NovelToon NovelToon

PENGANTIN PENGGANTI

BAB 1 : PERTEMUAN

Dianggap sebagai pembawa sial Khansa dikirim ke desa oleh sang Ayah, karena perkataan salah satu peramal yang mengatakan bahwa Khansa adalah pembawa Sial.

Khansa memiliki ibu tiri dan dua saudara tiri. Maharani, ibu tiri Khansa memiliki latar belakang sebagai ratu film terpopuler, sangat pandai bermain trik. Status awalnya hanyalah wanita simpanan ayah Khansa, lalu sekarang malah berhasil menjadi istri sah.

Di kota Palembang, di rumah utama isvara nampak perdebatan sengit sedang terjadi, ini adalah perdebatan tentang perjanjian nikah antara dua keluarga yang telah diputuskan oleh generasi yang lebih tua.  Pernikahan diatur dengan keluarga salah satu keluarga besar dari empat keluarga besar yang ada di Palembang.

Seharusnya ini adalah hal yang menggembirakan, karena salah satu anak perempuan dari keluarga Isvara akan menikah dengan salah satu Tuan Muda berkuasa besar di Palembang. 

Namun Maharani tidak rela jika  putri kandungnya harus menikah dengan pria yang sakit-sakitan. Tuan Muda yang di jodohkan adalah Leon  Sebastian yang diketahui tengah mengidap penyakit yang sangat parah, dan keluarga Sebastian menginginkan agar Leon Sebastian memiliki keturunan, karena itulah pernikahan ini diaturkan.

Karena sakit, selama ini tidak pernah ada yang tahu bagaimana rupa Leon Sebastian, yang selama ini terisolasi tinggal di Villa Anggrek.

"Tidak mau! Jihan tidak mau menikah dengan pria cacat itu," protesnya. 

"Bu, aku  ini cantik lho. Masa Ibu begitu tega menikahkan aku dengan Leon," ujar Jihan. 

"Lalu kita harus bagaimana, tetua keluarga sudah memutuskan salah satu anak perempuan dari keluarga Isvara harus menikahi Leon?" tanya Maharani lirih.

Mereka berdua nampak sama-sama berpikir, lalu tiba-tiba Jihan berdiri sembari sedikit berjingkrak dan menepuk tangannya.

"Khansa…" ujar Jihan. 

"Khansa," ujar Maharani. 

"Iya Bu, lekas jemput Khansa. Biarkan dia saja yang menjadi pengantin untuk Leon," usul Jihan. 

Maharani merasa puas jika anak pertamanya ini mewarisi kelicikannya yang cerdas, "kau pintar sekali," pujinya. 

Maharani pun pergi ke kamar utama, Tuan Fauzan Isvara nampak masih mengerjakan beberapa berkas bisnisnya. Maharani menghampiri lalu memijit-mijit bahu suaminya itu. 

"Ada apa?" tanya Tuan Isvara.

"Tentang pernikahan," jawab Maharani. 

"Keputusan para tetua tidak bisa dibantah," jawab Tuan Isvara. 

"Ih kau ini, belum selesai bicara sudah kau potong saja," gerutu Maharani. 

"Katakan dengan jelas!" perintah Tuan Isvara. 

Maharani pun berdiri di depan meja kerja Tuan Isvara, "Kita jemput Khansa ya!" pintanya.

"Khansa?" tanya Tuan Isvara. 

"Iya, bukankah Khansa sudah 20 tahun. Usia yang tepat untuk menikah," jelas Maharani. 

"Jihan, masih terlalu muda untuk menikah," jelas Maharani lagi sembari membujuk.

"Lagipula, apa kau tega melihat Jihan menikah dengan pria sakit-sakitan seperti Leon?" tanya Maharani dengan melirih. 

Tuan Ishvara berpikir sejenak, "lakukan saja seperti yang kau mau, tapi pastikan itu tidak akan membawa malu nama keluarga kita," tutur Tuan Isvara. 

Maharani pun bersorak horai gembira dalam hati, "terima kasih."

Sementara itu di Pagar Alam, di lereng bukit Dempo nampak Khansa sedang sibuk menebar jaring ikan di sungai, untuk menangkap ikan semah.

