Hola readers! Selamat datang di dunia SHT Jangan lupa jejaknya (FAVORITE, LIKE dan COMMENT, VOTE) 🤭
Follow IG: asriainunhasyim
.
.
.
.
Drrrttttt ... drrrtt ....
Getaran ponsel menembus alam bawah sadar seorang pria berumur 32 tahun yang tengah terbuai oleh bunga tidur.
Matanya perlahan terbuka menyesuaikan cahaya yang menyentil retinanya. Mengumpulkan puing-puing ingatan bertebaran.
Pandangan pertama yang ia temukan adalah plafon berwarna putih berhias retakan di bagian tengahnya.
Tangan lebar pria itu mulai meraba-raba sisi tempat tidur. Mencari keberadaan benda pipih persegi panjang yang tak hentinya mengeluarkan suara.
Saat berhasil menemukan, dia segera menggeser ikon hijau.
"Halo." Terdengar suara wanita berumur nan lembut dari seberang.
"Bu ...," sapanya balik dengan suara serak. Satu tangannya yang kosong memijit pelipis guna menghilangkan pusing yang mendera.
"Kamu belum berangkat kerja, Nu?"
Pria yang bernama Ibnu itu menatap jam yang bertengger di dinding. Jarum pendeknya berada pada angka tujuh. "Sebentar lagi, Bu." Dia menghitung waktu di dalam hati.
"Ya sudah. Jangan sampai terlambat."
Ibnu mengangguk meski wanita paruh baya itu tak melihatnya. "Ibu kapan pulang?"
"Setelah urusan Ibu selesai."
Ibnu tak melanjutkan pertanyaan pertanda paham. Selang beberapa detik, panggilan berakhir. Dia menatap layar ponsel dan menghela napas.
Pria itu melangkah menuju dapur menyiapkan sarapan. Telur ceplok dengan lelehan kecap ABC cukup menggugah seleranya.
Memang, Ibnu tak banyak neko jika menyangkut masalah perut. Apapun, selama halal dan layak untuk dikonsumsi.
Begitulah kesederhanaan Ibnu Rajab. Seorang pria matang dengan wajah tampan berhias jambang tipis. Hidung mancung dan kulitnya sawo matang. Memiliki postur tubuh yang tinggi tegap.
Pekerjaannya sebagai kepala gudang di salah satu perusahaan berskala kecil yang ada di kotanya. Beruntung, penghasilan yang ia terima mampu menghidupinya dengan Sang Ibu.
Yah, karena Ibnu adalah tulang punggung setelah kepergian kepala keluarga beberapa tahun lalu.
*****
Ibnu hendak menyalakan mesin motor jenis Yamaha Jupiter MX keluaran 2005. Kendaraan yang telah menemani perjalanannya selama enam tahun terakhir tanpa berniat menggantinya dengan baru.
Rasanya enggan. Dikarenakan motor tersebut memberikan banyak kenangan untuknya. Entah perjuangan dalam mencari nafkah atau kisah percintaannya dengan mantan yang banyak menggunakan jasa kendaraan itu.
Ketika berulang kali menstarter dengan sekuat tenaga, mesin tersebut tak kunjung on.
"Astaga ... bermasalah," gumamnya dengan menggaruk dahinya yang tidak gatal sama sekali.
Ibnu menatap pergelangan tangan yang terbungkus jam. Sepertinya waktu dan motor tidak bisa diajak berkompromi. Keduanya berada di situasi berlawanan.
Pria tampan itu memilih menggunakan alternatif angkutan umum sebagai sarana ke kantor.
******
Bel berbunyi menghentikan aktivitas mengajar seorang Alda. Dua jam waktu yang cukup untuknya berinteraksi dengan siswa di dalam kelas.
"Tugasnya dilanjutkan di rumah. Jikalau ada kendala ... silahkan bertanya ke teman-temannya yang sudah paham atau jangan sungkan menghubungi Ibu."
"Siap, Bu!" ucap siswa serentak.
Bagaimana siswa tidak jatuh hati padanya. Benar-benar pahlawan tanpa tanda jasa.
Guru ekonomi itu segera membereskan buku-buku yang berada di atas meja. Memberi salam dan meninggalkan kelas yang kembali riuh. Dia berjalan menuju ruangannya.
"Alda!"
Langkah Sang Pemilik Nama terhenti. "Nana."
Seorang wanita berseragam sama dengannya datang menghampiri. Dia menyerahkan undangan berwarna ungu.
"Undangan siapa? Undangan kamu?" Alda menerima dan menggulirkan pertanyaan.
Wanita yang bernama Nana tertawa. "Taniapa wettunna (Belum waktunya)."
Alda membuka benda tersebut dan memokuskan matanya mencari nama calon mempelai. Bersamaan dengan itu, Nana mendekat dan berbisik, "Dari mantan fans-mu."
"Wawan!" Alda tersenyum. Dia adalah salah satu pria yang pernah berjuang mendapatkan hatinya. Berusaha menerobos benteng pertahanan seorang Alda. Namun pada akhirnya gagal.
Rasanya percuma jika tak sesuai dengan harapan kedua orang tuanya. Pun, perasaan Alda terhadap pria itu hanya sebatas teman.
Nana mengangguk antusias. "Wawan berbelok arah setelah berjuang untuk Andi Alda. Katanya ... sudah lelah." Dia tertawa terbahak-bahak setelah menuturkan kalimat tersebut.
Alda hanya menggeleng pelan. "Alena tania toto'ku (Dia bukan takdirku)."
"Iya ... iya ...." Nana mengangkat kedua tangan tanda menyerah. Berdebat dengan Alda, pada akhirnya kalimat itu yang terlontar.
Tetap kalah.
******
Jam istirahat, Ibnu membaca selebaran kertas yang diberikan oleh satpam. Yah, itu adalah undangan pernikahan yang dititipkan untuknya. Terpampang nama mempelai pria 'Darmawangsah' yang jelas sangat dikenalnya.
"Wawan," ucapnya dengan suara hampir tak terdengar. "Hotel Swiss-belin Makassar."
Senyum smirk terbit dari bibir Ibnu. Satu persatu teman seangkatannya telah melepas masa lajang. Maklum, usia mereka memang telah matang untuk menempuh hidup baru.
Apa kabar dengan dirinya sendiri?
Ibnu tak ambil pusing masalah tersebut. Meskipun ingin, tapi dia tak mau terburu-buru dalam melangkah ke jenjang itu.
"Kamu kapan?" suara bass terdengar jelas. Reza ikut duduk seraya meneguk minuman botol.
"Pacar saja tak punya," jawab Ibnu sekenanya. Dia melipat kembali undangan tersebut.
"Mau kukenalkan?"
"Tidak! Terima kasih."
Reza mengerutkan kening. "Heran! Memang bisa tahan? Aku saja yang umurnya jauh lebih muda, minta dinikahkan cepat. Nah! Kamu!"
Ibnu tahu maksud ucapan sahabatnya. "Kan bisa puasa, Za."
"Bahahaha ... omong kosong!"
.
.
.
.
.
Salam
AAH♥️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Suharnik
Ibnu jodohnya Alda tpi akan banyak cobaan yg menghalanggi percintaannya
2021-09-11
0
MomzDY
Senang bacanya, bugis bangett.. # to Ugi 😍 # Semmangatt Thor
2021-09-05
0
Aisyah 123
asli mana seh thor..bahasamu itu lho
2021-09-03
0