Nindya yang akhirnya memutuskan untuk melupakan Saddam dan tidak ingin lagi mengingatnya, kini gadis itu hanya berharap hidup nya kembali normal seperti dulu lagi terlebih untuk hati dan pikirannya.
Tak butuh waktu lama Nindya sudah menyelesaikan makan siangnya dan kemudian gadis itu melanjutkan dengan sholat dzhuhur, setelah sholat biasanya para karyawan akan mengobrol namun tidak untuk Nindya dia lebih senang berbaring dilantai di bawah meja tempat kerjanya, untuk melepaskan merenggangkan otot punggungnya yang terasa pegal.
Tiba-tiba ponselnya bergetar membuat Nindya yang sedang menutup matanya terkejut. Ketika tangannya akan membuka pesan, tiba-tiba supervisornya memanggil dan menyuruh Nindya ke ruang rapat.
Terlihat Mr. Hong duduk di depan meja, ditangannya memegang surat-surat dan memakai kacamata.
Dengan kalimat bahasa indonesia yang lancar meski lidahnya masih sedikit belepotan namun kalimat-kalimatnya masih sangat bisa di fahami.
Mr. Hong mengatakan bahwa Nindya akan di pindahkan ke bagian divisi lain yang sedang kekurangan. Mendengar pernyataan tersebut seketika membuat gadis itu gelisah dan takut.
Nindya sudah merasa senang dan nyaman di divisi packing kenapa sekarang ia harus dipindah. Gadis itu merasa jalan hidupnya makin sulit, ia hanya pasrah dan mengikuti apa yang di tugaskan oleh atasannya.
Ketika Nindya kembali ke divisi packing, dan kemudian ia duduk di kursi kerjanya dengan malas gadis itu mengeluarkan ponselnya dari saku dan melihat pesan yang belum sempat ia baca, ia menebak pesan itu pasti dari layanan kartu nya lagi.
Tiba-tiba hati dan jantung Nindya seolah ingin melompat dari tempatnya, berulang kali gadis itu mengerjapkan matanya, merasa tak percaya. Pesan sms itu mengatakan bahwa Saddam ingin bertemu sepulang kerja.
"Siang Nindya, maaf aku tidak memberi kabar, karena sedikit sibuk, bagaimana kalau sepulang kamu bekerja kita bertemu."
Nindya segera membalas pesan itu dengan semangat, sejenak ia melupakan apa yang baru saja dialaminya tentang pemindahan itu.
Balasan pesan yang Nindya kirim mengatakan bahwa ia setuju, tak berapa lama pesan kembali masuk mengatakan bahwa Saddam yang akan datang kerumahnya dan menjemputnya.
Seketika Nindya teringat akan rumahnya kembali. Gadis itu mulai gelisah, dan merasakan malu yang sangat hebat, jika Saddam harus menjemputnya, karena rumahnya sangat kotor dan jelek, ia takut Saddam tidak nyaman.
Dengan banyak alasan Nindya ingin bertemu diluar saja dan menaiki motor masing-masing namun Saddam tetap tidak mau.
Akhirnya jam setengah 4 sore, jam yang ditunggu-tunggu Nindya, gadis itu membereskan meja kerjanya dengan perasaan gelisah apakah Saddam akan menerima keadaannya yang miskin.
Nindya terus saja melamun hingga jam kerja benar-benar telah usai dan kebetulan Nindya tidak ada jadwal lembur, karena mereka baru saja menyelesaikan barang yang akan di ekspor.
Apaknya sudah menunggu Nindya di luar pabrik menjemputnya memakai motor butut jaman 90an, dan membawa beberapa perlengkapan alat tukang.
Sesampainya di rumah gadis itu dengan cepat bersiap-siap, ia tidak ingin membuat Saddam menunggu di rumahnya yang banyak debu dan lantai yang kotor, sesering apapun Nindya membersihkannya namun rumahnya tetap terasa kotor, mungkin karena rumah itu bangunan lama dan tidak pernah di renovasi, apalagi ia takut jika hari ini turun hujan Saddam akan tau bahwa rumahnya banyak yang bocor, dan parahnya Nindya pasti akan kebingungan bagaimana memperlakukan Saddam, lalu motor mahalnya akan kehujanan dan Saddam juga tidak bisa duduk dengan nyaman karena banyak atap yang bocor.
Pikiran-pikiran itu sangat mengganggu Nindya, ia tidak ingin di buat malu dan merasa tidak enak serta tidak ingin Saddam kecewa.
Terdengar suara motor CBR 150R milik Saddam berhenti di depan rumah Nindya, gadis itu tersenyum-senyum kegirangan di lihatnya dari balik jendela kamarnya, dan ia berdecak kagum betapa tampannya Saddam.
Namun gadis itu kemudian tersadar lagi dan melihat dirinya sendiri, kondisinya dan segala nya yang melekat dalam dirinya, ia tidak pantas berjalan disamping Saddam.
Nindya keluar dari kamarnya dan membukakan pintu, terlihat banyak ibu-ibu tetangga rumahnya yang melihat dengan tatapan yang menelisik dan kemudian berbisik-bisik entah mereka berbisk-bisik tentang apa namun itu tidak membuat Nindya terkejut karena begitulah para tetangganya.
"Assalamualaikum."
Kata Saddam memberi salam.
"Waalaikumsalam."
Jawab Nindya.
"Kita langsung berangkat aja mas."
Ajak Nindya.
