EPISODE 5 = NINDYA ACUH

Nindya benar-benar heran kenapa Saddam membeli ponsel lagi, apa untuk pacar nya atau adiknya tapi mungkin dia bingung memilih warna dan Saddam mengajak Nindya hanya untuk meminta pendapatnya.

Melihat Saddam yang masih sibuk mengotak atik ponsel, Nindya sekejap menatap betapa tampan nya pria itu, bulu matanya lebat, hidungnya mancung, kulitnya putih bersih.

"Aku sudah gila."

Kata Nindya sambil mencubit tangannya sendiri untuk menyadarkan kegilaan yang sedang ia alami.

"Mana hape mu."

Kata Saddam pada Nindya.

"Buat apa."

Jelas saja Nindya terkejut, ia tak mengerti kenapa Saddam meminta ponselnya, sedangkan dihadapannya ada ponsel yang sangat canggih, apakah Saddam berniat mempermalukannya, dengan perasaan sedih gadis itu memberikan ponsel poliponik itu pada Saddam, ia menggigit bibirnya karena malu.

Sedangkan Saddam dengan cekatan membuka ponsel Nindya dan mengambil kartunya kemudian di berikan pada karyawan toko.

"Ganti kartunya ke 4G, dan masukkan ke Iphone itu "

Perintah Saddam lagi.

Nindya terkejut mendengar perintah Saddam.

"Kenapa kartuku diambil dan dipindah ke situ."

Spontan Nindya memegang lengan Saddam. Membuat pria itu pun terkejut.

"Hape ini buat kamu Nindya."

"Kenapa tiba-tiba, aku gak punya uang, aku juga gak punya rencana buat beli handphone baru. Kenapa gak tanya dulu?"

Suara Nindya gemetar, karena hampir menangis.

"Gak usah kuatir, aku yang bayar?"

"Mas Saddam beliin buat aku? Tapi ... aku gak bisa menerimanya mas. Balikin kartu ku."

"Kartunya sudah terlanjur di ganti 4G dan dipasang, handphonenya juga sudah di buka dari box segel, gak bisa dibatalin"

Jawab Saddam.

Nindya hanya bisa diam melihat Saddam mengotak atik ponsel Iphone yang selanjutnya akan Nindya pakai.

"Done."

Sembari Saddam memberikan ponsel baru itu pada Nindya.

Gadis itu tampak ragu, dan sangat sungkan, bahkan malu. Malu karena harus menerima barang yang mahal dan di depan seseorang yang Saddam kenal.

Karena semua terjadi begitu cepat, akhirnya Nindya menerima pemberian Saddam, kemudian mereka berjalan menelusuri lobby, dan saat ini restoran mewah di mall menjadi tempat makan Saddam dan Nindya, namun gadis itu merasa tidak nyaman.

"Kenapa kita gak makan di tempat biasa aja, mie ayam atau bakso?"

Tanya Nindya.

"Ini tempatnya juga biasa, aku sudah pesenin kamu spaggeti dan jus alpukat kesukaanmu."

Kata Saddam.

"Coba lihat hape mu."

Sahut Saddam lagi.

Kemudian Nindya memberikan hapenya, dan Saddam membuka kamera.

"Kita coba kameranya."

Kata Saddam lagi sembari menggeser kursinya duduk di samping Nindya. Kemudian mereka berfoto bersama beberapa kali.

Saddam melihat hasil foto mereka dan mengirimkan foto-foto itu ke hapenya melalui pesan Whatsuup.

"Nanti kamu bisa tambahin sendiri aplikasi yang kamu mau, kamu juga harus ingat sama pasword dan id Icloud kamu, ketika instal aplikasi Iphone selalu meminta password."

Terang Saddam kemudian pria itu mengembalikan ponsel milik Nindya.

"Tapi... Kenapa kamu membelikan ku hape baru yang mahal, kita baru kenal dan aku gak tahu apa maksud kamu dari semua ini."