Sungai Lematang adalah sungai besar yang ada di Pagar Alam, yang melewati lereng bukit Dempo. Di sinilah Khansa Isvara dibesarkan, oleh keluarga dari ibu kandung Khansa yang telah pergi selamanya meninggalkan Khansa ketika Khansa berusia sembilan tahun.

Menjelang siang hari, Khansa kembali ke rumah dengan membawa hasil tangkapan ikannya, "hari ini kita akan makan gulai ikan," ujar senang Khansa. 

"Tante Anjani, lihat deh ikan semah ini berukuran gembul semua," ujar Khansa sambil tertawa senang. 

Namun wajah Anjani dan Nenek Rima terlihat sedih. "Ada apa ini? Kenapa semua nampak sedih?" tanya Khansa. 

"Sini duduk!" pinta Nenek Rima. 

Khansa pun meletakan ikan-ikan yang baru saja tadi ditangkanya dan duduk di sebelah Nenek Rima. "Ada apa ini Nek?" tanya Khansa lagi.

"Khansa, sebentar lagi kau harus kembali ke kota palembang. Ke rumah ayahmu," jawab Nenek Rima. 

"Tapi kenapa? Aku senang tinggal disini bersama Tante Anjani dan Nenek." 

"Dengarkan Nenek, usia kau sudah 20 tahun. Saatnya kau menikah," jelas Nenek Rima. 

"Ayahmu sudah ada calon untuk kau," jelas Nenek Rima. 

"Menikah? Tidak mau!" tukas Khansa.

"Khansa dengar apa kata Nenek," nasehat Tante Anjani. 

"Nenek sudah semakin tua, tenaga sudah tidak sekuat dulu lagi. Kalau nanti Nenek tutup usia, Nenek akan tenang karena sudah ada yang menjaga kau nanti," tutur Nenek Rima seraya membujuk Khansa sambil menangis. 

"Nenek … jangan menangis, jangan menangis!" pinta Khansa.

"Kalau begitu mau ya menikah!" pinta Nenek Rima. 

Khansa pun mengangguk mau, Nenek Rima hanya bisa mengusapi lembut puncak kepala Khansa, satu-satunya harta berharga yang telah ditinggalkan oleh putri kesayangannya itu.

Keesokan paginya Khansa pun pergi ke kabupaten tetangga, kabupaten Lahat. Satu-satunya kabupaten terdekat yang di lewati kereta api. Karena tinggal di lereng gunung dempo maka perjalanan  ke Lahat akan memakan waktu  dua jam, dengan menaiki angkutan umum,  dan akses jalan yang naik turun bukit. 

Sesampainya di Lahat, Khansa pun membeli tiket untuk ke stasiun Kertapati, Palembang Kota, membeli tiket kelas eksekutif. Khansa duduk didalam kereta api sambil membaca buku.

Khansa bangun dari kursinya dan ingin pergi ke toilet yang ada di dekat bagian pintu masuk kereta. Tiba-tiba pintu kereta terbuka.

Embusan dingin dan bau amis darah masuk dari pintu, sebuah sosok yang besar terjatuh kedalam dan tak sadarkan diri.

Kemudian disusul oleh sekelompok orang berpakain hitam yang bergegas masuk dan ingin langsung membunuh pria yang tak sadarkan diri itu. 

Tapi mereka melihat Khansa yang berdiri sambil memeluki buku di dadanya itu, mereka pun ingin membunuh Khansa untuk melenyapkan saksi mata.

Khansa melihat senjata ditangan mereka dan berpura-pura panik lalu memohon ampun. Sedangkan pria dengan sebuah bekas luka di wajah yang merupakan bos mereka justru tertarik oleh sepasang mata indah yang tidak tertutup oleh cadar. Nafsu bos itu pun bangkit, dan malah mengancam Khansa. 

"Jika kau masih mau hidup maka layani kami!" ujar si bos tersebut.

Khansa berdiri didepan pintu toilet kereta api, si bos tersebut menerjang kearah khansa, meletakan satu tanganya di pintu toilet, dan mulai ingin melepaskan baju Khansa.

Detik berikutnya tangannya di genggam oleh tangan kecil Khansa yang putih mulus, pria itu melihat sepasang mata yang dingin menusuk, Khansa tersenyum,  membuka pintu Toilet lalu menjempit tangan si bos dengan pintu toilet.

