disebut dengan "geng tangga" ya... gue sih gak tahu ya tuh sebutan datengnya darimana, dan tahu gak? kenapa mereka nyebut gue dan teman-teman gue dengan sebutan "geng tangga" ya... karena gue dan teman-teman gue sering nongkrong di tangga sekolah sembari gosipin orang-orang yang lewat sembari meledek mereka. Di Geng gue ini ada gue, Via, Yani, Rere, Ria, Fifi, dan Andi. Tapi di geng gue ini gak ada yang namanya ketua geng, semuanya netral. Kita bertujuh selalu berkumpul bersama saat jam istirahat, karena saat pelajaran sudah normal kita gak satu kelas. Gue yang sekelas sama Rere, Ria, Fifi, sedangkan Via, Yani, dan Andi mereka beda kelas dengan kita. Dari ekstrakulikuler kita selalu bersama, dan kita pun sering jalan-jalan bareng, pokoknya kemana-mana selalu bareng deh eiiiiittssss... kecuali ke toilet ya!!! Gak mungkin kan si Andi ikut kita yang cewek-cewek masuk ke toilet perempuan. Walaupun dia cowok sendiri, bukan berarti dia banci ya. Dia tetap cowok sejati kok, tapi mungkin karena dia lebih nyaman berteman dengan kita, ya... apa salahnya kan? Udah cukup cerita tentang Geng gue. He-he-he.

"Tumben lo Vi. Gak dijemput Konde? Biasanya mau pulang sekolah, mau berangkat sekolah sama-sama dia terus. Udah kaya sendal sama kaki," gue pun menyindir Via.

"He-he-he gue lagi berantem beb," Via pun menjawab dengan cengengesan gak jelas.

"Huh... kalo lagi berantem aja lo ke gue, kalo lagi seneng gue dilupain," gue yang semakin gencar meledek Via.

"Gak gitu beb, jangan ngambek dong," Via pun berusaha merayu. Dan gue pun hanya diam pura-pura semakin marah ke Via. Selama di jalan gue pun hanya diam, karena tak ada suara sedikit pun yang dikeluarkan dari mulut teman gue yang super bawel setelah gue pura-pura marah tadi. Ya... mungkin dia lagi sms-an sama cowoknya. Ya... itu sih urusan dia, yang penting gue tenang selama di jalan. Kurang dari sejam gue pun akhirnya sampai di depan gerbang sekolah. Di dalam sekolah teman-teman gue lainnya ternyata sudah berkumpul ditempat biasa, di tempat yang membuat kita selalu di panggil dengan sebutan "geng tangga".

"Woy, kemana aja lo baru dateng?" Rere pun berteriak dari lantai atas.

"Biasalah... abis ketemu cowok ganteng. Jadi kita belok sebentar," Via pun berteriak saat gue dan Via ditengah lapangan. Sontak, anak-anak yang sedang nongkrong di depan kelas, yang sedang nongkrong di kantin pun menunjukkan pandangannya kearah kita berdua.

"Lo apa-apaan sih Vi? Gak usah teriak di tengah lapangan juga kali... Lo gak liat semuanya pada ngeliatin kita," gue pun marah-marah ke Via karena gue merasa risih semua mata melihat ke arah gue dan Via.

"Ha-ha-ha biarin aja sih Ry, kita kan cantik wajarlah diliatin," Via pun cengengesan sambil berjalan melenggang layaknya model.

"Ih, jijay banget sih gue liat lo Vi," gue pun ngoceh melihat tingkah laku teman gue yang satu itu. Gue pun menyusul Via yang sudah jalan duluan ke atas.

"Woy, senior-senior emang belum pada dateng? kok dari tadi gue belum liat?" Via pun celingak celinguk.

"Udah, ada tuh lagi pada kumpul di ruangan Paskib," Rere pun menjawab dengan mulut penuh berisi batagor bang kumis.

"Lah... terus pada ngapain malah pada nongkrong di tangga, bukannya pada masuk ruangan," gue pun heran melihat teman-teman gue yang hobby banget pada nongkrong di tangga.

"Iya kan namanya juga "geng tangga". Ya, kita harus absen dulu dong di tangga," Andi pun menjawab dengan bangganya.

