Malam itu hawa di ruangan terasa lebih dingin. Seorang lelaki tua tampak sibuk dengan barang-barang di mejanya.
Sesekali dia menoleh ke arahku, untuk memastikan aku tidak kabur darinya.
'Jena' begitulah lelaki tua itu memanggilku. Dia selalu memperlakukanku dengan lembut bak seorang istri. Meskipun begitu, segala yang pernah dia lakukan padaku benar-benar membuatku jijik.
Setiap malam lelaki tua tersebut, tidak pernah absen meraba-raba setiap bagian tubuhku. Aku ingin kabur darinya, tetapi entah kenapa seluruh tubuhku tidak bisa di gerakkan sama sekali. Seakan terus mematung di satu tempat.
Entahlah racikan obat apa saja yang sudah di masukkan lelaki tua itu ke dalam tubuhku.
***
Suatu hari sang lelaki tua membawa tawanan baru, yang dia panggil dengan sebutan 'Maya'. Sekarang dia punya dua mainan di setiap malam.
Fantasi yang di miliki lelaki tua itu tampaknya begitu liar. Hingga di suatu malam, dia melakukan aksinya pada kami secara bergiliran. Setelah melakukan hal bejatnya, biasanya dia langsung beranjak pergi dari sini.
Sekarang di ruangan ini hanya tinggal aku dan Maya. Sebenarnya ada yang aneh dari wanita itu. Tubuhnya terdapat tato bergambar manusia berkepala binatang. Di sekujur tubuhnya juga terdapat goresan yang membentuk gambar pentagon.
Tidak sepertiku, Maya bisa menggerakkan tubuhnya. Wanita tersebut tersenyum padaku, memperlihatkan giginya yang sudah menguning.
"Aku bisa membantumu..." ujar Maya dengan tatapan yang nampak mengerikan. Tangannya yang dingin, tiba-tiba saja memegangi bagian dadaku. Seakan dia memberikan mantra atau kekuatannya padaku.
Tubuhku langsung tersentak, dan bisa di gerakkan secara perlahan. "Hahaha... ayo bunuh lelaki tua itu!"
Mendengar ajakan Maya, aku langsung tersenyum dan menganggukkan kepala. Lelaki tua bejat itu memang pantas untuk di bunuh!
Kami pun berencana membunuh si lelaki tua besok malam. Aku juga sudah tidak sabar untuk segera pergi dari ruangan yang berbau formalin ini.
***
Ceklek!
Akhirnya lelaki tua itu datang. Aku dan Maya segera melakukan aksi kami yang pertama. Yaitu berpura-pura tidak berdaya, agar sang lelaki tua mudah terkecoh.
Tak! Tak! Tak!
Langkah kakinya mulai mendekat. Senyuman menjijikan itu kembali terukir di wajahnya. Lelaki tua tersebut mulai melepaskan kemejanya.
Perlahan tangannya mulai menyentuh wajahku. Aku mencoba memberanikan diri untuk memegang lengan lelaki tua itu. Dan bisa kulihat raut wajahnya tampak begitu ketakutan.
Bahkan Maya ikut-ikutan melakukan perlawanan dengan mengubah posisinya menjadi duduk. Si lelaki tua pun semakin ketakutan, tubuhnya tampak gemetaran. Tanpa sadar dia melangkah mundur dan terduduk ke lantai.
Aku dan Maya berdiri secara bersamaan. "Maaf... maafkan aku! .... aku mohon!" rengek lelaki tua itu sembari terus beringsut mundur.
Tanpa belas kasih sedikit pun, Maya langsung mencengkeram leher lelaki tua itu. Mulut Maya menganga lebar, dan aku bisa melihat lelaki tua tersebut begitu tersiksa dan kesakitan. Tubuhbya tiba-tiba saja langsung mengeras dan membiru.
Maya langsung melepaskan cengkeramannya setelah puas menyerap semua energi yang dia perlukan.
"Ngomong-ngomong siapa namamu?" tanya Maya dengan suara seraknya.
"Jena?" sahutku dengan nada tidak yakin.
"Hahaha! itu kan nama yang di berikan lelaki bejat itu padamu? bukan nama aslimu bodoh!" balas Maya dengan tawa gelinya yang mengerikan. Namun aku hanya terdiam mendengar ejekan Maya, karena sama sekali tidak memahami penjelasannya.
"Biar aku kasih tahu padamu..." ujar Maya lagi sembari mendekatkan mulutnya ke telingaku.
Dia pun berkata, "Alasan lelaki tua itu menamaimu Jena karena kamu adalah 'Jenazah' sedangkan aku Maya adalah 'Mayat' ... hihihi...."
Aku pun menganggukkan kepala sembari tersenyum lebar. Pantas saja lelaki tua itu sangat ketakutan melihatku dan Maya bisa bergerak.
~SELESAI~