Bos Yang Angkuh
Tutt..tutt..tutt..
Dona yang sedang duduk diruang tengah mendengar suara ponselnya berbunyi. Ia mengambil ponselnya dari atas meja. Ia melihat siapa yang menelfon.
"Nomor siapa ya ini? kok nggak ada di daftar kontak aku," gumam Dona dalam hati.
Dona ragu untuk menjawab telfon itu, tapi akhirnya ia menjawab telfon itu.
"Halo, selamat siang," sahut Dona setelah panggilan itu mulai tersambung.
"Halo, benar ini dengan Ibu Dona?" tanya wanita di seberang sana.
"What! enak saja aku di panggil ibu, memangnya aku sudah tua apa!" gumam Dona dalam hati.
"Iya betul, maaf kalau boleh tau ini dengan siapa ya?" tanya Dona penasaran.
"Ini dari perusahaan yang menerima surat lamaran anda, saya ingin memberitahukan bahwa anda diterima kerja, mulai besok anda sudah bisa mulai bekerja."
Raut wajah Dona seketika berubah, terpancar kebahagiaan dari raut wajah Dona, ia tidak menyangka lamarannya akan diterima.
"Baik, Bu. Terimakasih, saya akan bekerja dengan giat. Sekali lagi terima kasih," ucap Dona lalu mematikan telfon.
Dona bersorak kegirangan, ia bahkan menari-nari seperti orang gila saking senangnya.
"Akhirnya aku diterima kerja, aku harus menyiapkan semuanya. Aku sudah nggak sabar untuk segera berkerja," ucap Dona dengan senyuman di wajahnya.
Keesokan harinya.
Sejak pagi Dona sudah bersiap-siap untuk berangkat bekerja. Ini adalah lamaran ke 10 yang ia kirim ke berbagai perusahaan. Ia bahkan tidak menyangka lamarannya kali ini diterima.
Dona melangkah keluar dari kamarnya sambil memesan taksi online. Tak lupa ia mengunci pintu rumahnya. Sambil menunggu taksi datang, ia melihat kembali penampilannya.
Dona tak ingin sampai penampilannya jelek dan mengacaukan hari pertamanya bekerja. Tak berselang lama taksi yang ia pesan datang. Ia lalu membuka pintu taksi dan masuk kedalam taksi.
"Pak ke perusahaan Albert Company," ucap Dona kepada supir taksi.
"Baik, Mbak." Supir taksi itu mulai melajukan taksinya.
Taksi melaju menuju perusahaan. Setelah satu jam perjalanan Dona sudah sampai di perusahaan.
Setelah membayar ongkos taksi, Dona turun dari taksi dan ia berjalan menuju loby. Ia berjalan menuju ruang informasi untuk menanyakan dibagian mana ia akan ditempatkan.
Dona mengetuk pintu ruang informasi itu.
"Masuk," sahut seseorang dari dalam ruangan.
Dona membuka pintu dan masuk kedalam ruangan.
"Ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang karyawan.
"Emm ... saya Dona, saya karyawan baru disini. Saya mau menanyakan saya bekerja dibagian apa ya?" tanya Dona gugup.
"Oo ... anda yang kemarin diterima disini, anda bekerja sebagai sekertaris," jawab karyawan itu.
Hah! Sekretaris.
"Emm ... kalau boleh saya tau, ruangan kerja saya dimana ya? maaf kalau saya terlalu banyak bertanya," ucap Dona gugup.
"Nggak apa-apa, lagian anda kan baru di perusahaan ini. Anda naik aja ke lantai tujuh, itu adalah ruangan CEO. Nanti anda lurus saja terus belok kiri ada ruangan dengan pintu berwarna putih, itu ruangan anda," ucap karyawan itu dengan senyuman di wajahnya.
"Baik, terimakasih, kalau begitu saya permisi dulu," ucap Dona lalu berjalan keluar.
Dona melangkah keluar dari ruangan itu, menuju lift yang akan membawanya ke lantai tujuh.
Dengan jantung yang berdebar, Dona mengetuk pintu ruangan pemilik perusahaan itu.
"Masuk," sahut seseorang yang tidak lain adalah CEO.
Dona membuka pintu, lalu dengan jantung yang masih berdebar, ia mulai melangkah masuk ke dalam ruangan.
"Permisi pak, saya karyawan baru disini dan saya bekerja sebagai sekertaris bapak yang baru," ucap Dona gugup.
Frans menatap Dona dengan sorot mata yang tajam.
"Wanita ini cantik juga," gumamnya dalam hati.
"Sekarang coba kamu pelajari buku ini, disitu tertulis semua agenda saya," ucap Frans lalu melemparkan buku ke atas meja.
Kedua mata Dona seketika membulat. Ia tidak menyangka akan bekerja menjadi sekretaris dari bos yang songong seperti itu.
"Mimpi apa aku semalam, sampai aku harus mendapatkan bos yang angkuh kayak gini," gumamnya dalam hati.
