Byuurrrr
Jessy menyiram wajahnya dengan air dingin kemudian menatap cermin yang ada di hadapannya. Sesaat setelah itu dia menarik nafas dalam-dalam.
"Bos Gerald, kalau saja bukan karena kau yang begitu murah hati, sudah sejak lama aku kabur dari kota ini. Empat tahun kita bekerjasama, apakah tidak ada secuil pun niat di hatimu untuk sedikit bersikap sopan kepadaku? Ya Tuhan, aku sungguh tidak mengerti kenapa Tuhan menciptakan manusia balok es seperti dirimu. Apa jangan-jangan saat Tuhan menciptakanmu Dia sambil menuangkan es batu sebagai bahan campuran? Benar-benar kelewatan," geram Jessy merutuki sikap dingin bosnya yang tidak ada obat.
Jesslyn Ocana, gadis berusia dua puluh tujuh tahun yang hidup seorang diri di sebuah kamar sewa kecil. Bekerja mati-matian demi menghidupi ibu tirinya yang sakit-sakitan, juga adik tirinya yang hanya tahu meminta uang untuk berfoya-foya. Sejak empat tahun lalu, gadis yang biasa dipanggil Jessy ini sudah menjadi sekretaris dari pemilik Group Thampson. Dia adalah satu-satunya orang yang mampu bertahan menghadapi dinginnya sikap seorang Gerald Haidar Thampson yang dikenal sangat irit bicara. Namun sekalinya bicara, pria ini akan langsung membuat orang lain sesak nafas. Dan Jessy sudah menderita sesak nafas ini selama bertahun-tahun lamanya. Kendati demikian, Jessy tetaplah sayang untuk melepaskan pekerjaan penuh pengorbanan ini karena sang bos begitu royal terhadapnya. Empat tahun menjadi sekertaris, Jessy berhasil mendapatkan gaji yang sangat fantastis dari bosnya itu. Bahkan sering mendapat hadiah-hadiah mewah sebagai bonus atas kerja kerasnya dalam menjadi kaki tangan bosnya di kantor.
Tapi sayang, semua keberhasilan itu harus orang lain yang menikmati. Ya, sejak ayahnya meninggal, Jessylah yang menjadi tulang punggung keluarga. Segala kerja keras Jessy selama ini, ibu dan adik tirinyalah yang menghabiskan. Atau bisa dikatakan kalau Jessy adalah sapi perah yang di paksa menopang kebutuhan kedua orang tersebut. Pernah suatu kali Jessy terfikir untuk kejam pada ibu dan adik tirinya itu. Dia juga ingin menikmati hidup dengan bersenang-senang seperti para gadis yang lain. Namun, tekad tersebut terpaksa harus kandas karena Jessy yang merasa tak tega. Alhasil, seperti inilah dia sekarang. Bekerja siang dan malam tanpa mempedulikan lagi tentang kebahagiaan hidupnya.
Ddrrrtt drrttt
Saat Jessy sedang melamunkan hidupnya, ponselnya yang berada di atas meja bergetar. Dia menarik nafas panjang, sudah tahu siapa dan apa maksud dari orang yang menelponnya.
"Sampai kapan aku harus seperti ini, Tuhan. Hanya uang, uang, dan uang terus yang selalu dicari oleh mereka. Apa otak mereka tidak pernah terfikir apakah aku lelah atau tidak setelah bekerja seharian di samping seorang balok es yang tidak mempunyai hati nurani? Aku juga ingin dimengerti, Tuhan. Tolonglah!" keluh Jessy lirih.
Suara getaran ponsel kembali terdengar saat Jessy tak kunjung menjawab. Dengan lesu dia melangkah ke arah meja kemudian menekan tombol hijau di layar ponsel miliknya.
"Berapa yang kau inginkan?" tanya Jessy to the point.
"Cihhh, jangan mentang-mentang kau yang bekerja lalu bisa seenaknya mengejekku ya. Dasar kakak jahat kau!"
Mata Jessy terpejam saat mendengar umpatan yang diucapkan oleh Pricilla, adik tirinya. Sakit hati, itu sudah pasti. Namun dia berusaha menekannya dalam-dalam. Percuma, toh dia akan tetap memberikan apa yang diinginkan oleh gadis ini sebanyak apapun yang diminta.
"Ini sudah malam, aku ingin istirahat. Sebaiknya kau segera sebutkan saja berapa jumlah uang yang kau dan Ibu butuhkan sebelum aku berubah pikiran. Cepat Pricilla, aku mengantuk!"
Nafas Jessy seperti terputus saat mendengar jumlah uang yang di inginkan oleh Pricilla. Dan dia rasanya seperti ingin mati saat diberitahu kalau uang tersebut akan digunakan untuk jalan-jalan ke luar negeri bersama dengan temannya.
"Pricilla, apa kau pikir aku ini bandar uang yang bisa seenaknya kau peras, hah? Kau gila ya. Darimana aku mendapatkan uang sebanyak itu?" amuk Jessy sambil mengepalkan tangan.