"Dih... apaan sih lo Ndi? bangga banget kayanya," kata gue dengan wajah sok geli. Gue pun langsung menuju ke ruangan Paskibra, dan anak-anak lain pun mengikuti.

Di dalam ruangan sudah banyak senior-senior yang sudah datang. Mereka saling canda tawa, ada juga yang wajahnya serius sedang curhat dengan temannya. Gue dan Via pun duduk sebangku, disamping gue ada Rere dan Ria, dan dibelakangnya ada Andi dan Roni, sedangkan dibelakang gue ada Yani dan Fifi.

"Woy... pitak!!! Diem aja lo, lagi sariawan," Roni pun memukul kepala Rere.

"Lo ngomong sama gue? Apa sama sepatu gue?" Rere pun bertanya dengan wajah sok.

"Ngomong sama rambut lo, yang bentuknya udah kaya mic masjid," Roni pun meledek Rere yang memang suka banget menguncir rambutnya dengan model cepol.

"Sialan lo ya rooooooooonnnntoookkk...,"Rere pun kesal sampai memanggil Roni dengan sebutan rontok. Dan mereka berdua pun saling meledek satu sama lain. Gue dan anak-anak lain cuma bisa nyengir melihat tingkah laku mereka berdua. Sekejap gue terdiam melihat senior gue yang bernama Surya masuk, dia pun tersenyum setelah melihat gue. Gue pun hanya bisa membalas dengan senyuman pula. Entah kenapa setelah senior gue yang satu ini masuk Rere pun langsung terdiam seribu bahasa, bahkan ledekan yang Roni lemparkan ke Rere gak digubris pun oleh Rere. Saat itu gue kira memang senyuman senior gue yang satu itu bisa membuat semua menjadi tenang.

"Cie... bebeb senyum-senyum ngeliat bang Sur," Via pun mulai melempar ledekan.

"Apaan sih Vi. Orang dia senyum sama gue, ya pastilah gue bales. Masa gue diemin," gue pun hanya bisa sok-sok an cemberut setelah Via meledek. Padahal mah dalem hati "adem banget tuh senyuman".

Matahari pun sedang tak bersahabat siang itu. Teriknya matahari membuat siswa dan siswi malas untuk keluar sekalipun itu sedang jam istirahat. Hanya ada 5 atau 6 orang yang keluar kelas untuk sekedar membeli minuman. Namun, seperti apa yang gue bilang panasnya terik matahari gak akan pernah bisa menghalangi kami, anak-anak paskibra untuk berlatih. Di panasnya matahari siang ini kita tetap semangat menghentakkan langkah kaki kita untuk berlatih.

"Ayo... hentakkan yang lantang kaki kalian. Ingat paskibra tidak takut jatuh, tidak takut mati. Takut mati jangan hidup, takut hidup mati sekalian," suara senior gue yang bernama Vindi itu terdengar sangat lantang. Kata-kata itu yang selalu diucapkan oleh senior gue disaat latihan. Seakan itulah kata-kata penyemangat untuk kita semangat berlatih.

Dan setelah beberapa jam kita berlatih, akhirnya kami diijinkan untuk beristirahat.

"Sudah waktunya istirahat. Sekarang kalian istirahat saja dulu. Tapi... ingat jangan ada yang minum es, karena kalian seharian ada dibawah matahari. Jadi, kalo kalian minum es kalian bisa panas dalam dan nanti kalian jadi gampang sakit. Kalo ada yang ketahuan minum es akan saya jemur di lapangan sampai waktunya pulang sekolah," kata senior gue yang menjelaskan sesuatu yang pada dasarnya untuk kebaikan kita juga.

"Baik bang," serentak pasukan paskibra menjawab kata-kata dari bang Vindi.

"Oke silahkan,"

"Makasih bang,"

Dan kita pun serentak bubar dari barisan. Ada yang menuju toilet, ada yang langsung duduk-duduk di pinggir lapangan, ada yang langsung menuju mushola untuk melaksanakan ibadah shalat Dzuhur, dan ada pula yang langsung makan siang. Semua sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Para senior tidak pernah memaksakan juniornya untuk melakukan apapun saat jam istirahat.

"Woy, ayolah kita serbu pak kumis. Gue lagi pengen makan batagor nih," Rere pun langsung bersuara, mungkin sejak tadi dia sudah memikirkan apa yang ingin dia makan.

