Menjelang Maghrib Pak Danu dan Reza meninggalkan rumah Tasya. Ayah Tasya sebenarnya meminta mereka menginap di rumahnya. Hanya saja barang-barang Pak Danu dan Reza masih ada di hotel.
Sepanjang jalan Pak Danu tersenyum.
"Eh Za, kamu kok berubah pikiran? Papa pikir kamu bakal brontak nolak Tasya" tanya pak Danu
"Nggak lah Pa. Anak Papa kan penurut. Sholeh lagi" ucap Reza membanggakan diri
"Haha.. Dasar. Awas ya kamu jangan sakitin Tasya, kalau Papa masih muda. Papa nikahin Tasya. Haha" ucap Pak Danu sembarangan
"Papa nih ya, jangan-jangan papa yang cinta sama Tasya" tuduh Reza
"Gila kamu. Nggak lah. Papa mau yang terbaik saja buat kamu. InsyaAllah gak bakal salah pilih. Papa kenal dia bertahun-tahun" Pak Danu meyakinkan
"Kenapa sih papa mau jodohin Reza sama Tasya? Papa sampai gak tahu malu memohon-mohon sama keluarganya" tanya Reza penasaran
"Tasya itu anggun, cantik, sholehah, pinter masak, penurut. Apalagi ya? Kayaknya gak ada yang kurang dari anak itu" papa menerawang
"Yang pasti kalau menurut papa, dia bisa ngimbangin sama sifat kamu yang nyebelin" ucap papa Reza
"Anak orang di puji-puji. Anak sendiri di kata-katain. Tega banget Pa sama Reza" Reza cemberut
"Memang kenapa kamu mau sama Tasya, Za?" tanya papa penasaran
"Apa ya? Ya Reza pasrah saja lah. Gak mau berdebat sama Papa. Toh pada akhirnya nanti Reza juga harus ngikutin kemauan papa."
Memang benar apa yang dikatakan anaknya itu.
"Baguslah. Kamu setidaknya tidak buang energi untuk ngebantah. Papa suka gaya kamu. Nanti papa kasih bonus" ucap papa yang bangga karena merasa menang
"lima kali lipat ya pa" Reza girang
"Kalaupun papa mati juga semua milik kamu Za" ucap Pak Danu
"Papa nih ngawur saja ngomongnya. Gak mau juga lah aku. Punya harta tapi sendirian" Reza merasa tak enak hati.
"haha.. Ya umur siapa yang tahu nak" suara papa Reza terasa berat.
Sesampainya di hotel Reza dan papanya bergantian mandi. Papanya tidur lebih dulu. Sementara Reza pikirannya menerawang. Apa yang harus di katakan sama pacarnya. Serta terlintas wajah riang Tasya.
'sudah gila aku. Kenapa jadi membayangkan wajahnya' Reza membenarkan posisi tidurnya.
Sementara di sisi lain Tasya pun memikirkan hal yang sama.
'Ibu dan ayah memang tidak tahu Reza si mulut jahat. Manis saja depan orang tua. Di belakang dia jahat mulutnya. Gimana mau nikah sama dia. Mungkin kalau nikah, dia bakalan mencelaku setiap hari.' Tasya pun makin enggan memikirkannya
'Apa aku harus istikharah ya?' batinnya
Akhirnya Tasyapun ketiduran. Setelah beberapa lama tertidur dia pun terbangun karena di kagetkan suara ketukan bambu tanda orang yang sedang meronda. Dilihatnya jam masih menunjukan angka 2. Dia pun duduk, rasa haus menuntunnya menuju dapur walau sebenarnya dia sangat ngantuk. Tapi tenggorokannya terasa sangat kering.
'Sya istikharah' batinnya menyuruhnya sholat. Tasya bimbang. Dia ngantuk tapi teringat harus istikharah demi masa depannya. Akhirnya dia pun ke kamar mandi dan berwudlu. Sekarang dia merasa segar. Sesampainya di kamar, diraihnya mukena yang tergantung di sudut ruangannya.
Selesai sholat, dia memainkan ponselnya. Kemudian tertidur kembali dengan ponsel di tangannya.
Keesokan harinya dia terbangun kesiangan. Tasya tersentak kaget dilihatnya jam telah menunjukan pukul tujuh pagi.
"yah,, bagaimana ini. Kesiangan kuliah" Tasya panik. Dia bergegas turun dari kasurnya.
"aww..sshhh..." Tasya meringis. Dia lupa bahwa kakinya masih belum pulih benar.
"Pagi bu" ucap Tasya kesakitan
"Kenapa kamu nak?" tanya Ibu
"Tadi turun buru-buru bu. Lupa kalau kaki masih sakit. Yah, gak bisa ngampus lagi" ucapnya.
Tasya merasa sedih karena dia melewatkan kuliahnya sudah beberapa hari.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 266 Episodes
Comments
Maura
ya visual kak
2022-05-28
0
Syinta Azmi
Sya,kamu ngg subuh dong klo bangunya jam 7...hihihi🤭
stelah subuh mungkin y tidur lagi😊
2021-09-10
0
Ulfa Zumaroh
visual
2020-09-07
0