Derap langkah seorang gadis kecil berusia sekitar 16 tahun di ujung sana terlihat sedikit tergesa menghampiri Zha yang tengah bersandar di pintu mobilnya.
Zha langsung menarik tangan gadis kecil itu dan membawanya masuk ke dalam mobilnya.
"Kenapa menemui ku? Sudah ku bilang aku yang akan menemui mu. Aku yang akan menemui mu!" seru Zha lada Gadis kecil itu.
"Ibu sakit kak Zha, ia memintaku menemui mu!"
"Sakit.? Kau pasti nakal, sampai Ibumu sakit karena memikirkanmu."
"Tidak kak Zha, Lea tidak nakal." bantah gadis itu menatap wajah Zha.
"Kenapa semakin hari penampilan kakak seperti seorang mafia? Kak Zha tidak cantik lagi.!" celetuk polos Lea sang gadis kecil, membuat Elang yang duduk di kursi depan terkekeh.
"Diam lah, kau tidak akan mengerti keadaanku." jawab Zha, kemudian berbicara pada Elang.
"Elang, antar kami pulang ke rumah kecebong ini." Zha menepuk bahu Elang yang segera menghidupkan mobilnya.
Tak lama mereka berhenti di sebuah rumah sederhana yang nampak sepi itu , setelah mereka turun, tanpa di suruh Elang segera menghilang dari sana bersama mobilnya.
Lea lalu membuka pintu dan menarik tangan Zha untuk segera masuk menemui Ibunya di kamar.
"Lea, kau sudah menemukan kak Zha.?" suara serak seorang ibu yang terbaring di ranjang itu dan segera bangun duduk di tepi ranjang memandang kedua anak gadis yang berdiri di hadapannya.
"Bibi, kenapa pake acara sakit .? Kau pasti kelelahan." Zha menghampiri.
"Dasar nakal, aku begini karena memikirkanmu. Kenapa sudah lama tidak menengok kami, apa kau sudah melupakan kami karena kesibukanmu.?"
"Bi.."
"Kau pikir uang mu cukup untuk mengobati kekhawatiran ku hah.!" Plak.... sebuah tamparan mendarat di kepala Zha.
"Maafkan aku bi, aku sungguh sibuk." Zha mengusap kepalanya yang sebenarnya sama sekali tidak terasa sakit itu.
"Baik lah, aku maafkan mu. Tapi jika kau tidak kemari lagi dalam satu Minggu, kau tidak perlu kemari. Pergilah. Kau memang sudah sukses dan tidak memerlukan kami lagi." keluh sang bibi yang bernama Riana itu.
"Bibi, jangan bicara seperti itu. Aku berjanji akan sering menengok kalian." ucap Zha meraih tangan Riana dan mengecupnya berulang ulang.
"Anak pintar. Kalau begitu aku akan memasak untuk makan siang kita. Tunggu lah di depan bersama Lea."
"Kau sedang sakit Bi, kenapa harus memasak.? Kita beli saja." ucap Zha.
"Ah, benar itu Bu, Lea ingin makan sate dan masakan Padang.!!" Lea begitu bersemangat.
"Beli saja ya Bi.." Zha merayu.
"Tidak , sayang uang nya. Pemborosan.!" Riana tak menggubris kedua gadis itu dan masih saja melangkah ke dapur, di ikuti kedua gadis itu.
Riana kini sibuk di dapur membuat makanan, sementara Zha dan Lea hanya saling menatap di belakangnya.
"Bi, bisakah kau berhenti bekerja. Aku akan membiayai semua kebutuhan hidupmu dan Lea. Aku hanya ingin kau fokus menemani Lea hingga dia berhasil sukses dan mengurus hidupmu, agar kau bisa menemani hidupku sampai aku tua." ucap Zha di belakang bibinya.
