Hari ini Dona pulang tepat waktu, tapi malam ini Dona harus kerja lembur karena Dona diberi tugas oleh Frans untuk segera menyelesaikan semua pekerjaannya malam ini juga.
Dona duduk di ruang tamu sambil membuka laptopnya, dia memeriksa berkas-berkas dan file yang diberikan oleh Frans.
Setelah berjam-jam berkutik di depan laptop
akhirnya Dona menutup laptopnya. Mata Dona sudah nggak kuat lagi menahan kantuk, kedua matanya mulai terasa berat. Bahkan dia sudah menguap berkali-kali karena dia benar-benar sudah tidak bisa lagi menahan kantuknya.
Berkali-kali juga Dona terus mengutuk Frans karena telah memberinya banyak sekali pekerjaan yang harus diselesaikan malam ini juga. Ingin sekali rasanya ia memaki-maki bos yang kini telah berhasil menyentuh hatinya.
Tutt..tuttt..tutt..
Dona yang sudah mulai mengantuk mengambil ponselnya dari atas meja.
" Siapa sih malam-malam gini menelfon." Gerutu Dona. Dona menjawab telfon dengan malas dan tidak melihat siapa yang menelfonnya.
" Hallo..." Sahut Dona dengan mata sedikit terpejam. Bahkan Dona menguap berkali-kali.
" Kenapa kamu belum tidur? " Tanya Frans.
Karena mata Dona sudah tidak bisa menahan kantuk akhirnya matanya kembali terpenjam.
" Kenapa kamu belum tidur? " Tanya Frans lagi.
Karena tidak ada jawaban dari Dona akhirnya Frans berniat untuk menutup telfonnya.
" Aku belum tidur karena aku harus lembur malam ini, semua ini gara-gara kamu, aku benci sama kamu." Ucap Dona.
" Hahh..maksud kamu apa Don?" Tanya Frans terkejut.
" Kenapa berkas-berkasnya sangat banyak? kenapa kamu tega sama aku. Aku harus lembur sampai jam segini, aku capek. Katanya kamu sayang sama aku tapi kamu begitu jahat sama aku." Ucap Dona
Frans hanya bisa diam mendengarkan perkataan Dona.
" Don aku minta maaf jika aku sudah merepotkanmu." Ucap Frans. Dona tidak lagi menyahut karena kini Dona benar-benar udah tertidur lelap.
" Hallo Don..hallo sayang.." Ucap Frans.
Karena tak ada jawaban dari Dona. Frans akhirnya menutup telefon.
Frans menghela nafas berat, " Maafin aku sayang karena aku telah merepotkan kamu."
»»»»»»
Pagi ini Dona bangun kesiangan karena semalaman dia harus berkutat di depan laptopnya. Dona bergegas turun dari ranjang dan berlari menuju kamar mandi. Setelah selesai mandi dan berpakaian Dona keluar dari kamar.
Dona memesan taksi online. Tak berselang lama taksi datang. Taksi melaju menuju kantor Frans. Dona turun dari taksi dan bergegas menuju lif. Di depan lif Dona bertemu dengan Tari.
" Tar apa pak Frans sudah berangkat?" Tanya Dona. Dona mulai mengantur nafasnya yang mulai ngos-ngosan karena terus berlari.
" Kayaknya belum. Ada apa Don? kenapa nafas kamu naik turun kayak gitu?" Tanya Tari.
" Nggak ada apa-apa." Sahut Dona lalu masuk ke dalam lif.
Setelah keluar dari lif Dona langsung berjalan menuju ruangan Frans. Tanpa mengetuk terlebih dahulu, Dona langsung membuka pintu. Ia berharap semoga benar ucapan Tari tadi kalau Frans belum datang, namun jalannya langsung terhenti ketika melihat Frans sudah duduk manis di depan meja kerjanya sambil memeriksa berkas-berkas.
" Maaf pak, saya terlambat." Ucap Dona pelan. Dona mengusap dadanya, nafas Dona masih tidak beraturan. Ditambah lagi sekarang ia sangat gugup kerena ternyata Frans sudah berada diruangannya.
" Masuklah Don.." ucap Frans sambil memeriksa berkas yang ada dimeja kerjanya.
Dona berjalan menuju meja kerja Frans dan menyerahkan berkas-berkas dan file yang dibawanya.
" Apa kamu sudah mengerjakan semuanya sayang?" Tanya Frans.
" Sudah pak." Sahut Dona.
" Maaf merepotkanmu ya sayang." ucap Frans. Dona melebarkan kedua matanya. Frans memanggilnya sayang. Dona pikir Frans akan memarahinya.
" Sayang..kenapa kamu diam aja." Sambung Frans lagi.
" Emmm..itu ...Pak Frans..tadi--"
" Aku bolehkan memanggilmu sayang, aku ingin lebih dekat sama kamu Don. Aku ingin lebih mengenal kamu. Kamu tau kan kalau aku sangat mencintai kamu." Ucap Frans sembari menatap Dona.
" Emmm..tapi--"
" Udah nggak usah pakai tapi-tapi, mulai sekarang aku akan memanggilmu sayang. Dan maaf aku sudah sangat merepotkanmu dengan membuatmu mengerjakan semua ini dirumah." Ucap Frans.
" Itu sudah jadi tugas saya pak." Ucap Dona.
" Terimakasih, sekarang kamu boleh keluar." Ucap Frans sambil kembali memeriksa berkas yang dikerjakan Dona.
Dona keluar dari ruangan Frans. Saat ini Jantung Dona berdebar-debar. Ia tidak menyangka Frans akan memanggilnya sayang.
Frans memeriksa berkas-berkas dengan teliti. Tak lama kemudian Frans tersenyum.
" Tidak salah aku memilih kamu sayang, kamu pintar dan kompenten." Ucap Frans senang. Tari melihat Dona masih mematung di depan pintu ruangan Frans.
" Don sini!" Teriak Tari. Dona berjalan meghampiri Tari.
" Ada apa Tar." Sahut Dona. Dona mencoba untuk menenangkan hatinya.
" Kamu lupa atau pura-pura lupa." Ucap Tari.
" Apa sih Tar!" Tanya Dona binggung.
" Kita ke kantin dulu saja." Ajak Tari sambil menarik tangan Dona. Mereka pun sampai di kantin.
" Kamu mau pesan apa?" Tanya Tari.
" Terserah kamu saja.." Ucap Dona.
" Ya sudah aku pesanin dulu." Ucap Tari sambil berjalan meninggalkan Dona.
Selang beberapa menit Tari datang membawa makanan dan minuman. Tari duduk disamping Dona sambil meletakan makanan dan minuman diatas meja.
" Tadi kamu mau bicara apa?" Tanya Dona sambil menyeruput es jeruk.
" Katanya kamu mau cerita ke aku kenapa kamu belum menerima Pak Frans." Ucap Tari sambil meminum jus yang ada di meja.
" Oooo itu.." Ucap Dona santai.
" Itu karena aku masih belum yakin sama Pak Frans dan aku juga sadar diri siapa aku dan siapa Pak Frans, kita bagaikan bumi dan langit, kita itu beda dari segi manapun." Sambung Dona lagi.
" Maksud kamu apa Don?" Tanya Tari penasaran.
" Aku tidak mau menjalin hubungan yang belum pasti Tar. Aku juga tidak mau berlama lama pacaran, aku mau menjalin hubungan yang serius dan kamu juga tau tentang keluargaku kan, aku berasal dari keluarga yang tidak mampu, aku tulang punggung keluarga aku. Sedangkan Pak Frans dia berasal dari keluarga kaya, mana mungkin dia mau serius sama aku, aku nggak mau berharap yang muluk-muluk. Aku takut terjatuh nanti, rasanya pasti akan sakit sekali." Ucap Dona.
" Tapi bagaimana kalau ternyata Pak Frans serius sama kamu dan melamarmu? Apa jawaban kamu?" Tanya Tari.
" Itu tidak mungkin Tar, kalaupun mungkin aku akan coba pikirkan ulang, karena aku tidak mau mengambil keputusan yang salah." Ucap Dona.
Tari hanya diam mendengar jawaban Dona, dia tidak menyangka Dona mempunyai pertimbangan yang sangat matang.
" Aku merasa aku juga tertarik sama Pak Frans. Tapi aku nggak mau terlalu berharap. Status kita aja beda, si kaya dan si miskin. Aku juga nggak mau bermimpi, karena akan terasa sakit jika nanti sudah ada dialam nyata. Mimpi itu tak selamanya indah, aku juga nggak mau sakit hati.." Guman Dona dalam hati.
🌟🌟🌟🌟
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 176 Episodes
Comments
Suminah
cinta frans terburu buru.tapi bsgus juga biar seruh
2022-02-28
0
Iwan Sudarwan
lanjut
2020-10-16
0
Sani Maulani
hargai Aja yg nulis semua juga butuh proses buat bikin cerita yg bagus...semangat thor
2020-04-14
11