Sesungguhnya tadi laboratorium komputer, Thea sudah sempat meregistrasi. Sudah mengklik "submit" juga. Ia membuka kembali situs JKT48 itu hanya untuk sesuatu. Sesuatu yang sukar dijelaskan. Rumit. Saking rumitnya, ia hanya celingak-celinguk tiap sisi dari situs idol group pertama di Indonesia itu. Entah apa tujuannya. Mungkin sekedar mengenal lebih lanjut dari JKT48. Gadis itu masih saja punya firasat akan menjadi bagian dari idol group itu.... suatu saat, kelak.
Ia buka laman "Member". Jari-jarinya lincah berpindah dari satu foto ke foto lain. Aki Takajo, Ayana Shahab, Bebi Chaesara Anadila.... hingga Thalia Ivanka Elisabeth. Semuanya ada empat puluh tujuh gadis muda nan cantik - yang sebaya dirinya, mungkin. Ia akui, mereka cantik-cantik. Terlebih anggota yang bernama Jessica Veranda yang akrab disapa Ve itu. Yang ia heran, mengapa ada istilah trainee? Ini sebetulnya grup musik atau sebuah kantor sih? Lalu kenapa anggota yang keluar dikatakannya graduate? Ah, mungkin itu semacam eufemisme. Yang bikin dahinya semakin berkerut.... kenapa anggota AKB48 harus ditransfer ke JKT48? Itu semakin mirip sebuah kantor saja.
Namun Thea memilih tak memusingkannya. Bukan itu yang ada di kepalanya. Ia masih dilema. Sangat dilematis. Dilemparkan pandangannya menuju jam dinding yang tergantung tepat beberapa centi dari pendingin udara. Sudah jam sembilan lebih beberapa menit. Harusnya ia tidur. Kalau tidak, ia bisa terlambat ke sekolah. Terlambat artinya dapat hukuman keliling lapangan sepakbola yang cukup luas - sebanyak sepuluh putaran. Tapi hukuman itu bukan sebuah persoalan besar. Persoalannya adalah....
....dilemanya itu.
"Gue ini bodoh banget sih..." gerutunya dengan suara sepelan mungkin. Mungkin untuk mencegah ada yang mengupingnya dari luar kamar. Terlebih adiknya yang jahil, Felix.
Thea masih menyesali keputusannya untuk meregistrasi diri. Mengapa harus cepat-cepat isi formulir dan submit? Sebegitu cepatnya melakukan registrasi, padahal ia masih bimbang. Malaikat sebelah kanan berkata: "Jangan daftar, Te! Kasihan Aldo. Masa kamu tega mengakhiri hubungan kalian selama dua tahun?" Sementara setan berkata: "Udah, registrasi aja. Kesempatan nggak datang dua kali." Dasar setan konyol. Kesempatan apa sih maksudnya? Lolos saja belum. Itu kan baru registrasi. Setan Thea memang aneh. Sangat aneh.
Tiba-tiba pandangannya sudah kembali ke layar komputer jinjing warna birunya. Tangannya gesit saja - membuka tab baru. Di tab itu, ia mengetikan sebuah alamat. Itu Youtube. Iseng saja mengetikan kata kunci "JKT48". Sudah lumayan banyak video berbau JKT48 yang diunggah ke sana. Ada yang resmi dari JKT Operational Team, ada juga yang berasal dari fan; itu biasanya berupa video rekaman di atas panggung idol group yang kebanyakan personelnya masih pelajar putih abu-abu. Ia pindah dari satu video ke video lain. Sampai akhirnya, tiba juga di sebuah video. Sebuah fancam lagi. Ada seorang fan yang mengunggah video rekamannya terhadap penampilan panggung Jeje dan Melody yang menyanyikan lagu "Temodemo no Namida".
Bukan suara penyanyinya, bukan juga iramanya. Yang ia perhatikan lirik lagunya. Oh tidak. Liriknya sangat menyentuh dirinya. Hatinya meleleh dahsyat. Bak lelehan magma yang turun gunung dan membanjiri sawah-sawah di bawahnya. Kata demi kata dari lagu itu membangkitkan kembali sebuah memori.
Itu waktu dirinya masih kelas sepuluh - kali pertamanya jadi pelajar SMA. Masa-masa MOS yang menyenangkan sekaligus menyebalkan. Saat itu, tiap murid masih harus mengenakan seragam putih-biru. Selepas dari mobil ayahnya yang sedan perak, ia bergegas menuju gerbang sekolah. Tak berani ia masuk. Hanya berada di pos satpam. Bukan takut juga, hanya saja ia sedang menghubungi temannya, Ester. Ester merupakan sahabatnya sejak SD. Ia masuk ke SMA itu juga karena Ester. Mereka berdua datang dari sekolah negeri; SD mereka juga dulu SD negeri. Keputusan dirinya dan Ester mendadak memilih sekolah swasta, karena dengar-dengar sekolah swasta memiliki standar lebih tinggi; apalagi sekolah swasta tersebut cukup terkenal dan lumayan teruji di SNMPTN.