"Hahaha... Anak sombong! Mentang mentang sudah pintar mencari uang seenaknya meminta ku berhenti bekerja. Baiklah, aku akan berhenti jika kau sudah menikah. Aku akan tinggal di rumah suamimu dan memintanya memberi ku makan." jawab Riana masih tak bergeming di depan kompor miliknya.
"Hah.. Menikah.?"
"Kenapa...? Ah, iya aku lupa. Mana ada pemuda yang tertarik dengan mu, melihat penampilan amburadul mu seperti gelandangan. Tidak mungkin ada yang menyukaimu.." celoteh Riana. Zha tak lagi menggubris ia segera menarik tangan Lea mengajaknya keluar dari dapur.
"Zha... Berubahlah..! Kau sungguh tega pada mendingan Ibumu. Dia menginginkanmu berubah menjadi gadis cantik Zha.!" teriak Riana melihat Zha tak mempedulikan ocehannya itu
"Huh, aku sungguh putus asa menghadapi Putrimu Aisyah. Maafkan aku ." gumamnya melanjutkan masakannya.
Keluarga kecil ini adalah keluarga angkat Zha, satu satunya orang lain yang peduli dengan nya dan mendiang ibunya. Riana lebih tepatnya adalah sahabat Aisyah yang pernah menopang hidup mereka pada saat itu, memberi bantuan tenaga uang dan pikiran yang tulus pada Aisyah ketika terpuruk. Sama sama melahirkan anak perempuan dengan jarak yang terpaut cukup jauh, sekitar usia tujuh tahun Zha barulah Lea lahir. Sedang kan Ayah Lea sendiri pergi meninggalkan Riana tanpa alasan semenjak Lea masih dalam kandungan.
Bahu membahu dan saling mendukung, itulah dulu yang di lakukan kedua sahabat itu, sampai akhirnya Aisyah harus menutup mata untuk selamanya, dan hanya bisa menitipkan Zha pada Riana sahabatnya.
Semenjak itu Zha sudah menganggap keluarga ini adalah keluarganya. Ya, satu satu nya keluarga yang peduli dengannya dan Ibunya ketika mereka sedang terpuruk sekalipun.
Beralih di tempat lain,
Di ruangan luas yang di penuhi komputer, Halilintar tengah duduk dengan seorang detektif bernama Victor.
"Kasus ini sudah sering terjadi, korban nya selalu orang orang kelas atas." Ucap Victor.
"Sepertinya di lakukan oleh pembunuh profesional yang sudah sangat ahli." sahut Halilintar.
"Masalahnya, cara membunuh dan alat untuk membunuhnya itu yang belum juga bisa terungkap. Kami hanya bisa mengenalinya sebagai racun terganas tanpa tau apa jenisnya dan bagaimana cara ia membuatnya." sambung Victor.
"Mr. Victor.!" seorang laki laki menghampiri mereka.
"Deri, Apa kau menemukan sesuatu.?" Victor segera bertanya, dan seseorang itu segera duduk di hadapannya.
"Saya menemukan sedikit info. Gadis Pecinta Asap, dia pembunuh bayaran yang sering di sewa para ketua mafia bahkan sering di panggil para pengusaha pengusaha kelas atas untuk meluluskan keinginan mereka. Hanya nama itu yang bisa saya temukan." jelas Deri.
"Apa kasus ini ada hubungan nya dengan Gadis pecinta Asap.?" Halilintar bertanya dengan penuh penasaran.
"Bisa jadi, sebab tidak ada yang tau cara kerja gadis itu. Aku juga pernah mendengar rumor itu. Dia seorang gadis atau pria belum ada yang bisa memastikan , hanya para mafia menyebut nya demikian." ucap Victor.
"Lalu dimana keberadaan nya saat ini.?" Halilintar bertanya pada Deri.
"Menurut info dari temanku yang juga bekerja pada mafia, dia ada di salah satu Genk mafia . Hanya saja belum ada yang mengetahui secara pasti ia berada di Klan Mafia yang mana. Sulit untuk menemukannya, karena ia selalu sendirian dalam bertindak." jelas Deri.
