...***...
Evolver adalah sebutan bagi orang-orang dengan kemampuan khusus. orang-orang dengan sistem genetik yang bisa di katakan mencapai sempurna. Orang-orang dengan sebutan evolver memiliki kemampuan menggunakan otak sekitar 50% dari 100. hal ini jauh dari kemampuan menggunakan otak pada beberapa ratus tahun silam, manusia biasa pada umumnya rata-rata hanya bisa membuka atau menggunakan kemampuan otak mereka sekitar 10-20% dibandingkan para evolver yang memiliki kecerdasan yang melebihi hewan lumba-lumba itu.
Tidak ada yang tahu bagaimana evolver yang cipta, namun yang pasti tentunya tidak ada yang tiba-tiba memiliki kemampuan istimewa begitu saja, kecuali jika orang itu adalah hasil dari persilangan antara dua sistem genetik yang berbeda, yang kemudian di campurkan dalam satu sistem genetik baru yang menjadi penerus pohon keluarganya. atau lebih simpelnya, adalah anak dari kedua orang yang memiliki sistem genetik yang berbeda. tentunya anak itu akan otomatis lahir dengan kemampuan evolver sempurna yang sudah ada sejak lahir. maka dari itu, setiap anak biasanya mendapatkan masing-masing satu kekuatan dari kedua orangtuanya.
Evolver di ambil dari kata evolusi namun evolver lebih merujuk pada manusia yang telah berevolusi dengan kemampuan dan sistem genetik yang lebih sempurna. seorang evolver biasanya memiliki dua kemampuan yang berbeda, masing-masing memiliki kegunaan yang dapat mempermudah mereka menjalani kehidupan sehari-hari. seorang evolver memiliki satu kemampuan yang berhubungan dengan otak mereka dan satu lagi adalah kemampuan energi berupa pertahanan, biasanya energi pertahanan ini berguna untuk membela diri mereka ketika terancam bahaya. seperti sofia mama dean contohnya, yang memiliki kemampuan menghancurkan benda dengan tangan kosong. dan kemampuan mendeteksi kebohongan adalah kemampuan yang berasal dari otaknya.
Namun tidak semua orang adalah evolver. ada banyak pula populasi manusia biasa seperti dean yang bahkan tidak memiliki kemampuan apapun, hidup bersamaan dengan para evolver. tidak jarang pula ada manusia biasa yang menikah dan memiliki anak dari seorang evolver.
"Baiklah, aku harap aku tidak satu kamar dengan orang yang aneh atau orang yang bisa membahayakan diriku terjebak dalam masalah," bisik Dean. saat ini dirinya sudah berada di asramanya, berdiri tepat di depan pintu kamarnya yang baru. ia resah ketika dirinya belum tahu dengan siapa dirinya akan tinggal bersama di dalam kamarnya itu. namun ia berharap ia tidak tinggal satu kamar dengan orang yang aneh.
"Baiklah, ayo masuk," gumamnya pelan. tangannya bergerak hendak meraih knop pintu kamarnya. namun belum sempat dirinya mencengkeram benda itu, pintu sudah lebih dulu terbuka.
CEKLEK
Pintunya terbuka. tepat di ambang pintu, dari dalam sana, seorang lelaki yang tingginya beda sedikit dengan Dean berdiri memegang knop pintu bagian dalam. wajahnya bisa di bilang cukup tampan, dengan tubuh proporsional yang berbalutkan sweater rajut berwarna krem, menyembunyikan kemeja pendek putih yang di pakainya di balik sweater itu. kerah bagian atasnya keluar.
Lelaki itu memiliki mata yang indah bagaikan orang eropa, matanya berwarna hijau dengan rambut kecoklatan panjang yang menutupi keningnya dengan poni yang mencapai kedua alisnya. pria itu tersenyum ke arahnya.
"Hai. Selamat datang, teman sekamar," tuturnya ramah seraya membuka pintu dan berdiri di hadapan Dean, menghalangi jalannya untuk masuk.
"Halo," sapa Dean sedikit canggung. Dadanya sedikit lega, tampaknya pria itu bukan orang aneh atau sejenisnya, setidaknya keramahannya berhasil membuat Dean tenang.
