"Pelayan!" Panggil seorang sambil melambaikan tangan
"Eh, Din. Aku meminta bantuan darimu ya." Ucap teman serekan kerja
"Apa??" Jawab Dini
"Tolong layani dulu ibu-ibu itu, dia meminta menu. Kau hanya tinggal memberikan menu ini, lalu nanti kau tulis apa yang dia pesan saja." Ucap temannya, Bernama Vani
"Kenapa tidak kau saja yang melakukannya, Vin?" Tanya Dini bukan tidak ingin, namun hanya mengganjal saja
"Sudah kau saja ya. Aku meminta bantuan darimu. Aku sering ribet jika harus berurusan dengan ibu-ibu yang memesan, mereka sangat tidak jelas. Sudah tua bukannya diam di rumah malah berkumpul arisan." Cela Vina
"Hussh... Kau ini tidak boleh mengatakan hal itu. Kau harus ingat jika kau juga memiliki seorang ibu. Ya sama saja walau bagaimanapun seorang ibu dan mereka bukan ibu kita, ibu itu yang lebih tua dari kita, kita harus hormat pada mereka." Ucap Dini
"Iya juga yang kau katakan itu, Din. Tapi kan ibu ku berbeda. Sudahlah kau saja yah, aku mohon." Ucap Vina menangkupkan tangannya
"Iya, Baiklah." Ucap Dini sambil pergi membawa menu dan alat tulis
"Permisi, ibu. Ini menu nya! silakan dilihat! Ingin pesan apa?" Ujar Dini
"Saya lihat dulu yah." Jawab ibu itu
"Eh, Jeng, Kapan situ memiliki menantu? dengar-dengar Arya sudah memiliki pacar, cantik lagi. Katanya sih artis sekaligus model ya, kapan nikahnya? Memangnya tidak ingin cepat memiliki menantu yang bisa diajak ikut berkumpul arisan bersama seperti kita nih. Iya kan..." Bicara teman anggota arisan itu
"Iya, Jeng. Cepat nikahi anaknya nanti terburu terlambat loh, Jeng. Bisa-bisa nanti jadi perjaka tua loh." Ucap Jeng lainnya
Dari tadi Dini berada di sana dan mendengar semua perbincangan mereka. Ia merasa kurang nyaman dan ingin segera pergi agar tidak mengetahui perbincangan orang lain. Sedangkan ibu yang didesak masih melihat daftar menu dan tidak menggubris perkataan teman sebayanya.
"Aduh, Jeng. Maaf yah lebih baik pesan saja dulu, nanti dulu mengobrol nya." Ucap ibu itu memberitahu
"Iya deh, Jeng. Maaf yah."
"Mba saya pesan...a..loh kamu." Ibu itu mengenali Dini dan menyapanya
"Ibu... Ibu yang kemarin tidak sengaja saya tabrak kan?" Ucap Dini
"Iya itu ibu,,, kau bekerja di sini?" Tanya ibu itu
"iya, Bu. Saya kebetulan kerja di sini, untuk tambahan biaya kuliah Bu." Jawab ramah Dini
"Owh... Hebat sekali kamu yah. kuliah sambil kerja ibu salut denganmu. Jarang sekali ada anak yang seperti dirimu, biasanya kan kebanyakan hanya meminta kepada orang tuanya. Kau perempuan mandiri."
"Semua anak pasti memiliki perjalanan dan takdir sendiri, Bu. Sebagian pertama terlahir sebagai anak yang berasal dari keluarga kaya, dan sebagian kedua terlahir dari keluarga yang biasa saja yang harus berjuang menaikkan derajatnya, dan saya termasuk dari anak sebagian ke dua."
"Ibu salut denganmu, kau tidak pernah mengeluh dan berprinsip yang kuat. Orang tuamu pasti bangga memiliki anak seperti mu."
"Alhamdulillah... Aamiin, Bu. Terima Kasih."
