Di Rumah Utama Keluarga Samudra.
Pemuda yang super Coll dan tampan itu tidak lain adalah Azzero Halilintar yang kini sudah berusia sekitar 26 Tahun.
Di ruang tengah Rumah utama berwarna putih yang luas itu, pemuda ini terus mendekap seorang wanita yang masih terlihat sangat cantik meskipun usianya sudah bukan muda lagi, ia terus mendekap nya dengan tak mempedulikan kehadiran sesosok pria paruh baya yang terlihat masih juga tampan dan gagah yang sedari tadi hanya menghela nafas menatap mereka disudut sofa.
"Lepas Azze.! Aku gerah." seru sang wanita yang sedang dipeluk oleh Halilintar itu.
"Biar kan dulu Mam, aku merindukan mu." bantah Halilintar.
"Kau tidak tau malu, seharusnya kau memeluk kekasih mu bukan aku. Lepas atau aku akan menendang mu!"
"Kau tidak akan bisa melakukannya Mam, tenanglah. Sebentar lagi Az akan pergi
lagi. " Halilintar masih saja memeluk wanita itu.
"Lihatlah! Papa mu cemburu padamu." wanita itu melirik sang suami yang hanya tersenyum menatap jagoannya yang kini sudah beranjak dewasa itu.
"Setiap hari Papa sudah memelukmu Mam, sedangkan Az, hanya bisa sesekali kali. " ucap Halilintar.
"Itu salah mu, kenapa harus tinggal berpisah dengan kami."
"Karena Az ingin belajar hidup mandiri Mam, mengertilah. Suatu nanti Az akan kembali ke Rumah ini dan tinggal bersama kalian." ucap Halilintar masih memeluk Wanita yang tak lain adalah Azkayra Ibunya.
" Baiklah, dengan syarat kau harus kembali dengan membawa calon menantu Mama."
"Ah, itu permintaan yang sulit Mam,"
"Kenapa.? Kau ingin mengikuti jejak Papamu ,menikah dengan usia tua hah..!" ucap Azka.
"Bukan tua Azka, tapi dewasa. Kau tidak bisa membedakan mana tua mana dewasa." bantah Hanzero yang berada di sudut sofa.
"Kau dengar Mam, Papa menikahi mu dengan usia matang bukan Tua." sambung Halilintar.
Dreeetttt.....Dreeetttt....!!!
Getaran panjang yang berasal dari Hp Halilintar membuatnya akhirnya melepaskan belenggunya pada sang Mama, dan menjadi kesempatan untuk Azka menjauh dari Putranya yang manja itu. Azka duduk di samping suaminya dan merebahkan kepalanya di dada Hanz.
"Putramu masih saja manja." keluh nya.
"Lebih baik begitu daripada dia manja dengan wanita lain." sahut Hanz.
"Kau dan Azze sama saja, selalu membuatku kesal." ucap Azka memukul pipi suaminya yang hanya terkekeh dan langsung merengkuh tubuhnya.
Di sudut sana nampak Halilintar tengah serius berbincang dengan seseorang di Hp nya.
"Apa ,? Jadi..? Baiklah kali ini aku akan membantu mu memecahkan kasus ini." sahut Halilintar menutup panggilan dan menghampiri kedua orang tuanya.
"Ada apa Hall, seperti nya ada masalah."? tanya Hanz melihat raut tegang Putranya.
"Apa Papa tau Mr. Frankyn?"
"Iya. Kenapa dengannya?"
"Dia tewas." ucap Halilintar.
"Apa.? Kenapa.? Di bunuh seseorang atau bagaimana.?" Hanz sedikit terkejut mendengar nama Frankyn. Siapa yang tidak mengenal Frankyn seorang pengusaha yang sedikit congkak dan kejam itu? Orang itu sebenarnya mempunyai banyak perusahaan dan berkuasa. Tapi sifat Congkak
nya membuat ia banyak tidak di sukai rekan bisnisnya.
"Tadinya, kematian mendadaknya di kira terkena serangan jantung, tapi setelah hasil visum menyatakan jika ia terkena racun ganas yang memecahkan pembuluh darahnya. Anehnya racun itu masuk ke dalam tubuhnya dengan cara seperti di suntikkan dari bagian lehernya. Cara membunuh seperti ini sudah sering terjadi Pa, sudah banyak korban berjatuhan dengan kasus yang sama." jelas Halilintar atau Hall, panggilan Hanzero untuknya.
"Lalu, apa hubungannya dengan mu?" tanya Azka.
