~ GADIS BERHATI HANGAT ~
"Bukan, Dia bukan gadis biasa, dia malaikat tanpa sayap"
Gadis bernetra cokelat itu terbangun, meregangkan tangannya dan menguap seolah jam tidur malamnya masih kurang. Delisa, gadis cantik itu tersenyum menatap pantulan dirinya sendiri di cermin yang berada di seberang ujung ranjangnya.
Menatap wajahnya, Delisa merasa heran, Ia merasa hari itu terlihat lebih cantik dan bercahaya dari biasanya. Turun dari atas ranjang, gadis berumur dua puluh empat tahun itu berjalan menuju kamar mandi. Del heran, hari sudah pagi, tetapi suara sang mama yang biasanya berisik menyiapkan sarapan tak terdengar, bahkan lampu-lampu rumah belum dimatikan.
Membasuh mukanya, Del berjalan keluar berusaha mencari keberadaan keluarganya. Mendapati sang mama, gadis itu bergelayut manja, sambil menciumi pipi wanita yang melahirkannya.
"Del sayang mama," bisiknya, namun sang mama tak merespon dirinya.
Delisa melihat kakaknya keluar dari kamar lalu duduk di samping sang mama. Del menyapa, tapi sang kakak juga seolah tak mengetahui keberadaannya. Gadis itu hanya bisa mengernyitkan dahinya.
Melangkahkan kaki sambil menggenggam erat tali tas yang melingkar di depan dadanya, Delisa mengikuti langkah kaki sang mama dan kakaknya, mereka terlihat masuk ke dalam taksi, gadis itu masih terheran-heran mengapa mama dan kakaknya seolah tak mengetahui keberadaannya.
Taksi itu berhenti di sebuah rumah sakit. Semakin kebingungan Delisa tetap mengikuti langkah kaki mama dan kakaknya. Mereka masuk ke dalam sebuah ruangan, mirip seperti ruang rapat, di sana terlihat beberapa orang yang seperti satu keluarga dan juga dokter.
"Perkenalkan ini ibunda Delisa dan kakak perempuannya, dan ini adalah Ana, anak yang menerima donor jantung Del," ucap dokter.
Mata Delisa melebar, Ia tidak percaya dengan apa yang barusan Ia dengar, tubuhnya limbung kebelakang, alih-alih terbentur tembok, dirinya malah terjengkang kebelakang menembus tembok ruangan. Delisa ketakutan, Ia lalu berlari menuju pintu ruangan yang ditembusnya barusan, di saat yang bersamaan pintu ruangan terbuka, Del menjerit karena takut dirinya terbentur pintu itu, tapi lagi-lagi pintu itu menembus tubuhnya.
Gemetar hebat, Del kembali ke ruang dimana mama dan kakaknya berada. Ia melihat sang mama menangis di pelukan sang kakak, mendengar satu persatu orang yang berada di sana mengucapkan terima kasih.
"Terima kasih, anak saya sedang menjalani operasi transplantasi ginjal sekarang."
"Terima kasih karena donor kornea anak ibu, anak saya bisa melihat lagi, terima kasih." Seorang wanita terlihat menangis sambil berlutut di depan ibunda Delisa.
"Jangan seperti ini Bu, ini permintaan terakhir adik saya, dia ingin menolong dan memberi kebahagiaan untuk orang lain," lirih kakak Delisa sambil memegang bahu wanita yang tengah bersimpuh di kaki sang mama.
Delisa mundur kebelakang lagi, tapi kali ini tubuhnya membentur tubuh seseorang.
"Del, ayo pulang!" ucap sosok bercahaya yang tak nampak mukanya kepada Delisa.
"Tunggu... Siapa kamu? Apa... Apa aku sudah mati?" Seluruh tubuh Delisa bergetar hebat.
Sosok itu hanya menganggukkan kepalanya.
"Mustahil, pasti aku bermimpi!"
