"Buatkan aku pancake!" titah Seretha Apollo, yang mana merupakan adik dari Dean yang kini duduk di bangku SMP.
"Baik, nona." Humanoid yang di beri nama Gwendoline itu, lantas menyiapkan makanan yang di inginkan oleh tuannya.
Ia menghampiri meja di dekat tempat cuci piring. Menekan salah satu tombol hingga layar hologram muncul dihadapannya.
Humanoid itu menekan beberapa tombol yang tersedia, memilih makanan yang di inginkan. Tak lama kemudian sebuah tabung muncul dari tepi meja yang kemudian terbuka dan menampakkan makanan yang diinginkannya.
Gwen menghampiri Seretha dan memberikan sepiring pancake favoritnya.
"Terima kasih."
"Kepuasan anda adalah yang utama. Apakah anda menginginkan hal lain?"
"Tidak ada. Kau boleh kembali bekerja."
"Baik." Gwen bergerak melanjutkan pekerjaannya.
Beda Gwen beda Andrew. Gwen adalah humanoid wanita yang bertugas mengerjakan seluruh pekerjaan rumah tangga, di rancang untuk membantu Sofia menyelesaikan tugasnya dengan lebih cepat, sementara Andrew adalah robot android yang bertugas melakukan pekerjaan laki-laki. Ia biasanya memperbaiki berbagai hal yang rusak di rumah mereka.
"Yummy, pancake-mu memang yang terbaik," kata Seretha seraya melahap makanannya.
Sementara putrinya sibuk menikmati sarapannya, beda halnya dengan Damaris Apollo yang sejak tadi duduk dengan fokus pandang terus tertuju pada layar hologram di hadapannya.
Berbagai berita pagi yang sedang hangat di perbincangkan tampak di layar itu. Setiap gambarnya bahkan dapat bergerak layaknya sebuah video, namun dalam bentuk tiga dimensi. Layaknya sebuah koran, namun dalam bentuk digital, ia menikmati setiap sarapannya dengan di temani berita yang sedang hangat di perbincangkan.
Sofia tiba di ruang makan, duduk di kursi kosong dekat suaminya sambil menghela napas pelan.
Damaris menyapu udara dengan sebelah tangannya yang dalam sekejap menghilangkan layar hologram di hadapannya.
"Dean sudah bangun?" tanyanya, beralih fokus pada Sofia yang baru saja tiba.
"Ya, sudah. Seperti dugaanku, dia belum bersiap begitu aku tiba di kamarnya. Sebelum aku, menghancurkan pintu kamarnya."
"Mama menghancurkan pintu kamar kak Dean lagi?" Seretha menyambar begitu saja. Sofia hanya mengangguk pelan menanggapi kalimatnya.
"Wow…" Seretha tertegun. Walaupun bukan hal yang baru, namun tetap saja hal itu selalu berhasil membuat dirinya terkejut. Mamanya yang merupakan evolver dengan kemampuan tenaga super, seringkali membuat barang-barang hancur, salah satu yang menjadi favoritnya adalah pintu kamar kakaknya.
"Kakakmu itu sangat sulit dibangunkan," kata Sofia.
"Pagi," sapa Dean yang baru tiba di ruang makan dengan tas besar miliknya yang kini di bawa oleh Andrew.
Dean duduk di kursi samping Seretha, sementara Andrew menaruh tasnya di lantai dekat kursi yang ia duduki.
"Pagi," sahut yang lain serentak.
Dean menampakkan wajah masam, sementara Seretha justru tertawa terbahak saat melihat telinga kakaknya yang merah bukan main.
"Hahahaha, lihat. Telingamu kenapa?" gelak tawanya tak bisa tertahan. Seretha bahkan sampai menahan perutnya saking tak kuat menahan tawa.
Rasa panas bercampur sedikit perih menjalar pada telinganya yang baru saja ditarik dengan keras oleh Sofia.
Dean mendelik kesal ke arah Seretha. Ia berusaha untuk tetap tenang, tidak ingin membuat paginya semakin kacau dengan bertengkar bersama adik.
"Diam kau, jangan tertawa!" tukasnya. Alih-alih berhenti, Seretha malah semakin tertawa kencang. Sungguh, ingin sekali Dean menendang Seretha jauh-jauh. Kalau perlu, hingga ke Pluto.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 133 Episodes
Comments
Koba
Hmmm... semoga gak butuh lebih dari 1 abad agar negeri kita jadi negara yang maju 🙃
2021-11-21
2