Detik berikutnya Khansa menusuk pelipis bos tersebut dengan jarum perak yang kecil panjang, lalu bos tersebut mati di tempat.

Para anak buah bos tersebut, merasa panik dan hendak menerjang Khansa, tapi tepat disaat itu, pria yang tadi terjatuh ke lantai segera berdiri dan merebut senjata ditangan pria berbaju hitam, tenggorokan para pria berbaju hitam dipotong dan terjatuh satu persatu.

Khansa sudah tahu sejak awal, meskipun pria ini berlumuran darah, tapi dia pura-pura pingsan. Darah ditubuhnya adalah milik orang lain. Pura-pura pingsan karena hanya ingin membuat orang-orang ini lengah.

Khansa memperhatikan sosok pria berbadan tinggi tegap yang ada di hadapannya ini. Wajah tampannya terlihat tegas dan memiliki sudut-sudut tajam. Terlihat dewasa, ningrat dan acuh tak acuh dan  terlihat sulit untuk di dekati.

Sementara Leon memperhatikan Khansa yang  memililiki tatapan mata yang cerah dan  tajam, kulit putih dan alis seperti pohon Willow.

"Tuan Muda, maaf kami terlambat."

Leon mulai mendekati Khansa, selangkah demi selangkah lalu mencubit dagu Khansa, "Hmm … Sebaikanya aku apakan ya?"

Khansa mengerti dia telah melihat hal yang seharusnya tidak dia lihat. "Bagaimana ini, cara melarikan diri," pikir Khansa.

Khansa mundur selangkah, 'plak' dia memukul pipi Leon yang mencubit dagunya. "Jangan kurang ajar!" hardik Khansa.

"Aku adalah calon pengantin dari Tuan Muda Leon Sebastian," ungkap Khansa.

Baru saja ditampar oleh wanita, Leon mentertawai dirinya sendiri sambil mengusap pipinya sambil berkepresi aneh, "Ini adalah pengantinnya," gumam Leon dalam hati.

Khansa yang tidak mengetahui apa-apa melanjutkan ancamannya, Pernikahan Villa Anggrek diketahui oleh seluruh penjuru kota, menggemparkan seluruh kalangan atas.

Khansa berpikir Jika pria ini berani menyentuhnya maka dia akan berada dalam masalah besar, orang di Villa Anggrek tidak akan mengampuninya, terlebih lagi empat keluarga besar di Palembang. 

Leon pun semakin tertawa mendengar ancaman Khansa, hari ini Leon ingin dibunuh oleh atas perintah dari mitra bisnisnya, sungguh suatu kebetulan yang indah bisa bertemu dengan pengantinnya. 

Leon melepaskan Khansa, dan meninggalkan sebuah kalimat. "Kita akan bertemu lagi secepatnya." Kemudian Leon pergi dengan membawa orangnya.

💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞

MOHON DI PERHATIKAN :

SILAHKAN BACA DULU BAB CADAR KHANSA YAH, AGAR TIDAK SALAH BEDAKAN MANA CADAR MANA NIQAB.

DEMI KELANCARAN MENGHALU KALIAN AUTHOR SANGAT SARANKAN LOMPAT DULU KE BAB CADAR KHANSA.

FOTO INI ADALAH, ILUSTRASI CADAR YANG KHANSA PAKAI YA

BAB 2 : PENGANTIN BARU

Dalam pernikahan ini, Maharani ingin tampil sebagai ibu yang baik, meski hanya sebagai ibu tiri. Mengingat statusnya yang pernah menyandang ratu film terpopuler.

Jelas dia harus membuat pesta pernikahan ini sangat bagus, agar dirinya tetap dipandang dan dipuji oleh semua orang.

Di hari pernikahan, tempat resepsi pernikahan Palace Garden. Di dalam ruang istirahat pengantin wanita, Jihan masuk lalu duduk di sofa dengan malas tapi arogan. 

"Jangan bangga hati, menikah dengan keluarga sebastian bukan berati kau naik pangkat!" sindir Jihan.

"Kau tak lain hanyalah hewan peliharaan kami yang sudah diberi makan selama bertahun-tahun. Jadi ingat kau harus sadar diri."