Tanya Nindya, gadis itu tidak ingin ada maksud terselubung.

"Biar kita lebih mudah dan enak berkomunikasi."

Jawab Saddam.

"Apa kamu gak suka kalau kita berkomunikasi melalui sms?"

Tanya Nindya lagi.

"Bukan tidak suka, tapi aku hanya ingin memudahkan kamu, sms jaman sekarang pasti membutuhkan pulsa yang tidak sedikit, aku berfikir kamu juga bukan tipe cewek yang membuang uang demi hal itu dan kamu bukan cewek boros."

"Maksudmu aku cewek pelit?

"Bukan itu..."

Kata Saddam tersenyum hampir tertawa.

"Anggap saja ini kado perkenalan kita."

Kata Saddam asal mencari alasan, ia adalah tipe pria yang cuek dan masa bodoh tapi entah kenapa kali ini Saddam memikirkan sebuah alasan hanya demi membelikan handphone untuk seorang wanita.

"Tapi... Kamu tidak memiliki niat jahat kan?"

Nindya masih ragu.

"Kamu bisa telfon polisi kalau aku berniat jahat."

Kata Saddam menatap mata Nindya, membuat gadis itu memalingkan wajah dan tatapannya ke arah lain menahan rasa panas di wajahnya, pasti kali ini wajahnya terlihat merah karena malu dan canggung.

"Kamu sudah selesai kan, kita pulang sekarang?"

Tanya Saddam.

"Ah iya, sudah hampir jam 9 malam. Kita pulang sekarang."

Jawab Nindya, kemudian Saddam membantu menarik kursi Nindya agar gadis itu leluasa berdiri.

Saddam sedikit lebih cepat mengendarai motornya, karena waktu berkunjung di desa Nindya hanya sampai pukul 9, dan pemandangan itu terlihat keren ketika Nindya sekilas melihat mereka dari kaca gedung di pinggir jalan.

Tak butuh waktu lama dan mereka sudah sampai di depan rumah Nindya, terlihat para pemuda masih berjaga dan mengombrol di rumah Dino. Mata seorang pria memandang dengan nanar dan iri, dan dia adalah Dino, lirikan-lirikan curi-curi pandang nya sangat kentara.

Karena sudah pukul 9 malam lebih, Saddam segera pamit pulang karena menghormati peraturan di desa Nindya. Perlahan bayangan Saddam menghilang dari pandangan Nindya, dan gadis itu pun masuk ke dalam rumah langsung menuju kamarnya, seperti biasa lampu kamar tamu selalu mati.

Di dalam kamarnya, Nindya mengeluarkan hape barunya dan mengamati dengan seksama, ia mengotak atik, membalik dan mengelusnya. Gadis itu tidak berani mengamati dengan seksama saat di depan Saddam, karena betapa malu nya dia.

"Hape baru... Yeeaaayy!!"

Jerit Nindya kecil, ia tertawa dan memeluk hape itu kemudian mulai mempelajari nya.

Setelah kurang lebih 25 menit tiba-tiba hapenya berdering terlihat ada pesan Whatsuup masuk dan itu dari Saddam mengatakan bahwa ia sudah sampai di rumah.

Nindya merasa kehidupannya akan menjadi lebih berwarna dan bahagia.

"Saddam sangat tampan dan baik."

Kata Nindya memeluk guling dan sembari membalas pesan dari Saddam.

Hingga akhirnya gadis itu tertidur setelah asik saling berkirim pesan dengan Saddam.

.

.

.

Nindya kembali bekerja seperti biasanya namun kali ini ia tidak di bagian packing produk tenun seperti yang sudah beberapa tahun ia kerjakan.

Ternyata Nindya harus menerima dengan ikhlas bahwa dirinya di buang oleh supervisornya dan kini ia harus belajar dari 0 di bagian Finishing produk rambut palsu atau WIG.