"Emm ... baik, Pak." Dona lalu mengambil buku yang tadi dilempar oleh Frans.
"Sekarang kamu ikut saya, saya ada meeting diluar." Frans lalu berdiri dan berjalan keluar dari ruangannya.
Dona mengikuti bos nya dari belakang.
Mereka masuk kedalam lift, pintu lift terbuka di lantai bawah. Sebuah mobil mewah sudah terparkir didepan perusahaan.
"Ayo masuk." Frans masuk ke dalam mobil setelah supirnya membukakan pintu untuknya.
Dona masuk lewat pintu satunya.
"Gila ini mobil bagus banget," gerutu Dona pelan tapi masih bisa didengar oleh Frans.
"Apa kamu tidak pernah naik mobil mewah?" tanya Frans dengan nada meledek.
"Sombong banget ini orang, rasanya pengen aku tampol itu mulut," gumam Dona dalam hati.
"I--iya pak," ucap Dona pelan.
"Mulai sekarang kamu harus terbiasa, karena saya sering meeting diluar, awas saja kalau kamu sampai mabuk kendaraan dan muntah di dalam mobil saya!" ucap Frans dengan nada mengancam.
Dona mengambil nafas dan menghembuskannya perlahan. Ia mencoba menahan emosinya.
"Sabar Don, sabar. Nasib kamu lagi apes, hingga kamu dapat Bos yang angkuh dan sombong seperti ini orang," gumamnya dalam hati.
"Kenapa juga aku harus jadi sekertarisnya, sekalinya dapat pekerjaan Bos nya sombong banget," gerutu Dona sambil menatap keluar jendela mobil.
Akhirnya mereka sampai disebuah restoran bintang 5, para pelayan menyambut kedatangan Frans dan Dona.
"Frans sebelah sini!" teriak Marcel sambil melambaikan tangannya.
Marcel adalah sahabat serta patner bisnis Frans. Frans dan Dona berjalan menghampiri Marcel.
"Sudah lama menunggu?" Tanya Frans lalu duduk di depan Marcel.
"Ya, lumayan lah," jawab Marcel. Marcel melihat kearah wanita yang berdiri disamping Frans.
"Wanita cantik ini siapa?" tanya Marcel sambil tersenyum kearah Dona.
"Dia sekertaris baru aku."
"Halo, saya Marcel sahabat Frans," sapa Marcel sambil mengulurkan tangannya.
"Saya Dona," ucap Dona sambil menjabat tangan Marcel.
"Silahkan duduk, jangan cuma berdiri saja," ucap Marcel lalu menarikan kursi disebelahnya.
"Terimakasih," ucap Dona dengan senyuman manis di wajahnya.
Marcel terpukau melihat senyuman manis Dona. Tapi tidak dengan Frans, lelaki itu tidak suka melihat Marcel menggoda sekretarisnya.
"Sudah nggak usah basa-basi, langsung saja, kenapa kamu menyuruh aku kesini?" tanya Frans dengan nada kesal.
"Ini tentang perjanjian kerja sama yang kamu ajukan, aku sepakat untuk menerimanya," ucap Marcel.
"Kalau cuma itu kenapa kamu nggak datang saja kekantor," ucap Frans ketus.
"Ya sekalian aku ingin mengobrol sama kamu, kita kan jarang nongkrong seperti ini," ucap Marcel dengan senyuman di wajahnya.
Dona hanya menggelengkan kepalanya melihat sikap Bos nya yang begitu angkuh di depan sahabatnya.
"Gila ini orang, sama sahabatnya saja angkuhnya minta ampun. Gimana nanti sikapnya sama aku yang hanya sekretarisnya. Bisa gila aku jika terus berhadapan dengan Bos yang sifatnya angkuh kayak gini," gumamnya dalam hati.
"Mau pesan apa ini?" tanya Marcel sambil membuka buku menu.
"Terserah kamu, asal jangan nasi," ucap Frans datar.
"Kalau kamu, Don, mau pesan apa?" tanya Marcel lalu menatap Dona.
Marcel kagum dengan kecantikan Dona.
Frans melirik ke arah Marcel yang masih terus menatap Dona. Bahkan ia bisa melihat ada seutas senyum dari bibir Marcel.
"Emm ... terserah Bapak saja," ucap Dona gugup karena Marcel menatapnya dengan sangat tajam.
"Jangan panggil bapak dong,
memangnya aku sudah kelihatan tua ya, panggil saja Marcel," ucap Marcel dengan senyuman di wajahnya.
"I--iya pak, emmm ... maksud saya Marcel," ucap Dona gugup.
Frans semakin kesal dengan tingkah sahabatnya yang sedari tadi menggoda Dona. Frans menggempalkan kedua tangannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 176 Episodes
Comments
Bundha Shantie
mampir thor...
2022-12-24
0
Bunda
nyimak
2022-09-20
0
Kinan Rosa
tak coba kok kayak nya seru
2022-09-13
0