"Mam, Victor kali ini meminta bantuan ku untuk memecah kasus ini." ucap Hall.
"Bagaimana mungkin.? Victor seorang detektif Handal dan bahkan ia meminta bantuanmu yang bahkan tidak mengerti dwngan profesi seperti itu?" Azka sedikit melotot seperti tidak mengijinkan Putranya terlibat dengan urusan itu.
"Azka, apa kau tidak tau jika selama ini Putra kita selain belajar urusan bisnis perusahaan ia juga ingin menjadi seorang detektif.?" sambung Hanz.
"Benar Mam, dengan begitu Az akan menjadi orang hebat, bukan hanya hebat di dunia perusahaan juga hebat dalam memecahkan kasus. Dengan begitu Az akan siap dengan segala masalah yang kemungkinan akan ada di perusahaan kita." jelas Halilintar pada Mamanya, ia menyebut dirinya sendiri Az khusus untuk Ibunya. Sedangkan Ibunya memanggilnya dengan panggilan Azze.
Azka hanya bisa menghela nafas sabarnya. Azzenya memang lain, ia selalu ingin tau tentang dunia sekitarnya dan urusan urusan yang baginya menantang.
"Lalu, apa rencana mu.?" tanya Hanz menatap putra tampannya.
"Aku akan membantu Victor. Kasus ini sudah yang sekian kali nya. Tapi aneh nya pelaku sama sekali tidak bisa teridentifikasi." ucap Halilintar.
"Baiklah, Az pergi dulu Pa, Mam ku yang cantik..!" pamit Halilintar segera memeluk Hanz dan tentunya menciumi wajah Mamanya.
"Azze, berhentilah. Kau sungguh kelewatan." kaki Azka menendang kaki Putranya.
"Mama tidak adil, Papa saja boleh menciummu setiap saat, sedang Az yang hanya sekali kali saja sampai di tendang begini. Dasar Mama Singa." gerutu Halilintar memegangi kakinya.
"Pergi...! Bikin pusing saja." umpat Azka.
"Baiklah, sekali lagi." Halilintar merengkuh tengkuk Azka dan mengecup kening wanita itu lalu melangkah begitu saja.
"Huh, akhirnya dia pergi juga." Azka menghela nafas lega.
"Kau jangan seperti itu Azka. Dia putra kita satu satunya, dan tinggal di Apartemen tidak bersama kita. Wajar jika ia merindukan Mamanya dan ingin sesekali kau manja." sahut Hanz.
"Kenapa juga kau mengijinkannya tinggal di sana? Kalau terjadi apa apa padanya bagaimana?"
"Dia laki laki Azka, sudah sewajarnya Hall belajar hidup mandiri dan belajar menghadapi hidup, agar nantinya ia tidak gampang menyerah dengan permasalahan yang datang tidak terduga." Hanz berusaha memberi pengertian istrinya.
"Rasanya baru saja kemarin aku menggendongnya, sekarang dia yang sudah menggendongku. Aku merasa kesepian jika Azze selalu pergi dariku." ucap Azka.
"Dari pada kau memikirnya lebih baik kita berusaha membuat kan adik untuk Halilintar, siapa tau kita berhasil. Kau tidak akan kesepian lagi." ucap Hanz merengkuh tubuh istrinya.
"Hanz, kau masih saja brutal." mendorong tubuh Suaminya.
"Kenapa Azka,? Kenapa kau sering menolak ku.? Ah, baiklah. Mungkin karena aku sudah tua dan kau masih terlihat begitu cantik, kau jadi tidak bergairah lagi padaku." Hanz merajuk.
"Hanz.!" Azka merasa bersalah.
"Siapa bilang begitu, kau tetap terlihat tampan dan gagah. Aku hanya sering pusing memikirkan Putramu, apalagi keinginannya menjadi detektif sangat menganggu pikiran ku ." jelas Azka berusaha merayu Hanz yang memasang wajah cemberut.
"Benarkah..?"
"Benar Hanz, kau tetap tampan dan gagah. Baiklah, kita berusaha membuat adik untuk Azze sekarang yuk..?" Azka tetap berusaha membujuk Hanz, mendengar itu Hanz langsung bersemangat dan segera meraih tubuh istrinya , segera membawanya melangkah memasuki kamar mereka.
Setelah itu entahlah, tebak sendiri apa yang mereka berdua lakukan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Ranty s
bikin benih baru tuh hihi😙😙💖💖💖💖
2022-05-25
0
meymei
☺️☺️☺️☺️😁😁😁
2021-12-06
0
Lita
ngapain hayoo mereka...
2021-11-09
0