For your information, Ryn buat cerita ini berdasarkan pencarian fakta tentang anak Autis, bahwa kasus sembuh 100 persen dari autis itu belum ada, yang ada masih 75 persen, dan itu gak sembuh total. Mereka sekedar mulai bisa bersosialisasi, Tantrum mereka mulai terkendali, dan cara berkomunikasi mereka mulai lancar. Namun itu belum bisa disebut sembuh 100 persen.
Ryn tau sih ini cuma fiksi, tapi Ryn buat ini berdasarkan fakta. Karena autis memanglah sebuah penyakit, Ryn gamau mengada-adakan kejadian. Jadi setelah pencarian yang mendalam, dari beberapa dokter juga mengatakan jika Autis tak bisa di sembuhkan 100 persen.
Alby duduk di pinggir ranjang UKS, sedangkan Zinnia duduk di kursi depan Alby, sedang mengobati tangan Alby yang luka, seragam Alby sudah di ganti dengan yang baru "Gak sakit kan Alby?" Tanya Zinnia perlahan.
Dia mendongak dan menatap lekat mata keabuan Alby, mata itu sudah cerah kembali, dia menatap kagum dengan isi UKS yang beragam. Ada tengkorak yang biasa ada di laboratorium.
Alby memandang itu dengan mata yang sedikit takut "Alby, hey Sheeva lagi nanya nih" Panggil Zinnia lagi seraya menepuk bahu Alby.
Remaja itu menatap Zinnia, rambut Zinnia awut-awutan, dan ada bekas cakaran di pipinya. Dengan pelan Alby menyentuh luka cakaran yang mengeluarkan sedikit darah itu.
Dia mengelus luka itu dengan lembut, Zinnia menikmati apa yang Alby lakukan "She-Sheeva lu-luka" Ucap Alby dengan suara yang sedikit khawatir. Itu dipendengaran Zinnia sih.
Zinnia tersenyum manis, dia menggenggam tangan Alby dan mencium telapak tangannya, kemudian kembali memerban tangan Alby.
"Luka ini gak seberapa kok, luka Alby lebih parah tuh, gak sakit?"
Alby tak menjawab, dia hanya terus menatap mata biru milik Zinnia, matanya indah sampai membuat Alby betah memandangnya lama "Alby, Sheeva nanya loh" Panggil Zinnia lagi.
"Huh?"
"Tangan, Alby, sakit gak?" Tanya Zinnia perlahan lagi.
Alby mengerti dan dia menggeleng cepat, senyum manis terbentuk dengan sempurna di wajah tampannya "Eng-enggak" Jawab Alby riang.
Zinnia tersenyum lembut, dia berdiri dan memeluk erat tubuh Alby, mengelus kepala belakang Alby, dan Alby sendiri bersandar di dada Zinnia. Tangannya melingkar sempurna di tubuh Zinnia.
"Alby, Sheeva sayang sama Alby" Bisik Zinnia lembut, Alby tak mendengar itu, dia masih mendusel ria di dada Zinnia.
Zinnia memandang dingin dinding Uks, dia harus menyalurkan emosinya hari ini, kebetulan akan ada tawuran dengan sekolah lain. Zinnia bisa mengeluarkan emosinya saat itu tiba.
.
.
.
Zinnia berdiri dengan angkuh, tatapannya seolah merendahkan siswa-siswa jangkung di depannya itu. Dia akan tawuran dengan SMA Cendana, dan Cendana meminta bantuan dari Beringin dan Cemara.
Tadi Zinnia sudah meminta pada Farhan untuk menemani Alby sampai dia dijemput, sebenarnya Zinnia tak rela meninggalkan Alby.
Apalagi tadi Alby tak mengizinkannya pergi, tatapan melasnya terbayang dipikiran Zinnia "Huu, Teddy bear Gue imut banget memang" Gumam Zinnia gemas sendiri.
Flashback.