Sebenarnya Pabrik tempat Nindya bekerja adalah pabrik yang memproduksi beberapa produk, seperti tenun, Wig atau rambut palsu, dan ada sarung tangan golf. Setiap masing-masing produksi memiliki nama pemilik yang berbeda namun mereka masih satu keluarga, maka dari itu pabrik itu adalah pabrik terbesar di jawa.

Kini pekerjaan Nindya berubah total, dari mengepak barang berubah menjadi memotong dan menyisir serta membuat model rambut palsu dengan obat. Sedikit demi sedikit Nindya belajar menggulung rambut palsu itu dengan tangannya agar menjadi model ikal.

Sudah beberapa hari berlanjut, dan Nindya masih mencoba menyesuaikan dirinya agar tetap bisa bekerja, ia harus bertahan demi amak dan apaknya, berhari-hari Nindya harus pulang tengah malam dan berangkat lebih pagi karena ia harus menyelesaikan pekerjaannya yang tidak sesuai target.

Nindya harus belajar dengan cepat, bahkan gadis itu harus merelakan waktu istirahatnya untuk terus menyelesaikan pekerjaannya, karena di bagian finishing semua orang bekerja secara individu, mereka mengejar target masing-masing, dan dari seberapa banyak target yang mereka dapat itulah mereka akan mendapat gaji.

Terkadang Nindya juga harus belajar memotong rambut, dan tak jarang ia harus terkena marah dari para Mr dan para Supervisor karena salah memotong rambut.

Beberapa hari Nindya fokus pada pekerjaannya, hingga ia lupa tidak membalas setiap pesan Saddam yang masuk.

Bahkan ketika Saddam menelpon, Nindya hanya menjawab singkat dan segera mengakhiri panggilan karena kesibukannya dan ia juga harus mengikuti lembur hingga tengah malam.

Di tempat lain, tepatnya di sebuah Induk perusahaan yang besar,  Saddam tidak senang dengan situasi dan kondisi dimana Nindya mengacuhkannya beberapa hari ini, Saddam yang sedang duduk di kursi kerjanya memikirkan sesuatu, ia harus mencari tahu apa yang sedang terjadi dengan Nindya, kenapa gadis itu menjauhinya.

"Tok tok tok."

Terdengar pintu diketuk.

"Masuk."

Jawab Saddam.

Seorang wanita cantik masuk membawa dokumen dan memberikannya dengan sopan pada Saddam untuk di tanda tangani.

"Ada jadwal apa saja hari ini Sonia."

Tanya Saddam sembari menandatangi dokumen.

"Hari ini anda ada rapat dengan dewan direksi, dan mereka sudah menunggu."

Kata Sonia.

"Ayah anda juga hadir."

"Papa datang? Baiklah, ayo lakukan dengan cepat, dan kemudian kosongkan jadwalku beberapa hari kedepan ada sesuatu yang harus ku kerjakan."

"Baik pak."

Jawab Sonia.

Saddam berdiri kemudian berjalan keluar dari ruangannya yang sangat besar menuju ruang rapat, Sonia mengikuti di belakang.

Saat memasuki ruangan rapat semua dewan direksi sudah berkumpul, kemudian Saddam duduk di samping ayahnya.

Rapat di pimpin oleh Ahmad Hartono Wijaya yang tak lain adalah ayah dari Saddam Ahmad Wijaya.

Ayah Saddam menjabat sebagai chairman, ia adalah pemimpin atau ketua dewan direksi. Pemimpin tertinggi di perusahaan.

"Mari kita mulai rapatnya."

Kata Ayah Saddam, Ahmad Hartono Wijaya.

.

.

.

~bersambung~

Terpopuler

Comments

Fernando Mega

Fernando Mega

bagus

2021-08-23

0

hannabi

hannabi

Main atur ini itu sadam🙄

2021-07-16

2

eva nindia 🦐

eva nindia 🦐

next

2021-07-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!