"Aku tidak peduli darimana kau akan mendapatkan uang itu, Kak. Yang jelas uang itu harus sudah ada tiga hari lagi. Aku bisa kehilangan harga diri di hadapan teman-temanku jika sampai gagal pergi liburan bersama mereka. Lagipula ya Kak, kau itu kan bekerja di perusahaan yang sangat besar. Ajukan saja pinjaman ke sana. Gampang kan?"
"Gampang kepalamu. Apa kau sudah lupa kalau bulan kemarin baru saja mengajukan pinjaman untuk membayar tagihan rumah sakit Ibu? Kau jangan egois, Pricilla. Pikirkan juga tentang aku. Aku juga butuh uang untuk biaya hidup. Mengertilah sedikit!" sahut Jessy frustasi.
Adik tirinya ini benar-benar sangat keterlaluan. Ingin rasanya Jessy mengumpat, tapi tidak bisa dia lakukan karena hal ini hanya akan memperpanjang masalah. Jessy tak ingin berurusan dengan ibu tirinya jika Pricilla sampai mengadu macam-macam kepadanya. Dia tak mau sakit kepala.
"Oh, kalau itu bukan urusanku, Kak. Pokoknya aku tidak mau tahu, tiga hari lagi uangnya harus sudah ada. Bay!"
"Pricilla! Halo, halo!" teriak Jessy di depan layar ponselnya.
Tanpa sadar Jessy menitikkan air mata saking kesalnya dia pada kelakuan Pricilla. Jessy meletakkan ponselnya di atas meja, kemudian berjalan keluar untuk menghirup oksigen sebanyak mungkin. Sesak, keadaan seperti ini jauh lebih sesak jika di bandingkan dengan sikap bosnya yang begitu dingin dan acuh.
"Ayah, Ibu ... aku lelah. Aku ingin berhenti, tapi tidak bisa. Aku lelah menghadapi kearoganan Ibu Areta dan Pricilla. Mereka sangat kejam padaku, Bu, Ayah. Hiksss," ....
Jessy duduk tepat di depan pintu kamarnya sambil memandangi langit malam. Entahlah, mungkin Tuhan memang menakdirkannya untuk menjadi manusia yang berhati baik. Kalau saja Tuhan menyisipkan sedikit jiwa psikopat di dirinya, Jessy pasti akan dengan mudah bersikap kejam pada keluarga tirinya itu. Sebenarnya bukan tanpa alasan kenapa Jessy selalu mengalah seperti ini. Hal tersebut dia lakukan karena memang hanya mereka saja satu-satunya keluarga yang Jessy punya. Tanpa kehadiran mereka berdua, Jessy hanyalah gadis sebatang kara yang tidak mempunyai satupun keluarga. Karenanya dia berusaha bertahan meski terkadang hatinya terasa sangat sakit.
Saat sedang meratapi nasib hidupnya, tiba-tiba wajah tampan seorang pria dingin muncul di pelupuk mata Jessy. Dia tersentak, setelah itu terkekeh sambil menyeka air mata.
"Hehehehe ... Bos-Bos, dalam keadaan sedih begini saja sikap dinginmu mampu mengintimidasiku. Apa kau benar-benar sangat membenci wanita yang suka menangis?" ucap Jessy bertanya pada seseorang yang hampir setiap hari membuatnya makan hati.
Ya, Bos Gerald pernah mengatakan satu kalimat yang membuat Jessy kuat hingga saat ini. Dulu, penyebab kata tersebut bisa keluar dari mulut bosnya yang dingin itu adalah karena Jessy yang menangis saat tidak sengaja melakukan kesalahan di kantor. Jika biasanya Jessy hanya tersenyum saja setiap kali bosnya berkata dengan nada yang sedikit meninggi, kali itu dia meneteskan air mata. Hal tersebut dikarenakan hatinya yang sedang merasa kecewa atas sikap dan prilaku adik tirinya. Akan tetapi berkat kalimat tersebut Jessy tak lagi menangis jika Pricilla membuat ulah. Paling banyak Jessy hanya akan mengumpat, kemudian sedikit membuang air mata agar hatinya bisa sedikit lega.
"Kalau hanya karena satu bentakan saja kau sudah menangis seperti ini, lebih baik kau menyerahkan diri saja pada Simon. Untuk bertahan hidup, anjing saja tahu bagaimana cara untuk melawan. Lalu kau? Kau yang seorang manusia dengan akal pikiran yang lengkap hanya bisa merengek seperti ini? Katakan padaku kapan kau siap untuk kukirim ke kamar mayat. Aku benci melihat air mata wanita. Itu sangat jelek dan membuat mataku sakit!"
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Nyai💔
cuma adik tiri bukan adik asli biarkan saya jeselyn ngapain di pikir kan adik tiri tak tau dari
2023-02-08
0
Gustia Tia
tinggal blok aja nomer adek tirimu itu jess
2022-12-18
0
rizhal muhammad
Novel-novelnya emak bagus semua
2022-12-01
0