"Kau sebut aku apa!?" hardik sekaligus tanya Khansa.

Jihan menangkap aura yang sedikit aneh, raut wajahnya pun berubah menjadi canggung. Jihan menatap sepasang mata Khansa yang indah, sejak kedatangannya Khansa selalu memakai cadar. Tapi hanya dengan melihat matanya saja sudah bisa diketahui jika dia sangat cantik. Ini benaran membuat Jihan merasa iri, jelas-jelas dia hanya anak kampungan tapi malah sok serius.

"Sa! Waktunya sudah tiba, ayo keluar!" Fauzan Isvara dan Maharani membawa rombongam tamu penting ke dalam.

Saat duduk didalam mobil, Khansa malah bertanya dengan nada rendah, waktunya sudah tiba. "Kenapa … mempelai pria tidak datang menjemputku?" 

Fauzan  merasa sangat bersalah, hal ini membuat banyak sekali orang yang menarahi Maharani. Semuanya tahu jika kondisi mempelai pria tidak baik, tapi malah memperhelatkan resepsi mewah.

Tindakan Maharani antara lain karena gengsi dan juga karena tidak mau kedua putrinya menikahi pria penyakitan, jadi dia meminta Khansa sebagai penggantinya.

Raut wajah Maharani seakan menggelap, hatinya merasa tidak baik. Dia memperhatikan Khansa, tiba-tiba dia merasa telah meremehkan Khansa, sehingga membuatnya malu.

Waktu masih panjang, dia pasti akan memikirkan cara untuk membereskan Khansa di lain waktu.

Khansa tiba di Villa Anggrek, lalu langsung memasuki kamar barunya. Dari semenjak masuk ke rumah barunya, hampir-hampir tidak ada cahaya  di dalam rumah baru, begitu pun di kamar barunya ini, suasana yang gelap gulita dan juga sepi.

Khansa berjalan perlahan kearah ranjang, samar-samar dia melihat seorang pria tengah terbaring di sana. "Itu seharusnya suami aku bukan?" 

Perlahan Khansa duduk di sisi ranjang besar mereka, mencoba menarik tangan suaminya itu. Khansa hanya ingin memeriksa keadaan Leon namun siapa sangka Leon malah berbalik badan, menarik Khansa dan menindih tubuh Khansa di ranjang mereka yang besar itu.

Seketika saja Khansa merasa ada yang aneh, ada yang tidak beres. Katanya pria ini adalah seorang yang penyakitan. Sedangkan pria yang sedang menindihnya ini adalah benaran pria yang kuat dan sehat. 

Merasa curiga dengan pria yang sedang menindihnya ini, langsung saja Khansa menendang ************ pria itu. Dengan lihai pria itu menghindari lalu menekukan lututnya dan menindih Khansa kembali.

"Siapa kamu! Lepaskan aku!"

Khansa memberontak hebat, tubuh mereka bergesekan di kain tipis. 

Leon menggodanya. "Pengantin baruku ramah banget? Mau naik ranjang ya"

"Dasar mesum!" hardik Khansa kepada Leon.

Dia pun segera memahami kenyataan bahwa pria ini adalah suami yang baru saja dinikahinya ini tapi tidak sesuai dengan rumor yang dia dengar. Suaminya ini ternyata tidaklah lemah. 

Melihat Khansa yang tertegun memandanginya, Leon mulai membuka baju Khansa. Tak terima Khansa pun memberontak.

"Berkerjasamalah! Ada yang menguping," jelas Leon. 

"Di luar ada Nenek," jelas Leon seraya menunjuk kearah pintu.

"Tidak! Tidak mau!" gumam Khansa seraya menggelengkan kepalanya.

Leon tidak memperdulikan penolakan Khansa, tapi malah melakukan pemanasan

benaran pada tubuh Khansa. Kansa tidak bisa membuat Leon berhenti. 

"Jika kau bekerjsama maka ini hanya akan memakan waktu selama satu jam, jika menolak maka ini bisa menjadi dua jam," bisik parau Leon di telinga Khansa. 

"Dua jam, apa dia ini pendekar. Sakit! Apanya yang sakit," gumam Khansa merutuki pria yang sedang menciumi daun telinganya, lalu turun ke tulang selangka dan sedikti lebih lama ketika turun ke bagian dada. 