"Emang lo belum kenyang Re? Kan barusan kita abis makan nasi," gue pun langsung kaget setelah mendengar Rere masih ingin makan batagor.

"Ayolah," Via pun ikut nimbrung.

"Lo juga belum kenyang beb?" gue pun langsung melirik ke arah Via.

"He-he-he kayanya belum deh. Soalnya gue juga masih pengen makan," Via pun menjawab dengan gaya cengengesan-nya itu. Dengan tatapan yang heran gue dan yang lainnya tetap jalan menuju kantin untuk menemani mereka yang masih aja mau ngunyah.

"Woy, nanti sebelum pulang kita nongkrong yuk!" kata Rere yang terburu-buru sambil mengunyah batagor yang langsung dia lahap.

"Yah... gue gak bisa beb," Via pun cengar cengir.

"Ah... lo mah kebiasaan deh. Selalu gak bisa," kata Ria.

"Ya kan lo udah pada tahu beb," Via pun cengar cengir seperti biasanya.

"Ya kan lo pada tau cuy, si Via tuh sama cowoknya udah kaya kaki sama sendal harus selalu bersatu," gue pun mulai menyindir Via dengan melirik tajam kearahnya.

"Ya apalah kita ya guys para jomblo," Rere pun tak mau kalah menyindir Via.

"Iya disini kan yang gak jomblo cuma Via, sisanya jomblo semua. Vi sana, lo bukan geng kita, lo beda sendiri," Yani pun ikut meledek Via.

"Dih... bebeb kok gitu sih," Via pun cemberut ala-ala sok cantik.

Tak terasa jam istirahat pun sudah berlalu. Gue dan teman-teman pun kembali ke lapangan untuk melanjutkan latihan paskibra hari ini. Walaupun teriknya matahari semakin memancarkan cahayanya, namun tak menyurutkan semangat kita untuk berlatih. Dan tak terasa sekitar seminggu lagi kita akan menunjukan hasil yang kita perjuangkan selama sebulan latihan ini

1, 2, 3 jam telah berlalu, jam pulang sekolah pun sudah berbunyi. Murid-murid yang lain pun segera bergegas untuk pulang. Begitu pun kita yang langsung memberhentikan latihan kita. Gue pun segera membereskan perlengkapan.

"Vi, lo buru-buru amat sih? Emang lo udah dijemput?" gue pun langsung menanyakan Via setelah melihat dia yang selalu terburu-buru saat jam pulang sekolah.

"Iya, biasalah beb. Lo kan tahu cowok gue selalu on-time kalo jemput gue. Nanti kalo gue lama dia bakalan marah-marah," Via pun menjawab dengan sembari sibuk memasukan semua perlengkapan kedalam tas.

"Lempar aja pakai sepatu kalo marah-marah mulu. Cowok kok kaya perempuan lagi datang bulan hobby-nya marah-marah mulu," gue yang selalu sewot kalo melihat gaya pacaran mereka.

"Dih, lo mah beb. Masa cowok gue mau dilempar pakai sepatu, kan kasiyan beb," Via pun cengengesan.

Dan sebelum pulang biasanya para senior memberikan arahan untuk segera pulang dan langsung beristirahat di rumah, karena esok hari kita masih terus lanjut untuk latihan. Setelah semuanya selesai, anak-anak langsung pada bubar masing-masing, ada yang masih mengobrol di sekolah, ada yang langsung pulang dengan pacarnya atau pulang sendiri, ada juga yang nongkrong dulu kaya gue dan teman-teman gue. Gue dan teman-teman gue biasanya ngumpul dulu sebelum pulang di tukang es kelapa yang gak jauh dari sekolahan gue.

"Ry, lo tahu cowoknya si Via masih sekolah apa udah kerja?" Ria pun mengawali obrolan.

"Udah kerja deh kayanya, tapi gue gak tahu kerjanya dimana," kata gue sambil menyeruput es kelapa yang segar.

"Emang lo gak terlalu dekat sama cowoknya Via?" Fifi pun ikut berkomentar.

