Hari ini seperti biasanya Sabda yang bangun kesiangan lalu dibangunkan langsung oleh Delia.
"Sabda! Bangun ini udah siang udah jam 10! kamu nggak mau kuliah? bukanya kamu harus menyiapkan sidang kamu yang terakhir hari ini!" Ucap Delia yang terus membangunkan Sabda.
"Ma, kenapa sih harus ribut ribut di kamar Sabda, Sabda udah tahu harus bangun jam berapa. lagipula sidang udah selesai. Sabda ke kampus cuma ngurusin beberapa surat aja." Gumam Sabda menarik selimutnya lagi.
"Sabda! Mama Nggak mau tahu kamu sekarang juga harus bangun dan turun kebawah. Papa kamu mau bicara serius sama kamu, Mama nggak mau nanti Mama yang di salahin lagi sama Papa kamu" Ujar Delia pada anak semata wayangnya itu.
"Haaah.. bicara penting apa sih! masalah menikah lagi?" Sabda langsung bangun dari tidurnya dan duduk di samping Delia.
"Sabda kamu cepet mandi dan langsung temui Papa mu yaa nak. menurutlah kali ini saja. Mama nggak mau di salahin lagi sama Papamu. kamu tahu sendiri kan watak Papamu sama kayak kamu persis." Tutur Delia membelai ujung kepala putranya tersebut.
"Ya!"
Sabda pun langsung mandi dan memakai pakaian. ia menuruni Anak tangga menuju meja ruang tengah untuk menemui Papanya yang sudah menunggunya.
"Sabda, duduk!"
Sabda pun langsung duduk di hadapan Papanya itu.
"Ada apa Pa?"
"Sabda dengarkan perkataan Papa kali ini. dan Papa cuma bicara satu kali sama kamu. jangan Bantah cukup kamu pikirkan saja." Tegas Pramana.
"Ya!" sahut Sabda singkat.
"Sabda, Papa mau kamu segera bawa calon Istri kamu ke rumah dalam minggu ini, umur kamu sudah 25 tahun Papa mau kamu yang memegang kendali perusahaan Papa setelah ini. dan untuk itu kamu juga harus memiliki istri yang bisa mendukungmu."
Sabda terdiam, ia memasang raut wajah malas.
"Papa nggak peduli gimana latar belakang gadis itu asalkan dia baik dan sopan tidak punya riwayat kelam di kehidupanya. kalau kamu tidak membawa perempuan yang akan kamu jadikan calon istri. terpaksa Papa jodohkan kamu dengan gadis pilihan Papa." tutur Pramana.
Sabda hanya mengepal kedua tanganya ia sudah tahu kalau Papanya akan membicarakan masalah pernikahan. tapi ia tidak meyangka kalau Papanya akan mengancamnya dengan perjodohan. Sabda tidak sudi dijodohkan seperti itu.
"Gimana Sabda? Apa kamu sudah pikirkan baik baik perkataan Papa tadi?" Tanya Pramana pada anaknya yang hanya diam menahan amarah sejak tadi.
"Sabda tidak sudi kalau harus di jodohkan Pa!"
"Kamu tidak perlu di jodohkan kalau kamu sudah punya gadis pilihanmu sendiri" Ucap Pramana menutup pembicaraanya.
"Papa sudah selesai berbicara. pikirkan baik baik apa yang Papa katakan tadi" Pramana pergi meninggalkan Sabda yang masih terdiam mematung di tempat duduknya.
"Sial!" maki Sabda.
Sore Harinya Sabda melajukan mobilnya menuju bar ibukota untuk menemui temannya yaitu Rama, yang sudah menunggunya di salah satu ruangan VIP bar tersebut. Sabda yang meminta Rama untuk bertemu. tentu saja Sabda ingin curhat mengenai masalah pernikahan yang diinginkan papanya tadi.
"Hai bro! Akhirnya datang juga lo! ampe jamuran gue nunggu lo" tegur Rama.
"Haaah.. sial sial!" gumam Sabda mengacak ngacak rambutnya dan langsung menjatuhkan dirinya keatas sofa panjang di hadapanya. ia menyandarkan tubuhnya ke sofa tersebut.
"Kenapa lo? kok kayaknya pusing gitu! kebanyakan vewek puyeng lo ya! Hahah"
"Lo nggak pesan minuman!" seru Sabda seakan malas berbicara.
"Udah barusan. lo udah gue pesenin soda sesuai yang lo suka. lo lagian nggak bisa minum sih!"
"Emangnya lo bisa minum apa!" gumam Sabda melempar kacang kearah Rama.
"Hahaha yaudah kita mabok soda ajalah" jawab Rama terkekeh.
Mereka berdua memang tidak biasa dan tidak bisa minum alkohol.
Tiba-tiba Seorang pelayan Bar yang tidak lain adalah Cinta, datang membawa dua botol soda dan beberapa cemilan.
"Tuan ini minumanya silahkan dinikmati" ucap Cinta yang langsung pergi meninggalkan Sabda dan Rama tapi kakinya malah tersangkut tali sepatunya. akhirnya Cinta tidak sengaja terjatuh diatas tubuh tegap Sabda.
Cinta menatap wajah Sabda dari dekat. terlihat mata yang sangat indah dengan bulumata yang lentik. hidung mancung dan bibir yang seksi membuat Cinta menelan ludahnya sendiri.
Cinta menatap wajah Sabda Dari dekat. terlihat mata yang sangat indah dengan bulumata yang lentik. hidung mancung dan bibir yang seksi membuat Cinta menelan ludahnya sendiri. "gila ada ya cowok bagai malaikat begini" Gumam Cinta dalam hati.
"Heh cewek! udah puas natap gue dari deket kan! cepet bangun berat nih" ucap Sabda ketus.