"Owh ya, Jika seperti itu ibu pesan steak nya ya minumnya es jeruk saja. Karena kebetulan ibu denger restoran ini baru buka dan makanannya pun enak-enak. Apalagi steak nya dikatakan banyak yang membicarakan dagingnya empuk, dan rasanya pasti juara."
"Owh iya baik, Bu." Dini pun segera menulis di catatan pemesanan
"Jika seperti itu kita pesan itu saja deh, Jeng." Ucap ibu-ibu dan menantu mereka serempak memesan makanan yang sama
"Owh, yasudah steak dan es jeruknya 9 berarti." Ucapnya
"Baik Bu, ditunggu pesanannya." Dini pun pergi agar pesanan mereka segera diproses
"Siapa itu, Jeng? Akrab sekali dilihatnya." Tanya salah satu jeng
"Owh, Itu gadis kemarin yang tidak sengaja menabrak saya di tepi jalan saat berjalan kaki. Dia anak yang baik dan sopan, kemarin entah berapa kali dia meminta maaf terus menerus."
"Owh, Saya kira siapa." Mereka pun tidak heran lagi
Pesanan pun datang dan mereka menyantap makanannya. Setelah selesai, Semua orang pamit pulang terkecuali ibu-ibu yang tidak sengaja bertabrakan dengan Dini.
"Hei, Nak. Kemari sebentar!" Panggil nya
"Saya Bu?" Tanya Dini
"Iya kau...Ayo kemari!"
Dini menghampiri dengan perasaan tidak tenang, "Ada apa ya Bu?" Tanya nya
"Dari kemarin ibu terus memikirkan mu, ibu berharap bisa bertemu denganmu kembali, dan akhirnya ibu bertemu denganmu di sini."
"Memangnya ada apa ya Bu? barang-barang ibu tidak rusak kan? Jika ada yang rusak saya akan mencoba untuk mengganti saja, Bu."
"Bukan, bukan itu, kau ini... Hhhh. Ibu ingin bertanya, Siapa namamu?" Ungkapnya
"Oh, Nama saya Dini, Bu." Jawab Dini
"Owh Dini, Akhirnya ibu tahu nama mu. Bagus dan cantik, sederhana namanya persis seperti orang nya."
"Terima kasih, Bu." Ujar Dini tidak nyaman menerima pujian
"Jika ibu, Amira." Ucap ibu itu mengenalkan diri
"Oh iya baik, Bu Amira."
"Apa kau memiliki handphone?"
"Ada, Bu." Jawab Dini
"Ibu boleh meminta nomor telepon mu?"
"Em... Untuk apa ya, Bu?" Tanya Dini
"Kau tenang saja ibu orang baik kok, ibu dengar orang tuamu seorang petani yang menjual bunga mawar kan? Nah siapa tahu nanti ibu pesan dan membutuhkan bunga dan tinggal klik memanggil dirimu saja, ia kan?"
"Oh seperti itu ya, bu. Tapi dari mana ibu tahu?"
"Ibu baca dari kertas kemarin yang jatuh waktu bertabrakan, Maaf ya ibu lancang membaca informasi mu."
"Tidak apa-apa, Bu. Baiklah jika seperti itu, ini no saya, Bu." Ucap Dini menunjukkan handphone yang sudah ditampilkan nomor handphone miliknya
"Ibu simpan ya. Nanti ibu telepon jika ibu ada perlu denganmu." Kata Bu Amira sambil mencatat nomor Dini
"Iya, Bu. Dengan senang hati."
"Yasudah karena sudah selesai, Ibu pamit pulang dulu yah, yang semangat kerjanya." Ucap Bu Amira
"Pasti Bu. Terima Kasih atas dukungannya." Jawab Dini sambil tersenyum
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 267 Episodes
Comments
cetom😘😘
maksudnya gimana ya torr
2024-09-16
0
Berdo'a saja
baik banget sih si ibu
2023-05-13
0