"Membingungkan.. Ah, bagaimana jika kita membuat jebakan?" ucap Halilintar.
"Maksud mu.?" Victor kali ini menatap serius.
"Berpura pura meminta jasanya."
"Tuan benar, ternyata mudah sekali." sahut Deri.
"Kalian pikir, dia sebodoh itu. Kami sudah sering melakukannya. Tapi nihil. Seolah dia memiliki seribu mata dan keahlian dalam menebak situasi. Dia tidak akan mudah terjebak." ucap Victor.
" Biar aku mencoba nya sekali lagi. " ucap Halilintar.
.
..
.
Sementara di Mansion mewah Gadis Pecinta Asap.
Seorang pria gagah menghampiri nya, "Nona Zha."
"Erwan,.!" Zha menatap tajam pada pria gagah itu.
"Ada sedikit Masalah di kota X , sepertinya Tuan Afrizal sedang ingin bermain dengan kita, aku sudah menyelidikinya dan ia adalah penghalang dari bisnis club' malam kita di sana." Erwan menjelaskan dengan detail.
Senyum tipis bergulir di ujung bibir Zha.
"Aku akan segera membereskannya, aku paling tidak suka ada seseorang yang mengusik wilayah kekuasaan ku. Aku sudah sering memperingatkan nya, tapi dia masih berani bermain di belakang ku, Dan kali ini tidak akan ada penolakan yang kedua." ucap Zha melenggang meninggalkan Erwan Pria yang selama ini sudah menemaninya dan di beri kepercayaan penuh untuk mengurus bisnis gelapnya itu.
Zha sudah duduk menjadi penumpang yang baik di salah satu mobil miliknya, sementara Elang berperan menjadi sopirnya. Sementara tiga mobil khusus milik anak buah Zha mengikuti mereka dari belakang.
Melaju di jalanan sepi, mereka berhenti di sebuah Club' malam di kota X tersebut.
Zha berjalan santai memasuki club' itu di susul anak buahnya di belakang, dan Elang berjalan tepat di sampingnya.
Zha melirik seorang Pria tampan yang sedang duduk bersantai di ujung sana.
Kedua mata mereka tak sengaja saling beradu ketika Zha berjalan tepat di sampingnya. Zha langsung memalingkan mukanya sementara sang pemuda itu masih saja menatapnya hingga memutar kepalanya mengikuti langkah kaki Zha.
"Siapa pria itu, seperti nya aku belum pernah melihat nya di sini.?"bisik Zha pada Elang.
"Putra dari Tuan Hanzero, seorang pengusaha terkenal dari perusahaan Samudra . Entah apa yang sedang di perbuat nya di sini. Mungkin dia sedang mencari hiburan." sahut Elang yang mengenal secara detail pemuda tadi.
Zha seperti tak ingin memikirkannya, ia fokus pada tujuan utama. Melangkah menuju ruang tengah club' malam tersebut.
Brakkk....!!!!!
Satu tendangannya berhasil membuat pintu ruangan itu jebol, membuat beberapa orang yang berada di dalam seketika terkejut dan berdiri menatap rombongan Zha, gadis itu berjalan mendekati seorang pria yang masih duduk dengan santainya.
"Apa kabar Tuan Afrizal. Lama tidak bertemu, seperti nya anda sangat menyukai tempat ini.?" Moncong pistol Zha sudah menempel di pelipis pria tersebut, mengakibatkan beberapa pria lain nya bergerak pelan , memilih meninggalkan ruangan dan hanya tertinggal beberapa anak buat Afrizal yang juga langsung mencabut pistol mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
𝓫𝓲𝓷𝓲𝓵𝓮𝓮𝓭𝓸𝓷𝓰𝔀𝓸𝓸𝓴
👍👍👍👍👍👍👍👍
2021-10-04
0
Gaga Aja
lnjut kk.
2021-09-13
1
Karebet
mantep 👍👍👍
2021-08-31
0