Suara rutukan Khansa pun berganti menjadi suara lenguhan gemetar menahan sesuatu agar tidak meledak. Hati dan kepalanya seakaan mau meledak di tiap kali Leon mengecupinya. 

Ini adalah pertama kalinya Khansa dekat dengan pria, dan baru pertama kali tapi Leon malah memberikannya dinamit di mulutnya yang siap meledak kapan saja jika dia sudah tidak bisa menahannya lagi.

Nenek Leon yang berada di luar mendengarnya, tentu sangat merasa senang karena ternyata cucunya tidak impoten. Nenek Leon segera pergi ke aula leluhur dan berdoa.

Khansa seketika mendorong Leon, dan Leon juga bangkit dari atas tubuh Khansa. Saat lampu dinyalakan Khansa terkejut melihat wajah pria yang baru saja menciuminya tadi dengan serakah. Rupanya dia adalah pria yang ada di dalam kereta tersebut.

Leon berkata sambil tersenyum, "sudah kubilang bukan! Kalau kita akan bertemu kembali."

Tatapan mata leon menikmati wajah Khansa yang sedikit terlihat limbung itu. Sebelumnya kepala pelayan telah memberitahunya kalau keluarga Isvara menggunakan seorang gadis desa sebagai pengantin pengganti. 

Awalnya dia tidak terlalu memikirkannya, asalkan neneknya senang, namun siapa sangka jika gadis desa itu adalah ternyata wanita yang di dalam kereta. Leon pernah menyaksikan bagaimana gadis ini membuat pria bercodet terjatuh di dalam pelukannya.

Keesokan paginya Kepala pelayan, Paman Indra mengetuk pintu kamar utama, "Masuk," ujar Leon.

"Tuan Muda, Nyonya Muda … harus diapakan?" tanya Paman Indra.

"Biarkan saja," jawab Leon seraya memandangi pintu kamar mandi mereka. 

"Siapakan sarapan! Makanan kesukaan Nyonya," ujar Leon.

Setelah Keduanya rapih berpakaian, mereka pun pergi ke ruang makan untuk sarapan bersama dengan Nenek. 

Nenek masih merasa puas hati karena mengetahui bahwa cucunya ini tidak impoten, jadi sedikit-sedikit menasehati Leon agar memperlakukan Khansa dengan baik. 

Nenek Leon mengeluarkan sebuah kotak, "Ambilah! Ini adalah cincin ketika Nenek bertunangan dulu." 

"Berpikir ini adalah cincin yang membawa Nenek Leon masuk ke dalam keluarga sebastian, maka Khansa pun menolak." 

"Nenek bagaimana mungkin aku menerima cincin sebagus ini dan seberharga ini," tukas Khansa.

"Hish kau adalah menantu sah keluarga Sebastian, jadi ambil dan pakai," tukas Nenek Leon. 

Khansa mau tak mau pun mengambil cincin itu dan memakainya. Konon katanya di dunia, model cincin tersebut hanya di miliki oleh tiga orang saja. 

Mengetahui hal ini jelas saja membuat Khansa merasa gemetaran. Berat cincinya yang bahkan tidak ada satu kilogram, tapi itu terasa beratnya ampun-ampun. 

Selesai makan pagi, Nenek meminta Leon untuk mengajak Khansa berkeliling, Nenek meninggalkan mereka berdua. Tapi Leon malah menakuti Khansa, mengatakan bahwa di halaman belakang dia memelihara dua ekor serigala.

"Dengar gadis kecil, pernikahan kita karena sebuah kesepakatan keluaarga. Namun tetap saja kau harus patuh kepada aku."

"Jika tidak!?" jawab sekaligus tanya Khansa.

"Itu … bisa saja sewaktu-waktu aku akan melemparkanmu kepada dua serigala tersebut sebagai makanan," Jawab Leon sambil menyeringai.

✅✅✅✅✅✅✅✅✅✅✅✅✅✅✅✅✅✅

Season 2 pengantin pengganti :

silahkan baca Blue Moon ya

BAB 3 : DUA SERIGALA

Khansa mengabaikan gertakan Leon, dirinya ini semenjak kecil tinggal di pedesaan, bermain dari satu bukit ke bukit lain, dari perkebunan karet ke perkebunan kopi.

