"Heh pelan dikit dong kalau ngomong! Gue kan enggak Budek!" Maki Sabda pada Cinta.
"Kamu yang Nggak Waras tahu! Buat apa ngajakin Nikah Kontrak segala?" Cinta masih tidak mengerti.
"Gue itu lagi butuh seseorang untuk dijadikan istri. karna Gue dipaksa sama Bokap buat Nikah. Sementara kalau gue Nggak bawa Calon istri. Gue bakalan di Jodohin. By the way Memangnya Lo Nggak kenal Siapa Gue?" Sabda mengeryitkan kening.
"Oh jadi kamu itu mau aku pura pura menikah sama kamu supaya kamu enggak di jodohin terus sebagai balasanya kamu kasih aku imbalan jadi gitu? "
"Nah itu Lo Pinter!"
"Kenapa kamu minta aku yang jadi istri pura pura kamu?" Cinta merasa Heran.
"Nggak Tahu karena kebetulan Pas aja tadi gue lihat Lo lagi kesusahan Gue pikir Lo bakal Mau bantu Gue. Gue juga bakal bantu Lo Masalah uang."
Cinta berpikir sejenak. ia memang sedang membutuhkan uang yang cukup banyak. kalau ia tidak segera melunasi hutang besok sore Maka ia harus pergi dari rumah peninggalan orang tuanya tersebut. Karena itu ia menangis tadi.
Tawaran Sabda membuatnya tertarik meskipun ia sempat Shock juga waktu tahu syaratnya harus menikah kontrak. ini kan cuma nikah diatas kertas saja. kalau gitu tidak perlu melakukan tugas istri juga dong. itu yang ada di dalam pikiran Cinta saat ini.
"Jadi Gimana?" Sabda yang masih menunggu jawaban Cinta.
"Oke aku mau pertimbangkan. tapi aku punya syarat."
"Syarat Apa?"
"Syaratnya Kamu Nggak boleh meminta aku untuk melayani mu sebagai seorang istri. kamu boleh minta tolong aku masakin atau yang lainya tapi maksudku untuk masalah itu.. " Cinta agak sulit mengutarakan maksudnya itu.
"Sudah sudah. Gue udah paham maksud lo. Lo tenang aja Gue nggak bakal minta Lo ngelayanin Gue masalah Ranjang. jangan ke pedean deh Lo." Sabda dengan ketus.
"Cih! Bahasanya itu loh. angkuh banget. Ganteng sih Ganteng. Kaya Lagi, Tapi kalau angkuh begitu sih ogah" Gumam Cinta Dalam Hati.
"Jadi?"
"Oke Deal"
"Bagus! " Sabda Mengambil cek dari dalam dompetnya dan tidak menulis nominal dalam cek tersebut lalu ia memberikan kepada Cinta.
"Nih! Lo tulis sendiri Nominalnya. Gue udah tanda tangan. Itu anggap Aja buat uang muka. Lo bisa langsung Lunasin hutang Lo ke rentenir. Tapi besok Malam Gue mau lo ikut gue ketemu Bokap Nyokap Gue"
Cinta menyentuh Cek yang diberikan Sabda.
"Aku Nggak bisa nerima ini"
"Lo gimana sih kan kita udah sepakat. jadi ambil aja!" Sabda memberikan Cek dan selembar kartu nama kepada Cinta.
"Sabda Pramaditya!" Cinta mengeja dengan betul nama tersebut. Sontak ia terkejut dan membelalakkan Matanya. .
"Saa Sab Sabda?" Gumam Cinta.
"Lo kenapa kaget gitu?"
"Ja Jadi jadi kamu Tuan Sab Sabda Pramaditya Putra tunggal Konglomerat itu?" Cinta terbata bata.
"Lo kaget nya telat. sekarang Lo udah tahu siapa gue kan. jadi lo pake deh cek itu. Besok bisa lo Cairin itu duit buat nyelesain Hutang lo. Jangan Lupa Lo hubungin Gue ke nomor itu sehabis ini supaya Gue tahu nomor Hp Lo. gue sekarang mau balik dulu." Sabda pun pergi meninggalkan Cinta yang masih mematung di tempat ia berdiri.
Setelah Kejadian hari itu Cinta terus menerus berpikir apa ini sudah benar. dia menerima tawaran Sabda untuk menjadi istri kontraknya.
"Aku harus bagaimana, kalau aku kembalikan Cek ini aku bingung harus membayar hutang dengan apa. sedangkan Hutangku cukup besar. gajiku selama setahun pun tidak ada 10% nya dari nilai hutangku. ini memang salahku meminjam pada Lintah darat." Cinta bergeming membaringkan tubuhnya diatas kasurnya.
Tiba Tiba ada Telpon masuk dari Devano.
"Devano, Ngapain dia nelpon Malem gini?"
"*Hallo Vano?"
"Cinta aku tadi mencarimu tapi kata orang Bar kamu sudah pulang duluan. apa kamu baik baik saja? ada yang bilang tadi kamu dapat masalah dengan seorang anak konglomerat?"
"Eh itu.. Enggak Kok Van. aku baik baik saja" Jawab Cinta yang tidak ingin menceritakan kejadian ia bertemu dengan Sabda tadi.
"Oh gitu, Syukur deh kalau kamu Nggak kenapa kenapa Nta," Vano merasa lega.
"Iya Van, aku sekarang mau istirahat dulu ya Van, Daah" Cinta menutup telpon Vano*.
Cinta yang masih bimbang dengan keputusanya akhirnya memilih untuk tidur.