"Kok nggak dijawab sih?" gerutu Thea. "Lu lagi dimana sih, Ter? Bentar lagi belnya bunyi, gue nggak enak sendirian di tempat yang masih baru ini."
Thea mulai senewen. Duduk-berdiri-duduk-berdiri; itulah yang terus dilakukannya. Sampai si satpam mau tertawa. Terlebih seorang remaja pria yang beringsut padanya. Telinganya disumpal sebuah headset. Tapi tenang saja, tak ada suara yang akan keluar dari gadget-nya.
"Permisi," kata anak laki-laki itu.
"Yah?" balas Thea dengan ponsel masih berada dekat telinga.
"Kamu itu anak baru juga yah?"
Thea mengangguk.
Laki-laki itu hanya berjengit sambil ber-"Ooooh..."- lalu ia langsung melengos begitu saja sembari mengantongi kedua lengannya. Kepalanya agak mendongak. Ia menyiulkan sebuah lagu. Entahlah, ia tak tahu. Dari iramanya, ia tidak terlalu familiar.
Thea merengus. Sebal. Laki-laki itu sungguh tak sopan. Main selonong saja, tak ada ucapan terimakasih. Pikirannya mulai berpikir yang bukan-bukan. Jangan-jangan, laki-laki itu dari keluarga yang rusak? Atau seorang anak yang kesepian. Itu seperti yang diceritakan di sinetron-sinetron atau drama-drama Asia. Salah satunya, Meteor Garden.
Ah.....
Thea tersentak. Lagu yang ia dengar tadi itu nada-nadanya seperti lagu yang ia dengar tadi. Walau demikian, Thea merasa tak seratus persen mirip. JKT48 itu lahir di tahun 2011. Sedangkan ia dan Aldo (Yah si cowok sombong itu ialah Aldo) baru masuk. Mungkin itu lagu AKB48. Dengar-dengar sih, lagu-lagu JKT48 itu masih daur ulang dari AKB48. Ia lalu iseng saja mencari tahu lebih soal versi bahasa Jepang-nya. Tapi...
...siapa sangka juga, lagu dari sebuah idol group dapat mempertemukan kedua anak manusia yang masih berusia belasan tahun.
*****
Kebetulan atau tidak, Aldo juga berada di depan laptop. Layarnya menampilkan Youtube. Ia asyik mendengarkan lagu "Temodemo no Namida". Versi bahasa Jepang. Dibawakan oleh Haruka Shimazaki dan Mina Oba. Itu lagu yang sama dengan lagu yang didengarkan saat ia bersua dengan Thea kali pertama. Bedanya hanya penyanyinya saja - ialah oleh Yuki Kashiwagi dan Mika Saeki.
Hanya saja Aldo malah tak sadar - atau tepatnya lupa - momen pertama ia berjumpa dengan Thea. Cowok itu malah tak pernah tahu perasaan Thea yang sesungguhnya. Yang ia tahu, ia menembak Thea saat jam Olahraga dan.... diterima. Ia hanya tahu Thea terkesan dengan usahanya yang menyatakan suka seraya lari keliling lapangan basket; tak kenal rasa malu pula, karena aksinya itu diperhatikan oleh banyak orang. Ia tidak tahu Thea yang sebetulnya sudah menyukainya lebih dahulu sebelum ditembak. Gadis itu suka dengan Aldo yang apatis, penuh percaya diri, dan bisa dikatakan apa adanya. Yah cowok itu tak peduli dengan anggapan orang-orang akan dirinya yang fan JKT48, maniak anime, seorang wota sejati, atau si aneh yang suka melanturkan kata-kata berbahasa Jepang - yang kalau orang tahu artinya, pastilah akan angguk-angguk takzim.
"Do!!!" seru ibunya dari arah luar kamarnya. "Udah tidur, besok sekolah. Kamu jangan kemalaman gitu internetannya."
"Bentar lagi, Ma." seru balik Aldo.
Lima menit berselang, Aldo tak kunjung tidur. Ia masih saja saja terpaku di depan laptop. Masih berusaha menghilangkan rasa kecewa akibat diputusi Thea. Besok nanti, ia harus melakukan apa kalau bertemu mantannya itu? Haruskah minta balik? Tapi ia tak tega. Kalau ia lakukan, itu sama saja artinya menghalangi seseorang untuk menggapai mimpinya. Tapi kalau ia abaikan - lalu cari pacar baru, ia masih cinta. Juga tak enak dengan anggapan orang. Itu terlihat, hubungan mereka putus karen dirinya sendiri.
Aldo berdecak. "Masih SMA gini, kenapa masalah gue udah kayak orang dewasa aja? Pusing gue."
Laptop langsung dimatikan. Ia bergegas ke arah tempat tidur. Bukan untuk tidur, hanya merebahkan diri sebentar. Lalu ia bangkit berdiri, berputar-putar seperti orang linglung. Ia mendekati kembali meja belajarnya. Dipandanginya foto Thea. Bibirnya manyun.
"Te, lu kok bisa kayak gini sih sama gue? Ternyata lu egois yah." desah Aldo nyaris tanpa senyum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments