Pagi itu seperti biasa Zia sudah menyiapkan sarapan untuk suaminya. Zia juga sudah rapi dan terlihat sangat segar setelah mandi dan menyapukan make up tipis di wajah putihnya. Wanita berumur 26 tahun itu masih terlihat sangat muda, seperti remaja berumur belasan tahun.
Mungkin karena Zia terlalu bahagia dan menikmati pernikahannya bersama Gavin yang dulu selalu membuat harinya penuh warna dan tawa.
Kesucian dan kelembutan hatinya, juga memancarkan aura yang membuat wajah Zia terlihat bercahaya. Wajah Zia selalu menyejukkan mata dan hati, bagi siapa saja yang memandangnya. Tak heran jika dulu banyak teman dan senior yang mendekatinya di kampus. Sikap ramah dan baiknya, mampu membuat laki - laki begitu tertarik. Tapi Zia mampu membatasi dirinya dengan mereka, itu yang membuat sebagian dari mereka sangat penasaran dengan sosok Zia.
Tapi wanita cantik itu lebih memilih Gavin, laki - laki yang dulu terlihat sangat sederhana di banding yang lainnya. Zia merasa lebih nyaman saat bersama Gavin, mungkin karena perbedaan ekonominya yang tidak terlalu mencolok. Zia merasa tidak percaya diri untuk menjalin hubungan dengan laki - laki berada. Meski ternyata Gavin tidak sesederhana yang Zia pikirkan. Kedua orang tua Gavin merupakan pengusaha yang memiliki banyak restoran di beberapa kota. Dan Zia baru mengetahuinya setelah dia menerima lamaran Gavin.
Selesai menata sarapan di meja makan, Zia pergi ke kamarnya untuk membangunkan Gavin. Pagi ini mereka akan pergi ke rumah orang tua Gavin setelah sarapan.
Zia menatap ranjang yang sudah kosong. Rupanya Gavin sudah bangun. Suara gemercik air di dalam kamar mandi membuat Zia mengulas senyum tipis.
Selimut yang berantakan menarik Zia untuk merapikannya lebih dulu. Setelah itu Zia masuk ke walk in closet untuk menyiapkan baju yang akan di dipakai suaminya.
"Kaos sama celana pendek saja sayang,,"
Zia langsung menoleh begitu mendengar suara Gavin. Rupanya laki - laki itu sudah selesai mandi dan saat ini tengah berdiri di belakangnya.
Zia mematung, menatap lekat wajah Gavin yang baru saja memanggilnya 'sayang'. Rasanya sudah lama sekali Zia tidak mendengar panggilan romantis itu dari mulut Gavin.
Apakah ini buah dari kesabarannya selama ini.? Gavin sudah kembali seutuhnya seperti dulu.
"Zii,,,".Tegur Gavin. Dia memegang lembut pipi istrinya yang sedikit merona karena memakai blush on.
"Jangan melihatku seperti itu,, nanti makin cinta,," Seloroh Gavin, kemudian terkekeh. Zia tersipu malu.
"Aku ambil dulu kaos sama celana pendeknya,," Zia menutup lemari, kemudian beranjak dari hadapan Gavin dan beralih ke lemari lain yang berisi baju santai milik suaminya.
Melihat Zia yang tersipu malu, Gavin hanya bisa menahan senyum. Dia diam di tempat sambil terus memperhatikan gerak - gerik Zia.
Rasa sesal kembali muncul dalam benaknya, dia begitu bodoh karna sudah melukai perasaan Zia. Wanita yang selalu berusaha sempurna menjadi istrinya.
"Ini mas,," Zia menyerahkan pakaian pada Gavin. Laki - laki itu menerimanya sembari terus menatap lekat wajah Zia.
"Kalau nanti mereka berbicara buruk lagi sama kamu, jangan di ambil hati ya,," Ucap Gavin lembut.
Zia tersenyum kecut sebelum menjawabnya.
"Nggak usah khawatir mas, aku sudah bisa mendapat hinaan pedas dari mereka. Hatiku sudah kebal dan tahan banting. Tidak masalah kalau nanti mereka kembali menghinaku,," Sahut Zia. Dia kembali tersenyum. Senyum yang seolah menyindir dan menyadarkan Gavin bahwa sikap mereka sudah keterlaluan padanya.
Gavin menghela nafas berat. Menatap Zia dengan sendu.
"Aku minta maaf untuk Zi. Juga untuk sikapku yang sudah keterlaluan padamu,,"
"Aku tidak pernah berfikir bahwa sikapku bisa saja membuatmu pergi. Kau tidak akan sanggup untuk kehilangan kamu Zi,,,"
Gavin meraih pinggang Zia dan membawanya kedalam dekapan. Laki - laki itu begitu erat memeluk Zia.
Setetes air mata kebahagiaan keluar dari pelupuk mata Zia. Dia membalas pelukan Gavin yang kini kembali terasa hangat.
"Aku tidak akan pergi mas. Selama tidak ada kekerasan dan orang ketiga."
"Aku senang karna kamu mau kembali berjuang untuk rumah tangga kita,," Tutur Zia tulus.
Baik Zia maupun Gavin, keduanya hanyut dalam perasaan yang mampu mencabik - cabik hati. Mereka sama - sama menyesalkan keretakan rumah tangga yang sempat terjadi. Terlebih Gavin, penyesalannya mungkin tidak akan pernah hilang di telan waktu. Dia merutuki kebodohannya sendiri yang sudah menyakiti perasaan Zia.
**
Zia terlihat gelisah, meski sudah sering mendapatkan cibiran pedas dari keluarga suaminya, tetap saja Zia merasa cemas dan tidak bisa tenang. Entah ucapan sindiran apa lagi yang akan mereka lontarkan padanya.
"Sayang,,"
Gavin menepuk pelan pundak Zia. Wanita itu masih saja melamun meski Gavin sudah memarkirkan mobilnya di halaman rumah orang tuanya.
Zia sedikit tersentak, dia tersenyum kikuk dan segera keluar dari mobil dengan membawa 3 paperbag berisi mainan. Sementara itu Gavin mengeluarkan koper milik mereka dari bagasi. Zia memilih untuk menunggu Gavin, dari pada masuk lebih dulu.
Di sana juga sudah ada mobil milik Revan dan Airin. Yang artinya semua orang sudah berkumpul di dalam. Memang terdengar suara riuh anak kecil di dalam sana. Zia mulai tidak percaya diri, merasa malu dan tidak beruntung seperti kakak dan adik iparnya.
Sembari menyeret koper, Gavin meraih tangan Zia dan menggandengnya. Genggaman tangan Gavin seolah menjadi kekuatan tersendiri bagi Zia. Terlebih, suaminya itu melemparkan senyum yang seolah mengatakan semuanya akan baik - baik saja.
Kedatangan Gavin dan Zia langsung di sambut oleh ketiga ponakan mereka.
"Om,,,, tantee,,," Seru mereka bersamaan. Ketiganya berlari kearah Gavin dan Zia.
Senyum lebar mengembang di bibir Gavin, begitu juga dengan Zia.
Gavin mengacak satu persatu rambut keponakannya dengan perasaan yang menghangat dan penuh damba. Dia begitu mendambakan anak anak seperti mereka.
"Hay,,, ponakan tante yang ganteng dan cantik,," Zia berlutut untuk mensejajarkan diri dengan mereka.
"Wah,, tante bawa mainan lagi yah,," Salah satu dari mereka mencoba untuk untuk merebut paperbag dari tangan Zia.
"Eiisstt,, jangan begitu dong. Tunggu sampai tante Zia kasih ke kalian,," Tegur Gavin. Keponakannya itu menurut.
"Cium tante dulu dong, nanti tante kasih satu - satu mainannya." Pinta Zia.
"Oke tante,,," Sahut mereka kompak.
Gavin menggeleng dengan senyum yang mereka. Dia berlalu dari sana, meninggalkan Zia dan ketiga ponakannya.
Setelah menyuruh asisten rumah tangga untuk membawa koper ke kamar, Gavin segera menghampiri kedua orang tuanya yang sedang duduk di ruang keluarga. Begitu juga dengan kakak dan adiknya, beserta pasangan mereka masing - masing.
Mereka hanya diam melihat Zia yang sedang tertawa ceria bersama ketiga anak itu.
Gavin ikut bergabung bersama mereka setelah bertegur sama dengan saudara dan orang tuanya. Dia duduk di samping sang mama.
"Gimana Vin, sudah ada tanda - tanda.?" Tanya mama Ambar tanpa basa - basi.
Gavin menggeleng lemah. Mama Ambar menghela nafas berat. Dia sangat kecewa karna sampai detik ini anak keduanya itu belum ada tanda - tanda akan memiliki anak dalam waktu dekat.
Sementara mama Ambar sudah semakin tua, keinginan terakhirnya adalah ingin melihat Gavin memiliki seorang anak.
"Jangan menunggu sampai mama sudah tidak ada Vin. Mama cuma ingin melihat anak kamu,," Ucapnya lirih.
"Mah,, Gavin mohon untuk saat ini jangan membasah masalah anak lagi. Terlebih di depan Zia." Pintar Gavin. Dia tidak mau membuat Zia kembali terluka.
"Aku dan Zia juga masih berusaha,,"
"Kenapa kamu tidak mencoba untuk menikah lagi Vin. Siapa tau kamu bisa memiliki anak dengan perempuan lain. Tidak ada salahnya memiliki dua is,,,
"Mah.!!" Tegur Gavin. Saat itu juga mama Ambar diam. Rupanya Zia sudah menghampiri mereka.
Gavin terlihat lega Karna Zia tidak mendengar ucapan mamanya.
Zia tersenyum ramah pada mereka. Dia lebih dulu mencium tangan mama dan papa mertuanya.
Sikap mereka memang masih ramah pada Zia, tapi tatapan mata mereka seakan menusuk hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Ranze_Shuun😊☺️
aku menantikan orang ketiga hadir dn rumah tangga mereka hancur .
KARENA NYATANYA JADI JAHAT ITU ASIK /ENAK. 😁😁🤭
2021-12-10
0
Pipit Sopiah
permasalhan anak
2021-12-08
0
Dama Yanti
mama mertua minta d tabok ya mulutnya...
2021-12-04
0