Alby tak melepaskan gengamannya pada tangan Zinnia, dia menatap melas Zinnia "Eungg!" Alby menggeleng cepat, mata bulatnya terlihat sedih.
"Alby, Alby sama gentong dulu yah, sambil nunggu jemputan, Sheeva harus pergi dulu, ada urusan" Ucap Zinnia perlahan dan lembut.
Alby kembali menggelengkan kepalanya "Euuung!" Rengek Alby tak kata-kata. Zinnia menguatkan dirinya agar tak tergoda dengan wajah imut kekasihnya itu.
Dengan lembut melepas genggaman Alby dan mengelus pipi Alby "Nurut ya sama Sheeva, atau Sheeva marah ni" Ancam Zinnia pura-pura marah.
Alby diam, tatapannya semakin terlihat sedih "Huuum" Gumam Alby pelan dan mengangguk, Zinnia tersenyum puas, sebelum pergi dia mencium pipi Alby terlebih dahulu.
"Lo tunggui Alby sampai jemputannya dateng, awas kalau Lo tinggal, Gue sunat lagi Lo" Peringat Zinnia pada Farhan.
Farhan mendengus malas "Uda minta tolong, gatau diri Lo" Gerutu Farhan, Zinnia mah gaperduli, kemudian dia berlari ke arah parkiran guna mengambil motor King miliknya.
Dan melaju melalui pagar belakang sekolah, Alby memandang sedih kepergian Zinnia "His..She-Sheeva" Lirih Alby sedih.
Farhan memandang kasihan Alby, sebenarnya Farhan khawatir saat ini, karena Zinnia pergi dengan emosi yang menggebu namun tersembunyi. Farhan hanya takut jika nanti Zinnia sampai membunuh anak orang.
Farhan harus mencegah hal itu terjadi, dan tatapannya tertuju pada Alby yang berdiri lesu, kaki Alby sedari tadi menghentak-hentak ke tanah.
Bentuk kesedihan yang dia rasakan, disalurkan dengan hentakan kakinya "Nevan," Panggil Farhan.
Alby menoleh sebentar, kemudian mengalihkan lagi tatapannya, senandung tak jelas keluar dari bibir Alby "Wintel...wintel...lile stal" Senandung Alby.
Farhan mencoba untuk bersabar "NEVAN!" Seru Farhan, berhasil, Alby berjingit dan menatap ke arah Farhan dengan tatapan kagetnya. Alisnya naik sebelah pertanda dia bingung.
"Lo kalau gitu gak keliatan otisnya, btw Lo mau ke tempatnya Zinnia gak?"
Mendengar nama itu membuat Alby tersenyum lebar "She-Sheeva!" Seru Alby semangat. Farhan mengangguk dan menarik Alby untuk mengikutinya, Farhan tau lokasi tawuran Zinnia.
Ini cara satu-satunya agar Zinnia tak sampai membunuh anak orang.
Flashback end.
"Wah ternyata yang mimpin Laksmana itu cewek, segitu pengecutnya Laksmana sampai gak ada cowok yang sanggup jadi pemimpin" Ejek Seorang cowok jangkung yang tampan pada Zinnia.
Zinnia mendengus malas, "Bacot, langsung ajalah" Balas Zinnia dengan sarkasnya.
Cowok itu mendatarkan ekspresinya, mengangkat tangan kanannya, dan sedetik kemudian "MAJU!" Teriknya kuat.
Zinnia melebarkan senyumnya menjadi senyum membunuh, dia dengan sekali serang sudah menumbangkan seorang lawannya dari Sekolah Beringin.
"Lemah banget" Bisiknya sinis, pukulan terus dilayangkannya.
Sampai membuat beberapa cowok gak mau berhadapan dengannya.
"Nah Lo liat tuh Zinnia, kalau dia gitu terus, yang ada bakalan jatuhin 1 orang" Ucap Farhan, mereka sudah sampai dan berdiri tak jauh dari lokasi. Alby menatap takut Zinnia yang masih memukul itu.