Di Tempat Lain Sabda yang sedang duduk termenung di meja makan masih tidak percaya kalau tadi dia malah membuat kesepakatan dengan gadis yang bahkan belum ia kenal sebelunnya.
"Lo udah ketularan Gila atau gimana sih Sab! kenapa malah Gue bikin kesepakatan sama cewek yang baru Gue kenal itu.
Kalau nantinya dia malah Jadi Boomerang buat Gue gimana! Kawin Kontrak? Lo Beneran Stress Sab!" Sabda memaki dirinya sendiri.
Namun tiba tiba Delia Mama Sabda datang menghampiri Sabda.
"Sabda, kamu kenapa termenung begitu?" Tanya Delia.
"Nggak Ma,"
"Jadi minggu ini kamu sudah bisa bawa Calon istri ke rumah Nggak nih?" Delia penasaran.
"Masalah itu lagi." Gumam Sabda
"Kalau belum ya Nggak Apa apa Sab, Kan tinggal nerima aja calon yang akan Papa kamu siapkan buat kamu Sab!" Ujar Delia pada Anaknya itu.
"Nggak Ma, Sabda Nggak sudi di jodohkan. apalagi dengan Pilihan Papa sudah kebayang deh betapa hancurnya nanti" Sabda merinding.
"Maksud Kamu apa? Pilihan Papa mu itu sudah pasti Baik lah. Mama ini contohnya. Gini gini dulu Papamu memilih Mama untuk jadi istrinya loh. bukan hasil di jodohkan"
"Pantas Saja. benar kataku pilihan Papa memang.." Sabda tidak melanjutkan perkataanya.
"Heh Kamu lupa mau ngatain Mama kamu sendiri!" Delia melotot kearah Sabda.
"Nggak Ma, mana berani. nanti Sabda dikutuk jadi Batu" Sabda meringis.
"Yasudah, Mama mau tidur. kamu juga tidur!" Delia beranjak pergi meninggalkan Sabda.
"Ma, Sabda sudah punya Calon istri pilihan Sabda. besok Malam Sabda bakalan Ajak dia kerumah" Sabda sambil menggaruk kepalanya.
"Apa Sayang?" Delia terkejut mendengar ucapan Anaknya tadi.
"Mama Nggak dengar!" Ketus Sabda.
"Maksud Mama apa Mama nggak salah dengar?" Tanya Delia lagi.
"Sabda Capek mau Tidur!" Sabda pun pergi meninggalkan Delia yang masih terkejut.
Sabda Menjatuhkan tubuhya keatas Kasur.
"Haaah.. kenapa cewek bar itu nggak nelpon juga sih! Bisa mati Gue kalo dia nggak nelpon juga. Gimana cara nyari nya Coba!" Gumam Sabda mengingat ingat wajah gadis yang ia temui di Bar itu.
"Kalau di lihat sih tuh Cewek Nggak jelek jelek Amat"
"Bodo Amat lah. emang Gue pikirin!" Sabda meracau sendirian. kemudian ia pun tertidur.
****
Keesokan Harinya.
Sabda Duduk di meja makan. Hari itu wajah Delia dan Pramana berseri seri menatap Putra semata wayangnya itu. Sabda merasa raut wajah orang tuanya Tidak seperti biasanya.
"Mama dan Papa kenapa pasang wajah ceria sekali pagi ini?" Sabda merasa Heran.
"Mama dan Papa sudah tidak sabar ingin melihat Calon menantu dong" Delia melirik kearah Pramana yang tersenyum lebar.
Tiba tiba Sabda terbatuk karena tersedak makanan yang sedang ia kunyah. ia kaget ketika Mamanya menyebut Calon menantu.
"Sayang, kamu pelan pelan dong. ini minum dulu" Delia menyerahkan segelas air putih untuk Sabda. Sabda pun pelan pelan meneguk air itu sampai habis.
"Mama Maksudnya calon menantu apa? Sabda kan udah bilang Nggak sudi di jodohkan!" Ketus Sabda.
"Sabda, Bukanya Tadi Mama kamu cerita ke Papa kalau kamu malam ini mau ajak Calon istri pilihanmu ke rumah?" Tanya Pramana kepada Putranya.
"Oh.. Iya Malam ini kok" Sabda menghela nafas lega. ia berpikir maksud Delia adalah menantu pilihan Papanya. ternyata maksudnya Calon istri pilihan Sabda sendiri.
"Yasudah Papa dan Mama menunggu nanti malam" Ucap Pramana.
"Iya Pa, kalau gitu Sabda Pamit dulu ya Ma, Pa" Sabda bergegas pergi menuju kampus.
Di perjalan Sabda mengemudikan Mobilnya dengan hati hati. ia melirik kearah ponselnya tidak ada panggilan masuk. hanya ribuan Chat yang masuk dari perempuan yang menggilai dirinya.
"Sampah semua isinya. kenapa Nggak ada panggilan Masuk dari nomor baru sih! Jangan jangan tu cewek kabur lagi! " Sabda menunggu panggilan dari Cinta.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
@shiha putri inayyah 3107
cieee,,, sabda nungguin telpon nya cinta....
🤭🤭🤭🤣🤣🤣
2022-02-23
0
Sartini Cilacap
Apakah Cinta mau menghubungi Sabda
2021-03-21
0
Rina Ririn
critanya ringan bagus dan g bertele²
tp mnrtku si thor kurang sopan aja bahasa sabda ke ortunya
2021-03-04
0