"Kamu gak nyuruh aku masuk dulu, aku mau ijin sama orang tua mu dulu kalau aku mau ajak kamu keluar."
Jawab Saddam.
"Hmmm... Yaudah kamu duduk dulu, aku panggilin apak."
Kemudian Nindya memanggil apaknya yang sedang di belakang memberi makan kambing, tak lama apaknya datang bersama Nindya.
"Assalamualaikum pak, saya Saddam teman Nindya."
Jawab Saddam memperkenalkan diri sembari mengulurkan tangannya bersalaman.
Ayah Nindya kemudian menyambut uluran tangan Saddam.
"Ohh Nggih Mas."
"Saya ijin ajak Nindya main keluar sebentar pak tidak lama."
"Oh nggih ngihh mas."
Dalam hati Nindya ngedumel, kamu ijin atau tidak ijin sepertinya juga tidak akan jadi masalah bagi orang tuaku.
Meski orang tua Nindya, selalu memberikan pengasuhan tentang tata krama dan kesopanan namun semenjak Nindya dewasa orang tuanya tidak sekolot ketika Nindya masih kecil, mungkin karena kini Nindya juga merupakan tulang punggung keluarga sehingga orang tuanya sedikit memberikan kebebasan.
Mereka sangat demrokasi selama Nindya tidak melakukan hal-hal yang di luar batas atau hal-hal yang tidak wajar, lagi pula Nindya sudah dewasa ia tahu mana yang benar dan salah, ia tahu bagaimana menjaga dirinya sendiri.
Setelah berpamitan Nindya segera membonceng Saddam. Gadis itu sedikit terkejut karena ia merasa dirinya duduk begitu tinggi di belakang.
Tak lupa tentunya banyak pasang mata dari tetangga Nindya yang menatap menelisik apalagi yang memiliki anak perempuan pastilah seketika memiliki perasaan iri, mencibir, dan membenci Nindya, kenapa Nindya yang anak orang miskin apalagi orang tuanya tidak pernah bersekolah Nindya bisa memiliki teman atau pacar seorang laki-laki tampan bahkan terlihat kaya.
Di desa saat perempuan di jemput atau di datangi laki-laki para ibu-ibu pasti langsung seketika menyebut bahwa itu adalah pacarnya meski mereka belum tentu berpacaran.
"Kita mau kemana."
Tanya Nindya di belakang punggung Saddam, yang memakai helm.
"Nanti kamu akan tahu."
Jawab Saddam singkat di balik helm fullfacenya.
Saddam mengendarai motornya dengan kecepatan sedang, sesekali pria itu menegakkan punggungnya dan sedikit memriringkan kepalanya untuk berbicara pada Nindya membuat gadis itu merasakan sesuatu yang semakin membuatnya terkagum pada Saddam. Apalagi aroma parfum Saddam yang wangi dan lembut.
Ternyata Saddam membawa Nindya sebuah mall dikawasan kota, Saddam memarkir motornya di bassemant, kemudian mereka berjalan beriringan. Saat itulah tiba-tiba Saddam menggandeng tangan Nindya yang mungil, tangan Saddam yang cukup besar dengan kuat menggenggam tangan mungil Nindya membuat gadis itu tekejut dan sekilas melihat Saddam, namun dalam benaknya ia kembali menyadarkan dirinya sendiri.
"Dia hanya takut nanti aku hilang/tersesat, jadi dia menggandeng tanganku."
Setelah berjalan cukup jauh dan menaiki lift sampailah mereka di lantai 3. Lantai yang di penuhi dengan para penjual ponsel. Sekali lagi Nindya dibuat heran, untuk apa Saddam mengajaknya kesini.
"Hei boss... Siapa nih."
Kata seorang pria salah satu pemilik toko ponsel sembari bersalaman ala sohib antar pria dan melirik Nindya.
"Temen."
Jawab Saddam singkat.
Mendengar Saddam menjawab bahwa Nindya adalah teman sedikit banyak membuat gadis itu murung, namun Nindya harus selalu sadar diri.
"Kita memang hanya teman, aku mengharapkan apa, sadarlah jangan naif!"
Saddam memgambil kursi untuk Nindya dan mengisyaratkan gadis itu untuk duduk.
"Kenapa lama gak kesini boss."
Kata pria itu lagi.
"Aku sibuk. Ambilkan Iphone 6 s+ warna Rose Gold."
Perintah Saddam.
Tak lama kemudian, pemilik toko membawa Iphone 6S+ ditangannya. Masih baru dan belum di buka sama sekali.
"Menurut kamu gimana."
Kata Saddam yang masih berdiri di samping Nindya.
"Bagus."
"Ambilkan yang warna grey."
Kata Saddam lagi memberi perintah.
Dengan sigap dan cepat pria itu mengambilkannya.
"Bagus yang mana menurutmu."
Tanya Saddam pada Nindya.
"Selera sih, karena aku cewek menurutku lebih bagus yang pertama tadi yang pink."
Kata Nindya.
"Buka yang ini."
Perintah Saddam kembali dan menunjuk Iphone berwarna Rose Gold.
Pemilik toko memanggil karyawannya dan menyuruhnya membuka kardus Iphone 6s+ itu dengan hati-hati dan kemudian memberikannya pada Saddam untuk di cek.
.
.
.
~bersambung~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
eva nindia 🦐
masih dbkin melumer am saddam
2021-07-16
1
hannabi
Senangnya akhirnya dapat kabar🤗
2021-07-16
1
Ken~
ihwaw
2021-07-15
4