Alby takut Zinnia terluka, tubuhnya bergetar pelan "Panggil Zinnia! Lo teriak manggil dia cepet!" Desak Farhan. Alby menutup kedua telingamnya dan memejamkan matanya.
Suara berisik di sekelilingnya membuat pusing "She-Sheeva" Lirih Alby teramat pelan. Alby menelan salivanya lagi.
"She-Sheeva!" Panggil Alby kini agal lebih kuat.
"Kurang kuat Nevan!"
"SHE-SHEEVA!!"
Alby berteriak kencang, urat di lehernya sampai terlihat di kulit putihnya, teriakan Alby berhasil menarik atensi beberapa orang dan termasuk Zinnia.
Zinnia melotot tak percaya, gadis itu langsung berlari kencang menuju Alby dan Farhan. Alby bergetar lagi dan air matanya keluar begitu saja.
"Alby!? Kamu ngapai disini, PARHAN LO NGAPAI BAWA DIA KESINI!! NANTI DIA LUKA GIMANA!? GUE PENGGAL LO!" Seru Zinnia.
"Ya gimana, takutnya Lo makin ganas dan matikan anak orang, makannya Gue bawa Nevan" Jawab Farhan takut-takut.
Setibanya Zinnia di depan Alby, Alby langsung menarik rambut Zinnia dengan kuat, sampai membuatnya meringis "Aw sakit tau Al-"
"Hiks...She-Sheeva na-nakal! Hiks...Huaaaaaaaa nakal!" Alby menangis, dan masih menarik rambut Zinnia, tak lama dia melepas rambut Zinnia dan memukul kepalanya.
Zinnia panik dan langsung menenangkan Alby "Maaf Alby maaf, aku gak nakal lagi" Bujuk Zinnia lembut. Seraya menahan tangan Alby agar tak berlanjut memukul.
Alby masih menangis "Huaaaaaaaaaa...She-Sheeva na-nakal!" Rengek Alby, Zinnia menghela napas singkat. Dia memeluk erat Alby dan mengelus punggungnya.
"Iya-iya Sheeva nakal, uda ya Sheeva anter Alby pulang"
Alby tak menjawab dan masih memeluk Zinnia, mau tak mau Zinnia menggendong Alby karena cowok itu gamau melepaskan pelukannya.
Zinnia membawa Alby menuju motornya, gadis itu naik dengan Alby yang masih ada di gendongannya. Secara otomatis Alby duduk di depan Zinnia, dan Zinnia memegang stang kemudinya.
"Untung Gue tau rumah Alby dimana" Gumam Zinnia, dan dia langsung melajukan motornya secara kencang, meninggalkan area tawuran.
"Gue gamau ketemu sama Lo pada, jauh-jauh Lo dari hidup Gue"
Farhan menoleh begitu mendengar ucapan dingin seseorang, ternyata seorang gadis berkacamata tengah berdiri di depan beberapa orang cowok.
Cowok-cowok itu terdiam kaku mendengar ucapan si cewek "Han jangan gitu dong" Melas salah satunya.
"Iya, masa gara-gara ini doang kamu marah" Cicit yang lainnya, gadis itu menatap tajam.
"Gue marah, karena Gue perduli dan sekarang Gue uda mencoba untuk gak perduli lagi, jadi setelah ini terserah Lo pada mau ngapai" Ucapnya dingin kemudian pergi meninggalkan cowok-cowok itu.
Sebelum pergi, tak sengaja tatapannya bertemu dengan Farhan, Farhan tersentak sebentar saat mata dingin itu menatapnya. Sungguh mengerikan.
Tapi menawan "Gila, di Laksmana mana ada cewek begitu" Guman Farhan terpesona.
.
.
Zinnia sampai di depan rumah Alby dengan selamat, turun dari motor dengan Alby yang masih digendongannya. Zinnia berjalan anteng menuju gerbang.
"Pak, tolong buka gerbangnya dong, Albynya ketiduran ni" Ucap Zinnia to the point pada Pak Didit. Pak Didit yang lagi menikmati kopi hangat tersentak kaget.