"Gak, ketemu aja juga ya... gitu kalo cuma sekedar gitu doang. Kalo si Via lagi dijemput terus gak sengaja ngeliat," gue pun dengan sabar menjawab satu persatu pertanyaan teman-teman gue.

"Lah terus lo Yan, deket sama cowoknya Via?" kata Rere.

"Lah... si Ryanti aja yang deket sama Via aja jarang ngobrol sama cowoknya Via, apalagi gue," Yani pun yang sedari tadi hanya memperhatikan kaget.

"Iya kirain, kan lo kadang pulang bertiga sama Via. Kali aja di angkot si Via cerita cowoknya gimana-gimana gitu," kata Ria.

"Jangan kan ngobrol nama asli cowoknya Via aja gue gak tahu. Gue tahunya panggilannya Konde aja," gue pun menjawab apa adanya.

"Konde?" kata Ria.

"Iya,"

"Lucu amat namanya Konde, gak ada nama yang lebih bagus apa?" kata Ria.

"Iya namanya juga cowok Ri, pasti dipanggilnya pakai nama samaran. Protes aja lo mah," kata Fifi yang dari tadi juga diam dan akhirnya kesal mendengar Ria yang selalu aja protes.

"Eh... sebentar lagi udah mau pengibaran nih. Gue dag-dig-dug berhasil gak ya kita?" kata Andi mengalihkan pembicaraan.

"Iya nih, gue juga dag-dig-dug takut salah gerakan pas harinya. Biasanya kan suasana pas latihan sama suasana pas harinya beda. Pasti lebih tegang suasana pas hari H nya," kata Fifi.

"Iya mudah-mudahan sih semuanya lancar," kata Yani.

"Iya abis itu, kita kembang kempis ngejar pelajaran yang kita udah ketinggalan jauh," kata Rere.

"Iya, ngejar catatan selama sebulan yang ketinggalan. *Oh My G*od," kata Andi dengan gayanya yang sok lebay.

"Iya ya, aduh pusing duluan gue mikirnya. Udah ah... udah sore mau pulang gue. Nanti keburu magrib gue sampai rumah. Yan, lo pulang bareng gue gak?" gue pun langsung berdiri setelah melihat dari kejauhan ada angkot yang lewat.

"Iya gue pulang bareng lo lah. Ngapain gue pulang sendirian," kata Yani yang langsung berdiri.

"Okay, let's go. Gue balik duluan cuy, rumah gue paling jauh soalnya," kata gue.

"Okay, gue juga mau balik ah. Capek mau rebahan," kata Rere yang juga siap-siap untuk pulang, dan diikuti yang lainnya.

Begitulah kegiatan gue selama latihan Paskibra. Hari-hari kita lalui dengan rutinitas yang sama.

Episodes
1 Perkenalan
2 Kegiatan Gue
3 Akhir Dari Perjuangan
4 Belajar Juga Akhirnya
5 Syok
6 Lagi Lagi Syok
7 Kenapa Jadi Gue?
8 Dibikin Emosi Mulu Gue
9 Gue Harus Gimana Ini?
10 Perkenalan Pertama
11 Cowok pertama yang naksir gue
12 Cowok Kedua Yang Naksir Gue
13 Jalanin Aja Dulu Yang Ada Didepan Mata
14 Awal Cerita Dengan Ketua Rohis
15 Gak Ada Maksud Ngehancurin Cinta Pertamanya
16 Gak Ada Maksud Ngehancurin Cinta Pertamanya 2
17 Maaf Karena Udah Manfaatin Kamu
18 Sampai Emosi Gue Ceritanya
19 Akhirnya Gak Perlu Lagi Gue Basa Basi
20 Saatnya Ambil Keputusan
21 Ternyata Dia Sama Saja
22 Yang udah Ya Udah Lah Ya...
23 Suasana Semesteran
24 APAAN SIH HARI INI?
25 TANPA DISADARI
26 RASA YANG TIBA-TIBA MUNCUL
27 SEPERTINYA DIAM-DIAM AKU SUKA
28 Bahaya nih...
29 Liburan yang sangat membosankan
30 Sumpah Gue Beneran Naksir Nih
31 Terasa Jauh
32 Harus Siap Dengan Suasana Ini
33 Hari ini Sudah Senang Melihatnya
34 Lega Juga Bisa Mengeluarkan Isi Hati
35 Apa Iya?
36 Apa bisa?
37 Apa Sanggup Gue Kaya Gini?
38 Tanpa Alasan
39 Ternyata fikiran gue ini salah
40 Masih Ada Kok Cowok Yang Suka
41 Siapa Ya Yang Berani Nyolong
42 Ternyata Teman Yang Sudah Kita Baikin Pun Tetap Bisa Nyakitin Kita
43 Apa Gue Harus Seperti Teman Gue?
44 Tentang Via
45 Lagi Dan Lagi Via Mengulangi
46 Cowok Aneh
47 Via...Please jangan matre!!!
48 Apa Gue Harus Mengikuti Mereka Yang Menyerah
49 Nasib...Nasib....
50 Nikmatin Aja Jalan Yang Allah Kasih Ke Kita
51 Sumpah, gak apa-apa
52 Sumpah kita gak syirik
53 Satu Demi Satu Teman Gue Mulai Ada Yang Suka
54 Sekarang Giliran Yani
55 Gak Paham
56 Akhirnya Via Menceritakan Ke Kita Semua
57 Kesan Pertama
58 YAKIN
59 Bolos Demi Have Fun
60 Drama Percintaan Kalo Gak Berantem Ya DiManfaatin
61 Please Vi...Semoga Ini Gak Benar
Episodes

