Frans sudah menyelesaikan semua pekerjaannya. Dia sangat mengkhawatirkan keadaan Dona. Dia merasa tidak tenang sebelum mengetahui keadaan Dona, karena hatinya sangat gelisah akhirnya Frans memutuskan untuk segera pulang.
Saat sedang perjalanan menuju lift, Frans tidak sengaja mendengar percakapan Tari dan Kevin.
"Vin, bagaimana kalau kita menjenguk Dona?aku sangat mengkhawatirkan keadaan Dona." ucap Tari cemas.
"Ok, aku juga sangat mengkhawatirkan Dona." sahut Kevin.
Frans berjalan menghampiri Tari dan Kevin.
"Kalian mau kerumah Dona?" tanya Frans yang kini sudah ada bibelakang Tari.
"Iya pak." sahut Tari yang terkejut dengan kedatangan Frans.
"Kebetulan saya juga mau kesana, kalian boleh ikut saya." ucap Frans.
Tari dan Kevin hanya terbengong mendengar kata-kata Frans, mereka tidak percaya dengan perubahan sikap Frans.
"Bagaimana mau nggak?" Sambung Frans lagi.
"I--iya pak, mau." ucap Tari dengan terbata-bata.
Frans, Tari dan Kevin berjalan keluar dari kantor. Frans berjalan menuju mobilnya.
"Ayo masuk." ucap Frans sambil membuka pintu mobil depan. Frans masuk kedalam mobil.
Kevin dan Tari masuk kedalam mobil, Kevin duduk didepan bersama Frans sedangkan Tari duduk dibelakang. Frans melajukan mobilnya menuju rumah Dona.
Dalam perjalanan Frans mulai mencari tahu soal Dona melalui Tari, karena Frans tahu kalau Tari adalah sahabat dekat Dona.
"Tar, boleh saya bertanya sesuatu sama kamu?" tanya Frans yang masih menatap ke depan.
"Bapak mau bertanya soal apa?" sahut Tari penasaran.
Ini pertama kalinya bagi Tari di ajak bicara oleh Frans selain soal pekerjaan kantor.
"Apa kamu sudah lama kenal dengan Dona?" tanya Frans sambil menatap ke depan.
"Saya kenal Dona semenjak saya kerja sama bapak. Ada apa ya Pak?" tanya Tari semakin penasaran.
Tari tahu kalau bos nya ini menaruh hati sama Dona.
"Apa kamu tau semua tentang Dona?" tanya Frans lagi.
"Maksud bapak soal apa ya?" tanya Tari bingung.
"Tentang siapa Dona dan siapa keluarganya." sahut Frans.
"Dona anak yang baik pak, dia ramah sama siapa saja, dia anak dari tiga bersaudara, karena ayahnya sudah meninggal Dona kini harus menjadi tulang punggung keluarganya. Dona harus membiayai sekolah kedua adiknya. Itu yang saya tahu tentang Dona Pak." ucap Tari.
Frans tidak tau ternyata selama ini Dona menanggung beban yang begitu berat.
"Kalau boleh tahu kenapa bapak bertanya soal Dona?" sambung Tari lagi.
Karena rasa penasaran yang begitu besar membuat Tari memberanikan diri bertanya kepada Frans.
"Nggak apa-apa, cuma ingin tahu saja." sahut Frans.
Mereka akhirnya sampai di rumah Dona.
Frans keluar dari mobil dan di ikuti oleh Tari dan Kevin. Mereka berjalan menuju pintu. Frans mengetuk pintu.
Tokk..tokk..tokk..
Dona yang sedari tadi cuma menonton TV berjalan menuju pintu setelah mendengar suara ketukan pintu. Dia berjalan dengan tertatih-tatih menuju pintu, dia membuka pintu.
Dona terkejut melihat Tari dan kevin datang bersama dengan Frans.
"Ayo masuk." ajak Dona sambil memberi jalan kepada Frans, Tari dan Kevin.
"Sayang, kenapa kamu banyak bergerak, apa kaki kamu sudah nggak sakit lagi?" tanya Frans cemas.
Tari dan Kevin hanya terbengong melihat betapa perhatiannya Frans ke Dona.
"Kaki saya sudah agak mendingan kok pak, walau sedikit sakit tapi sudah bisa buat jalan." sahut Dona.
"Tapi kamu harus tetap banyak istirahat sayang." ucap Frans sambil mencoba memapah tubuh Dona.
"Pak lepasin! malu di lihat Tari dan Kevin." seru Dona sambil menatap Tari dan Kevin.
"Kenapa harus malu, biar mereka tahu kalau aku sayang sama kamu." ucap Frans sambil memeluk erat pinggang Dona.