"Apa kamu masih merasakan sakit?"
"Tidak," lirih Delisa.
"Kamu adalah gadis baik, maka dari itu yang kuasa menyudahi semua rasa sakitmu."
"Tapi, tapi ada hal yang belum bisa aku penuhi, aku belum bisa membahagiakan orang tuaku."
"Orang tuamu sudah bahagia, Ia sudah memiliki tabungan berupa anak baik sepertimu di akhirat."
"Izinkan aku menemui satu orang lagi, aku ingin bertemu dengan orang itu, aku mohon!" ucap Del menghiba.
"Satu jam, waktumu hanya satu jam!"
Delisa berlari sekuat tenaga, Ia ingin menemui sosok Kai, cowok yang dia sukai sejak lama. Ia harus nengungkapkan isi hatinya, iya harus. Bibir Delisa tersenyum lebar seolah tak ada penyesalan meskipun raganya sudah tak berada di dunia.
Delisa menemukan sosok Kai, cowok itu masuk ke sebuah toko bunga. Melihat laki-laki yang ia kagumi sejak lama lagi-lagi bibirnya tersenyum bahagia.
Setelah keluar dari toko bunga, Kai meletakkan bunga di kursi samping pengemudi, cowok itu lantas membawa mobilnya menuju ke suatu tempat.
"Kai apa kamu sudah memiliki kekasih?" Bisik Delisa yang duduk di kursi penumpang sambil menatap satu bucket besar mawar putih di jok depan.
"Tak masalah," Delisa masih mengulas senyumnya.
"Kai, aku sudah mengagumimu sejak lama, kamu cowok baik, aku sering melihatmu membagi-bagikan makanan ke orang-orang yang kurang beruntung, aku juga sering melihatmu membela orang-orang yang lemah."
Kai tentu saja tak mendengar ucapan Delisa, mata cowok itu terus fokus ke jalan yang dilaluinya.
"Kai, aku menyukaimu."
Delisa hampir saja terjungkal ke depan, saat Kai tiba-tiba menghentikan mobilnya. Menengok ke Kiri, Delisa mengernyitkan dahinya mendapati Kai ternyata pergi ke sebuah tempat pemakaman umum.
Mengekor Kai yang berjalan menyusuri area pemakaman, cowok itu berhenti di sebuah pusara yang masih terlihat basah. Kai berjongkok di samping pusara itu, meletakkan bucket bunga mawar putih di dekat batu nisan.
"Del, aku menyesal, jika tahu kamu akan pergi secepat ini, aku pasti akan mengungkapkan isi hatiku kepadamu lebih cepat."
Delisa menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya, sungguh tak percaya mendengar apa yang baru saja Ia dengar.
"Tuhan lebih menyayangimu." air mata lolos dari mata Kai.
"Del, biarkan aku mencintaimu dalam diam seperti yang aku lakukan selama ini, kamu gadis berhati hangat dan baik, aku benar-benar menyesal karena tidak mengungkapkan perasaanku lebih awal."
Delisa berjongkok mensejajari Kai, bibirnya masih terus tersenyum bahagia.
"Kai, terima kasih, sepertinya sudah tidak ada yang perlu aku khawatirkan, jangan terlalu lama bersedih, terima kasih sudah menyukaiku."
Delisa berdiri, menatap Kai yang masih menangis di dekat pusaranya, gadis itu berpaling berjalan pergi, bibirnya tersenyum, Ia merasa sangat bahagia.
Terkadang kita dipertemukan
dengan orang-orang baik
agar kita tahu seberapa beruntungnya diri kita,
lalu kita dipisahkan dengan orang-orang baik itu agar kita juga sadar bahwa setiap kenangan yang telah dilalui bersama sangatlah berharga.
Mungkin kita tak pernah memiliki waktu
untuk lebih saling mengenal.
Namun, sosok gadis hangat nan baik hati itu
akan selalu terkenang.