Dia langsung berbalik dan melotot melihat pemandangan itu "Walah, Den Alby" Gumam Pak Didit, dan gerbangpun terbuka.
Zinnia masuk ke dalam, berjalan mengikuti Pak Didit menuju dalam rumah "Neng Geulis, tarus saja Den Albynya dulu sofa, biar Tuan Felix yang mindahi Den ke kamarnya" Ucap Pak Didit sopan. Pak Didit langsung berlari mencari keberadaan nyonya rumah.
Zinnia mengangguk saja, tapi dia tak lekas memindahkan Alby, Zinnia duduk di sofa dengan santainya. Dan sesekali mengelus punggung Alby.
Tap tap tap
"Ya ampun, Alby"
Zinnia mengintip dari bahu Alby, ternyata seorang wanita paruh baya yang masih cantik berjalan cepat menuju Zinnia.
"Astaga, taruh saja Albynya sayang, nanti kamu kecapekan gendongin dia" Ucap Wanita itu, Zinnia tersenyum kecil.
"Gak papa Tante, biar langsung saya antar ke kamarnya saja, kalau mau nunggui Om pasti lama" Ucap Zinnia tenang dan sopa.
Wanita terdiam sejenak, melihat penampilan urakan dari si gadis membuat wanita itu sedikit tak yakin, tapi ini pertama kali ada gadis yang menggendong putranya.
Wanita itu mau tak mau mengarahkan Zinnia ke kamar Alby.
Dan setelah Zinnia berhasil memindahkan Alby ke kasurnya, Zinnia mengelus kepalanya sebentar lalu keluar. Menemui Ibu Alby.
"Maaf ya Tante, saya temannya Alby yang baru, nama saya Zinnia Sheeva" Ucap Zinnia seraya menyalami wanita itu.
Wanita tadi awalnya curiga, tapi melihat wajah dan attitude gadis ini dia tenang. Gadis ini memang urakan, dan terlihat nakal, namun dia sopan dan cara bicaranya bagus.
"Makasih ya Sheeva udah mau nganterin Alby" Ucap wanita itu lembut.
Zinnia mengangguk, dan setelah berbincang sebentar akhirnya Zinnia pamit untuk pulang ke rumahnya. Wanita tadi mengantar sampai depan dan saat ini dia menatap siluet Zinnia di ujung jalan.
Wanita langsung masuk ke dalam rumah, bertepatan dia bertemu dengan Putra tersayangnya "Baru aja dia pulang, gimana sekolah kamu sayang?" Tanya Wanita itu seraya mengelus rambut pirang putranya.
Remaja itu tersenyum senang "Seru Bun" Jawabnya senang.
"Oh ya? Kamu suka gak disana?"
"Suka dong Bun hehehe"
"Yaudah, kamu istirahat deh sekarang Al"
"Oke Bun, eh tapi Al mau makan dulu Bun, laper, terus nanti malam mau ke Gramedia, aku bawa motor sendiri aja"
Wanita itu mengangguk, dia menatap punggung lebar milik Putranya "Heum, Zinnia Sheeva ya" Gumam wanita itu, senyum senang terbentuk begitu saja.
"Al jangan semua dihabisin ya, nanti Ayah kamu gak kedapatan" Seru waniya itu pada Putranya itu.
"IYA BUN"
Wanita cantik berambut hitam legam, usianya 47 tahun, namanya Frisya Adelia, Ibu Alby yang paling Alby sayang. Memiliki sifat sedikit mirip dengan Zinnia. Dia mantan preman sekolah juga.
Akan ada sedikit rencana untuk Zinnia yang Frisya siapkan.
Tbc...
Syalalala.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
pisces
kyknya Albi gak autis deh
2022-10-15
1
Utopis H
mantap, Kak Ryn.
2022-04-12
0
💜💜 Mrs. Azalia Kim 💜💜
apa ituu...
2022-02-07
0