Kadang juga bermain kejar-kejaran dengan anak harimau di hutan. Jadi tentang hal-hal hewan buas maka sudah sedikit terbiasa. 

Semenjak kecil juga Khansa sering bermain ke sungai Lematang, sungai paling besar di desanya, yang konon katanya menurut legenda sungai tersebut dijaga oleh tujuh manusia harimau, jadi mana ada dirinya takut menciut, ketika mendengar hanya serigala saja, maka hatinya pun tidak langsung menciut.

Di kepala Khansa malah memikirkan hal lainnya, Khansa memikirkan pembagian- pembagian empat keluarga besar di Kota Palembang ini.

Khansa memikirkan pembagian keluarga di seluruh kota Palembang. Empat keluarga besar konglomerat di kota Palembang terdiri dari Sebastian, Mahendra, Kawindra, Ugraha, dan keluarga Sebastian adalah salah satu di antaranya.

Sedikit bergidik ketika memikirkan kekuatan besar dari empat keluarga besar ini, dan bahkan hatinya jadi berdegup kencang ketika memikirkan dia saat ini telah menjadi istri Leon, yang artinya dirinya telah memasuki lingkaran kekuasaan besar tersebut.

Meski tak ada cinta, namun bukan berarti suaminya itu akan membiarkan istrinya ini ditindas sembarangan oleh orang lain.

Tuan Muda keluarga Sebastian memiliki kekuasaan besar, dia adalah penguasa dunia bisnis termuda dan tertampan dalam legenda, tapi belum ada yang pernah melihat wajah aslinya, dia sangat misterius.

Sedangkan Khansa pernah menyelidiki Villa Anggrek ini, yang tinggal di sini hanya seorang cucu dan neneknya, dan cucunya ini ternyata adalah suaminya yang sekarang penyakitan, jadi jelas bukan orang terhormat dari keluarga Sebastian.

Ini juga alasan kenapa Maharani tidak membolehkan putrinya menikah dengan Leon Sebastian, dan malah ingin Khansa yang jadi pengantin pengganti untuk memenuhi pengaturan para tetua keluarga Isvara.

Oleh karena itu, di dalam pemahamannya. Pria ini, pria yang saat ini menjadi suaminya bukanlah orang yang punya kekuasaan tinggi dan pemegang kekuasaan besar, tapi Khansa malah melihat aura di sekujur tubuh pria ini sangat menyihir kesadaran bagi orang yang melihatnya, melihat keagungan dari gestur tubuhnya, rasa wibawa yang keluar dari tulangnya, seperti seorang raja yang memerintah. 

Selain itu, Leon mengatakan di halaman belakang ada dua serigala, serigala bukanlah binatang yang bisa dijinakan oleh orang biasa dan sembarang orang.

Setelah berpikir sejenak dan hendak berbicara menyampaikan pendapatnya, Khansa malah melihat Leon menopang kedua tangannya di atas meja dan mengeluarkan ekspresi kesakitan sambil menahan sakit.

Penyakit Leon kambuh. Selama ini Leon memiliki gangguan tidur, mudah emosi, murung,tidak bisa tidur di malam hari. 

Ekspresi wajah paman Indra pun berubah dan seketika saja wajahnya memucat seperti tidak ada darah yang mengaliri wajah Paman Indra, dia hendak pergi memanggil dokter. Namun,  Leon meminta agar paman Indra membawa Khansa  untuk pergi lebih dulu.

Paman Indra memohon Khansa untuk segera pergi. Namun ditolak oleh Khansa. “Tidak! Aku tidak akan pergi,” tukas Khansa membantah perintah Leon dan Paman Indra.

Khansa kembali ke keluarga Isvara memang karena punya tujuannya sendiri, dia perlu identitas ini, sebagai pengantin Villa Anggrek, karena itu dia tidak boleh pergi.

Khansa melangkah maju untuk memeriksa kondisi Leon, dan dengan penuh percaya diri malah mengajukan diri untuk mengobati Leon.

“Aku  sedikit memahami tentang pengobatan, baik tradisional maupun barat, aku bisa menyembuhkan penyakitmu.”