"Ma-maaf Tuan saya tidak sengaja terjatuh." jawab Cinta tergagap ia terkejut dan langsung beranjak dari posisinya.
"Wah gila bidadari kali ya? cantik banget Bro!" Gumam Rama.
"Permisi Tuan saya pamit dulu." Ujar Cinta yang langsung pergi meninggalkan Sabda dan Rama.
"Cih! pura-pura lugu!" Ucap Sabda memandang rendah Cinta.
"Bro, tuh cewek cakep banget sumpah! emang lo gak sadar apa bro?" Tanya Rama yang masih terpesona dengan Cinta.
"Cewek semua sama!" Gumam Sabda yang sedang meminum soda yang sudah dibawa Cinta tadi.
Sebenarnya dalam hati Sabda juga merasa kalau Cinta itu memang cantik. tapi Sabda mana mungkin mengakuinya di hadapan Rama. Sabda berpikir apa dia menjadikan Cinta sebagai calon istri pura-pura nya dia saja. tapi Sabda langsung sadar dari lamunanya. ia menggelengkan kepalanya secepat mungkin.
"Heh bro kenapa lo malah bengong aja!" Ujar Rama.
"Nggak! bosan juga gue. cabut aja lah" jawab Sabda yang langsung pergi meninggalkan Rama.
"Sab! gila kali lo main pergi aja! baru juga duduk!" Sahut Rama kesal.
"Lo disitu aja dulu. gue mau balik tiba-tiba nggak mood" Ucap Sabda singkat.
Rama kesal ia tidak mengikuti Sabda. ia memilih untuk duduk dan menghabiskan minumanya.
"Kebiasaan seenaknya sendiri!" Gerutu Rama kepada temannya itu.
Sabda yang langsung keluar dari ruangan VIP itu. tiba tiba melihat cewek yang tadi terjatuh diatasnya yaitu Cinta. Cinta sepertinya sedang menerima telpon dari seseorang. namun wajahnya tampak pucat pasi.
"Maaf pak tapi saya mohon tenggang waktu lagi pak. saya janji akan melunasi sisa bunganya kepada bapak. tapi tolong jangan sita rumah saya pak. itu harta peninggalan orang tua saya satu satunya" Ucap Cinta berbicara dengan seseorang di ujung telepon.
Cinta yang sempat meminjam uang ke rentenir dengan menggadaikan sertifikat rumahnya sebagai jaminan. ia sangat terdesak saat itu demi melunasi hutangnya untuk pengobatan neneknya saat sakit.
"Kenapa tuh cewek malah nangis di pojokan begitu?" Gumam Sabda melihat Cinta yang sedang menangis sambil menggenggam ponsel.
Sabda pun menghampiri Cinta yang sedang menangis.
"Heh cewek! lo ngapain nangis sendiri di pojokan!" Celetuk Sabda pada Cinta.
"Tuan yang tadi. nggak apa-apa kok" Cinta langsung pergi meninggalkan Sabda. akan tetapi Sabda menghentikan Cinta.
"Heh cewek! gue udah denger pembicaraan lo barusan di telepon!" gumam Sabda menyuruh Cinta untuk duduk.
"Duduk dulu" pinta Sabda.
"Terus apa hubungannya denganmu?" tanya Cinta yang enggan untuk duduk.
"Gue nggak maksud jahat. gue cuma mau kasih penawaran menarik buat lo yang jelas ini bisa nguntungin buat lo. lo bisa lunasin hutang lo ke rentenir itu. asal lo mau bantu gue" ucap Sabda.
"Apa?" Cinta yang merasa belum paham maksud Sabda barusan.
"Siapa Nama Lo?" tanya Sabda
"Cinta Nirmala" jawab Cinta.
"Cinta?" Sabda terkekeh mendengar nama Cinta.
"Kenapa?" tanya Cinta merasa heran.
"Oke Cewek! jadi gimana lo mau nggak bantu gue nanti gue bakal kasih imbalan buat lo. berapapun yang lo mau!"
"Kurang ajar! Jadi kamu cuma mau manfaatin aku. kamu pikir aku ini cewek murahan yang bisa kamu tidurin seenaknya!" Maki Cinta kepada Sabda. ia merasa Sabda ingin melecehkan dia dengan bermaksud menyewanya untuk tidur bersama. itu yang ada di pikiran Cinta.
"Cih!! lo nggak usah ngarep deh! gue bukan mau nidurin lo kali! gue belum bilang apa-apa. lo sendiri yang mikir kearah situ. gue itu nggak berminat melakukan hal itu" bisik Sabda di telinga Cinta membuat Cinta merinding.
"Terus? maksud kamu apa? butuh bantuan apa lagi?" tanya Cinta merasa kesal.
"Gue mau lo jadi istri pura-pura gue. eh bukan maksudnya gimana kalau kita nikah kontrak?" Ucap Sabda menatap wajah Cinta lekat lekat.
"Apa? Kamu udah gila apa? baru aja ketemu udah ngajakin nikah kontrak?" ucap Cinta, dengan suara setengah berteriak, untung saja suasana sangat sepi, jadi tidak ada yang dengar.
"Heh pelan dikit dong kalau ngomong! Gue kan enggak budek!" Maki Sabda pada Cinta.
"Kamu yang nggak waras tahu! buat apa ngajakin nikah kontrak segala?"
.
.
.
.
.
.
.
.
Jangan Lupa tekan Love Like dan berikan Komentarnya yaa..
BERSAMBUNG..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
anita
awalnya kontrak tp awas jtuh cnta bneran
2024-02-02
0
@shiha putri inayyah 3107
mulai seru ceritanya....
2022-02-23
1
Sartini Cilacap
Dasar Sabda baru pertama bertemu ngajakin nikah kontrak
2021-03-21
1