Updated 61 Episodes

1
Perkenalan
2
Kegiatan Gue
3
Akhir Dari Perjuangan
4
Belajar Juga Akhirnya
5
Syok
6
Lagi Lagi Syok
7
Kenapa Jadi Gue?
8
Dibikin Emosi Mulu Gue
9
Gue Harus Gimana Ini?
10
Perkenalan Pertama
11
Cowok pertama yang naksir gue
12
Cowok Kedua Yang Naksir Gue
13
Jalanin Aja Dulu Yang Ada Didepan Mata
14
Awal Cerita Dengan Ketua Rohis
15
Gak Ada Maksud Ngehancurin Cinta Pertamanya
16
Gak Ada Maksud Ngehancurin Cinta Pertamanya 2
17
Maaf Karena Udah Manfaatin Kamu
18
Sampai Emosi Gue Ceritanya
19
Akhirnya Gak Perlu Lagi Gue Basa Basi
20
Saatnya Ambil Keputusan
21
Ternyata Dia Sama Saja
22
Yang udah Ya Udah Lah Ya...
23
Suasana Semesteran
24
APAAN SIH HARI INI?
25
TANPA DISADARI
26
RASA YANG TIBA-TIBA MUNCUL
27
SEPERTINYA DIAM-DIAM AKU SUKA
28
Bahaya nih...
29
Liburan yang sangat membosankan
30
Sumpah Gue Beneran Naksir Nih
31
Terasa Jauh
32
Harus Siap Dengan Suasana Ini
33
Hari ini Sudah Senang Melihatnya
34
Lega Juga Bisa Mengeluarkan Isi Hati
35
Apa Iya?
36
Apa bisa?
37
Apa Sanggup Gue Kaya Gini?
38
Tanpa Alasan
39
Ternyata fikiran gue ini salah
40
Masih Ada Kok Cowok Yang Suka
41
Siapa Ya Yang Berani Nyolong
42
Ternyata Teman Yang Sudah Kita Baikin Pun Tetap Bisa Nyakitin Kita
43
Apa Gue Harus Seperti Teman Gue?
44
Tentang Via
45
Lagi Dan Lagi Via Mengulangi
46
Cowok Aneh
47
Via...Please jangan matre!!!
48
Apa Gue Harus Mengikuti Mereka Yang Menyerah
49
Nasib...Nasib....
50
Nikmatin Aja Jalan Yang Allah Kasih Ke Kita
51
Sumpah, gak apa-apa
52
Sumpah kita gak syirik
53
Satu Demi Satu Teman Gue Mulai Ada Yang Suka
54
Sekarang Giliran Yani
55
Gak Paham
56
Akhirnya Via Menceritakan Ke Kita Semua
57
Kesan Pertama
58
YAKIN
59
Bolos Demi Have Fun
60
Drama Percintaan Kalo Gak Berantem Ya DiManfaatin
61
Please Vi...Semoga Ini Gak Benar

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!