_•Happy Reading•_
"Mar, shut Mar, si beruang kutub gak masuk kelas?" tanya Zeo sambil menyenggol lengan Ammar.
"Tar juga nongol tuh anak. Nih yah satu, dua, tiga, tuh kan bener nongol." bisik Ammar pada Zeo.
"Widih, lo hebat bener cuy. Cucunya mbah Marjan ya? Bisa tau kalau dia datang." Zeo terkikik geli menahan tawa atas ucapannya sendiri.
Tok...
Tok...
"Permisi Pak." ucap Azura datar dan dingin lalu berjalan ke bangku di sebelah Ammar setelah mendapatkan izin masuk dari Prof Bambang pengampu mata kuliah mereka.
Setelah waktu sudah berlangsung hampir Dua jam lamanya, akhirnya para mahasiswa dan mahasiswi terbebas dari prodi yang memang sudah selesai.
"Kantin Bing." kata Zayn, sambil berjalan keluar dengan merangkul Claudia.
"Duluan aja, gue mau ngomong sebentar sama si beruang kutub." jawab Ammar santai.
"Ck," Azura berdecak kesal lantaran dirinya di sebut Beruang kutub, lalu apa bedanya dengan dirinya yang sama-sama dingin dan irit bicara pada orang yang tak di kenalnya.
"Kalau gue beruang kutub, terus lo beruang madu?" gumam Azura pelan namun masih bisa di dengar.
"Sebelas dua belas Nge, sama-sama beruang jangan saling mendahului. Katakan ada apa? Ada masalah apa yang ngebuat lo jadi semakin bersikap seperti ini? Dengan lo diam seribu bahasa, lo pikir lo mampu menyembunyikan semua itu dari gue." sakarsme Ammar menatap tajam pria datar yang tengah duduk di depannya.
"Maksud lo apa? Gue nggak ngerti!"
"Ehem!" berdehem sinis. "Gak usah berlaga gak paham lagi lo. Padahal lo itu paham dengan apa yang gue maksud. Sudah berapa lama kita bersahabat? Apa jangan-jangan lo lupa kalau lo itu punya sahabat, hah?" mendorong bahu Azura pelan. "Lo gak bisa bohongin gue seperti lo mencoba berbohong pada yang lainnya! Gue tau betul kalau lo punya masalah, lo juga gak akan pernah bisa buat nutupin semuanya dari gue!"
"Zeo bicara apa sama lo, Men?" tanya Azura.
"Zeo gak pernah bicara apa pun ke gue! Ayo cepat katakan, apa ada yang mungkin bisa gue bantu?" Ammar berkata dengan sangat serius.
Azura yang di tanya hanya tersenyum sinis dengan tatapan sendu. "Lo mau bantu gue apa, Men? Sedangkan gue gak lagi ada masalah." ucap Azura berbohong, ia tau betul kalau hatinya masih belum sepenuhnya bisa membuka ruang atas nama ikhlas. Tidak mudah melupakan sesuatu yang melekat pada hatinya. Meskipun ia enggan kembali karena rasa kecewa dan jijik atas kelakuan mantan kekasihnya dulu.
"Nah itu dia, Nge. Jadi katakan apa masalah lo?"
"Cih, apa lo tuli? Gue bilang gue gak punya masalah!"
"Justru itu, lo bilang gak ada masalah artinya lo emang lagi ada masalah. Ayo lah Nge, tadi kan gue udah ngomong kalau gue itu lebih mengenal lo dibandingkan Alricks cs yang lain."
"Huft." Azura menarik napas dalam-dalam seakan enggan menceritakan semuanya pada Ammar.
"Gue sebenarnya masih mikirin letak kesalah gue itu dimana. Padahal segalanya udah gue berikan dari mulai fasilitasnya, tunjangan hidup dia disana, apapun yang dia inginkan dan bahkan popularitasnya dia itu juga karena pengaruh gue. gue turutin semua ke inginan dia, sampai-sampai gue berdebat sama Mommy hanya karena gue lebih percaya dia. Lo tau sendiri selama enam bulan ini gue minggat dari rumah utama karena gue itu ngebelain dia. Tapi kenapa dia pergi ninggalin gue disaat gue lagi sayang-sayangnya sama dia dan sekarang? Gue tau di belakang gue dia menghianati gue, Men."
"Lo mikirin letak kesalahan lo dimana?" Ammar tertawa geli setelah bertanya itu pada Azura.
Azura menganggukan kepala.
"Nge, gue pikir lo itu cerdas dan gak ada celah buat gue bilang kalau lo itu bodoh. Ternyata lo itu bodoh dalam urusan cinta." Ammar menepuk bahu Azura. "Nih ya, kalau kata bunda Alona jodoh itu gak akan kemana. Sejauh apapun dia pergi, sejauh apapun dia menyangkal, kalau sudah takdir bertemu ya pasti akan bertemu. Begitu pun sebaliknya, kalau lo benci seseorang, kesel sama tuh orang, kalau Allah berkata berjodoh pasti akan berjodoh. Buat apa lo jadi kaya orang gila begini? Kalau dia bukan jodoh lo, ikhlasin dia pergi tapi kalau dia emang jodoh lo pasti dia akan kembali." Ammar berdiri dan hendak melangkah.
"Gue harus apa sekarang?"
"Lupain." jawab Ammar santai.
"Belum bisa sepenuhnya, gue gak bisa lupain dia secepat itu ternyata, Mar. Semakin gue marah dan benci justru malah semakin gue gak bisa buat lupain dia."
"Mungkin sekarang lo itu bilang gak bisa karena lo gak mau mencoba sekuat tenaga lo untuk menempatkan kata ikhlas dalam ruang hati lo. Lo inget yah Nge, apa yang menurut lo baik belum tentu baik buat lo. Dan apa yang menurut lo gak baik, ternyata justru itu yang baik buat lo. Jadi saran gue jangan lo terlalu benci dan jangan pula lo juga terlalu cinta. Cukup ikhlasin aja, mungkin ini adalah sesuatu yang akan ngebuat lo mendapatkan sesuatu yang baik. Gue percaya kalau lo bukan orang yang lemah karena cinta tapi lo bodoh dalam urusan cinta." lagi-lagi Ammar menepuk pundak Azura dan berjalan menuju kantin.
"Sialan lo Men! Awalnya sih oke ngasih motivasi bijak tapi ujung-ujungnya jatuhin gue lo." kesel Azura sambil mengekori Ammar dan Ammar hanya tersenyum tipis.
"Lo nyesel?"
"Pada akhirnya, iya!" sungguh Azura.
"Mana ada pada awalnya. Kalau pada awalnya itu pendaftaran namanya!" terkekeh geli.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
hayatun nufus
katanya udah move on
2022-09-22
0