"Namaku Nero Zoilos. Mulai sekarang dan seterusnya, aku yang akan menjadi teman sekamarmu," ujarnya seraya menyodorkan tangan ke arah Dean.
Dean sempat terdiam untuk sesaat seakan-akan ragu untuk menjabat tangan lelaki bernama Nero itu. Namun ia berusaha untuk bersikap netral, menjabat tangan pria itu seraya tersenyum ia berkata.
"Aku Dean Apollo. Senang berkenalan denganmu."
"Apollo? Seperti dewa. Aku suka namamu, sangat indah," katanya.
"Terima kasih," balas Dean seraya melepaskan jabat tangannya.
"Ah ya, jangan khawatir. Aku bukan orang aneh ataupun orang yang bisa membuat dirimu terjebak dalam bahaya, karena bagaimanapun aku juga tidak ingin membuat orang lain susah karena diriku," ucap Nero seakan sudah tahu apa yang berada dalam pikiran Dean sebelumnya. Dean terdiam, dirinya mengerutkan keningnya ketika mendengar ucapan Nero, ia terkejut dan berpikir apakah Nero memiliki kemampuan membaca pikiran atau pendengaran super dan semacamnya.
"K-kau bisa membaca pikiran?" tanya Dean yang sedikit tidak enak dengan prasangkanya sebelum bertemu dengan Nero.
"Tidak."
"Lalu?"
"Tapi aku bisa melihat warna suara yang kau ciptakan!" Sambungnya membuat Dean terkejut. Selama ini ia bertemu dengan berbagai orang di sekolahnya, belum pernah sekali pun dirinya bertemu dengan orang yang memiliki kemampuan seperti apa yang Nero katakan.
"Apa? Kemampuan apa itu? Aku baru mendengarnya," Dean menggaruk kepalanya. Nero disana hanya tersenyum menanggapinya lantas berkata.
"Sinestesia."
"Huh?"
"Aku tidak memiliki kemampuan yang berhubungan dengan otakku karena papaku adalah seorang manusia biasa dan mamaku adalah seorang evolver. Aku mewarisi satu kemampuan dari mamaku, jadi sinestesia ini bukanlah kemampuan dari evolver, melainkan kemampuan alamiah yang muncul pada sebagian kecil manusia biasa di dunia dan salah satu dari sebagian kecil itu adalah aku."
"Ooh, aku baru mendengarnya," Dean mengangguk-anggukkan kepalanya menanggapi penjelasan Nero tentang kemampuannya.
"Sinestesia ini membuatku mampu melihat warna-warna suara yang tercipta di sekitarku. Seperti contohnya suara ketika kau berbicara sedikit ragu untuk memastikan apakah aku adalah orang yang bisa membuatmu dalam masalah atau bukan," jelasnya lagi.
"Ooh begitu ya, aku kira kau bisa membaca pikiran atau semacamnya. Maaf karena telah berprasangka buruk tentangmu," kata Dean.
"Santai saja, karena aku juga terkadang bersikap seperti itu ketika tidak tahu dengan siapa akan ditempatkan. Oh ya, biar aku membantumu membawa barang-barang mu masuk ke dalam kamar," Nero menarik paksa tas yang di bawa Dean di tangannya.
"Tidak usah, aku bisa membawanya sendiri," tolak Dean.
"Tidak perlu sungkan. ayo," Nero meraihnya lantas membawanya masuk yang kemudian di ikuti oleh Dean di belakangnya. Dean melangkah masuk ke dalam sana, menutup pintu masuk begitu tiba di dalam. Kamarnya yang sekarang sama luasnya dengan kamarnya ketika duduk di bangku kelas sepuluh tahun lalu. Cukup besar namun di hiasi oleh beberapa benda yang membuat ruangan itu tampak sempit. Namun setidaknya kamar itu cukup untuk di huni oleh dua orang pria seperti mereka.
"Kau akan tidur di ranjang yang mana? aku juga baru saja tiba, jadi mari menentukan," tuturnya pada Dean. Di dalam sana terdapat dua tempat tidur di dua bagian dinding yang berbeda.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 133 Episodes
Comments
Gomen nasai
Di real life kayaknya ada deh kemampuan seperti itu, kalau iya, langka pastinya
2023-05-15
1