Leon marah besar dan memintanya untuk segera pergi. Namun Khansa tetap menolaknya. Khansa mengatakan satu per satu gejala Leon, dari sudut pandang pengobatan tradisional, dia mencium aroma obat tradisional yang mahal untuk mengatasi insomnia di tubuh Leon, dia menebak Leon punya gangguan tidur yang sangat parah dan serius.

Paman Indra terkejut  karena Khansa bisa menebaknya dengan benar. Kemudian Khansa menanyakan tingkat keparahan gangguan tidur Leon agar lebih yakin dan tidak salah ketika mendiagnosa, lalu Khansa mulai menganalisis lesinya.

Lesi adalah adalah jaringan kulit yang tumbuh abnormal, baik di permukaan atau di bawah permukaan kulit. Lesi adalah istilah kedokteran untuk merujuk pada keadaan jaringan yang abnormal pada tubuh.

Hal ini dapat terjadi karena proses beberapa penyakit seperti trauma fisik, kimiawi, infeksi masalah metabilosme dan otoimun. Lesi dapat ditangani dengan pembedahan, seperti pada daerah tertentu pada otak.

Jika gangguan tidur mencapai tingkat terburuk, maka akan mengubah seseorang menjadi monster yang kejam, seperti ada diri lain yang tinggal di dalam tubuh dan mengambil alih, muram, menakutkan, berdarah dingin, hampir mendekati mengerikan. Leon saat ini malah mencekik tenggorokan Khansa.

Hal ini membuat paman Indra sangat panik dan memohon kepada Leon untuk melepaskan Khansa. "Tuan! Tuan Leon!" panggil Paman Indra dengan suara paniknya.

Paman Indra meminta lagi kepada Khansa agar segera pergi. “Nyonya sebaiknya kau pergi saja dulu untuk saat ini!” ujar Paman Indra seraya mencoba menarik tangan Leon dari leher Khansa.

Khansa mulai mengalami kesulitan bernafas, wajahnya pun mulai memerah, di saat-saat terakhir dia menusukkan sebuah jarum perak ke kepala Leon.

Cekikan Leon pun terlepas, dan dia jatuh terduduk di atas sofa. Khansa tidak punya cara lain, dia hanya bisa berusaha sebisanya.

Dia mulai memijat Leon dengan teknik kuno. Leon perlahan tenang. Di saat seperti ini malah Khansa membuat kesepakatan dengan Leon sambil memijatnya.

Leon tidak mempertanyakan urusan pribadinya, Khansa membantu mengobati penyakit Leon, serta membantunya berakting di depan nenek. Leon tidak berbicara lagi, sebuah jarum perak kembali ditusukkan perlahan ke titik akupuntur Leon, Khansa menangkap wajah samping Leon yang tampan dengan pelan, Leon pun perlahan tertidur.

Kepala pelayan terkejut, Leon adalah Tuan Muda keluarga Sebastian yang tidak mudah dekat dengan orang apalagi dekat dengan wanita, Tuan Mudanya ini telah mengambil alih keluarga Sebastian di usia belasan tahun, sejak dia dewasa, tidak ada seorang pun yang berani bernegosiasi dengan Leon seperti ini, apalagi seorang gadis. Selain itu, Tuan Muda sudah lama tidak tidur senyenyak ini, bahkan master kelas dunia juga tidak bisa membuat Tuan Muda tidur nyenyak, tapi Tuan Muda malah tertidur di telapak tangan gadis imut ini.

Kepala pelayan memanggil Khansa dengan sebutan nyonya muda, tapi Khansa dengan lembut memintanya untuk keluar dulu.

"Paman sudah boleh pergi, aku yang akan menjaganya," tutur Khansa.

Paman Indra  tiba-tiba merasa tenang, dia mendengarkan perintah Khansa dan keluar. Khansa terus menopang kepala Leon, sampai saat dia sudah tertidur pulas barulah meletakkannya ke sofa, lalu menyelimutinya, setelah semuanya beres, dia kembali ke atas kasur dan tidur.

Di saat ini, Leon yang berada di atas sofa membuka matanya perlahan-lahan, lalu berjalan masuk ke kamarnya dan berjalan  ke tepi ranjang, mengulurkan jemarinya yang jenjang untuk membuka cadar di wajah Khansa.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!