Wajah Dona kini memerah, Dona juga cemas dengan apa yang ada dalam pikiran Tari dan Kevin.
"Ayo kalian juga duduk." ucap Frans sambil mendudukkan tubuh Dona di atas sofa.
Tari dan Kevin duduk di sofa.
"Terimakasih ya Tar, Vin. Kalian sudah mau menjenguk aku." ucap Dona sembari menyunggingkan senyuman.
"Iya Don, aku sangat mengkhawatir kamu tau." sahut Tari.
"Iya, kita khawatir banget sama kamu, kantor terasa sepi kalau nggak ada kamu." Kevin ikutan menimpali.
"Maaf sudah bikin kalian khawatir." ucap Dona.
"Kenapa harus minta maaf, memangnya kamu salah apa?" tanya Tari dengan senyuman di wajahnya.
"Kamu harus cepat sembuh, kalau mau aku memaafkan kamu." goda Tari sembari menepiskan senyuman.
Dona menganggukkan kepalanya.
"Kalian teruskan saja mengobrol nya, aku mau mandi dulu." ucap Frans lalu berjalan meninggalkan ruang tamu.
"Don, aku nggak percaya dengan apa yang aku dengar dan aku lihat saat ini, Pak Frans memanggil kamu sayang dan dia begitu perhatian sama kamu." ucap Tari heran.
"Aku juga nggak menyangka Pak Frans akan perhatian sama aku, aku juga nggak menyangka atas perubahan sikapnya." ucap Dona yang masih belum bisa percaya akan perubahan sikap Frans kepadanya.
"Apa kalian sudah jadian?" tanya Tari penasaran.
Dona menggelengkan kepalanya.
"Karena melihat pak Frans begitu baik dan perhatian sama aku, aku merasa hati aku mulai luluh, tapi aku belum berani mengungkapkan perasaan aku, karena aku takut sikap Pak Frans ini hanya sementara." ucap Dona sembari menundukan kepalanya.
"Aku juga nggak menyangka sih sikap pak Frans bisa berubah seperti sekarang ini, berubah 180 derajat." ucap Kevin yang sama-sama tidak percaya dengan perubahan sikap Frans.
"Don, aku bisa melihat kalau pak Frans itu benar-benar mencintaimu, kayaknya dia serius sama kamu." ucap Tari.
Dona hanya diam, dia tidak tahu harus berbicara apa lagi.
"Karena sudah malam, kami pamit pulang dulu ya, tolong sampaikan pada pak Frans kalau kami pulang duluan dan terimakasih atas tumpangannya." ucap Tari.
"Baiklah dan terimakasih sudah mau datang ke rumah aku." ucap Dona sembari memeluk Tari.
"Maaf aku nggak bisa mengantar kalian keluar." Sambung Dona lagi.
"Nggak apa-apa, kita pulang dulu ya." ucap Tari.
Kevin dan Tari berjalan menuju pintu dan keluar dari rumah Dona.
Frans yang sudah selesai mandi dan berpakaian berjalan keluar dari kamar dan menuju ruang tamu.
"Lo, dimana Tari dan Kevin?" tanya Frans yang kini ada dibelakang Dona.
"Mereka baru saja pulang pak."
"Baru juga mau aku tawarin minum sudah pada pulang."
"Bapak sudah makan belum?"
"Belum sayang." sahut Frans sambil memeluk Dona dari belakang.
"Tadi saya sudah memasak makan malam, ayo kita makan sekarang." ucap Dona sambil melepaskan pelukan Frans.
"Baiklah ayo, aku juga sudah lapar." ucap Frans sambil mencoba memapah tubuh Dona.
"Lepasin pak, saya bisa jalan sendiri."
"Beneran nggak apa-apa?" tanya Frans cemas.
"Saya sudah sembuh kok pak, jadi bapak nggak usah khawatir lagi." ucap Dona sambil berjalan pelan menuju meja makan.
Frans berjalan dibelakang Dona takut nanti Dona terjatuh. Dona mengambilkan makanan untuk Frans.
"Silahkan dimakan pak." ucap Dona sambil menaruh piring berisi makanan didepan Frans.
"Terimakasih." ucap Frans.
⭐⭐⭐⭐
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 176 Episodes
Comments
Suminah
ni novel da aku baca tp entah kenapa
2022-02-28
0
Faridah Sumarsono
ceritanya kurang greget...mana fransnya terlalu lebay lg..jd boss g ada wibawanya sm sekali
2021-07-09
0
Shakila Rassya Azahra
ceritanya ringan aku suka 😘😘
2021-02-02
2