"Lukas tidak mencintaimu, Anya.. Dia mencintai orang lain, sosok itu bukan dirimu"
Aku menatap kedua netra di hadapan ku dengan emosi. Sama sekali tidak menyangka jika pernyataan ini harus Ku dengar dari bibir Sonia. Aku menggeleng dan menatap tajam Sonia menandakan ketidaksukaan pada pernyataan Sonia.
"Anya dengar Aku, ada penjelasan yang ingin Ku sampaikan tapi tolong berpikir jernih dulu. Aku mengatakan ini karena tahu kalau Lukas..."
"Sudah Sonia, Aku tidak mau lagi mendengar apapun yang keluar dari mulutmu tentang Lukas". Aku memotong cepat kalimat Sonia sebelum kalimat penjelasan itu selesai, Aku berdiri terburu-buru tak sengaja kopi yang belum sempat Ku minum tersenggol menumpahi celana pantalon hitam favorit Ku.
Dari seberang meja Sonia tampak kaget, refleks gadis itu hendak menghampiri. Aku memutar badan secepat mungkin, panas rasa tumpahan kopi di paha Ku tidak sepanas hati ini. Sungguh diluar perkiraan kalau Sonia akan menanggapi cerita tentang Lukas dengan kalimat negatif.
Sonia adalah teman pertama di kantor, Kami pertama kali bersua saat akan menuju ruang interview kerja. Saat itu tanpa sengaja Aku menubruk dia karena sibuk mencari handphone di tas sambil berjalan Aku tidak memperhatikan ada orang di depan. Mata hazelnut Sonia membelalak kaget melihat Ku karena tubrukan itu tas Sonia jatuh dan menghamburkan isi didalamnya. Aku berkali-kali minta maaf tapi gadis itu hanya tersenyum setelah kagetnya hilang. Ternyata kami satu tujuan, menuju ruang interview kerja.
Sonia pendatang di kota ini, dari lokasi indekost yang tergolong mahal di daerah Ku. Aku menebak Sonia berasal dari keluarga berada tapi gadis itu tidak pernah bercerita tentang keluarganya. Di sosial media pun tidak banyak foto keluarga. Satu-satunya foto keluarga ketika mereka sedang makan bersama di restoran.
Aku dan Sonia diterima sebagai staf dari divisi berbeda. Jika Aku sebagai staf keuangan, Sonia di bagian pemasaran. Baru setengah tahun bergabung Sonia mendapatkan promosi sebagai supervisor. Bagiku itu hanya keberuntungan karena kebetulan supervisor kami diterima sebagai manager di perusahaan lain dan kebetulan selama setengah tahun ini Sonia melampaui target dari perusahaan. Rekan Sonia yang lainnya masih anak baru seperti kami. Marketing bukan pekerjaan yang mudah, keluar masuk karyawan karena gagal di target adalah hal lumrah.
Dia teman yang baik, care, hangat kepada siapa saja. Kami biasa menghabiskan waktu bersama-sama. Sampai suatu hari setelah setahun pertemanan kami, Aku kala itu baru pulang dari tempat fitness sendirian bertemu Sonia di coffe shop. Pertemuan tidak sengaja itu awalnya terasa canggung karena Sonia sedang bicara serius dengan seorang pria yang posisinya menghadap Sonia. Sehingga Aku tidak bisa melihat wajahnya. Aku menghampiri Sonia menyapa saja tidak bermaksud hendak bergabung.
"Sonia".
" Eh Anya, sama siapa?".
"Sendirian". Aku menjawab santai lalu hendak berlalu menuju meja lain.
"Temanmu Sonia?". Aku menoleh kearah teman lelaki Sonia.
"Iya, ini Anya teman satu kantor. Anya perkenalkan ini Lukas. Teman dari kota Ku, dia sedang ada kerjaan disini".
Aku menyalami tangan Lukas yang terasa dingin. Pria itu menatap Ku dengan tatapan lekat, Aku cukup risih.
"Lanjutkan aja ngobrolnya ya". Aku baru mau melangkah ke meja lain ketika terdengar suara Lukas.
"Gabung sini saja Anya". Aku mengerutkan kening, wajah Sonia sedikit berubah sesaat kemudian kembali tersenyum.
"Iya Anya. Sini saja gabung yuk sama kita".
Itulah pertemuan pertama Ku dengan Lukas. Teman Sonia itu bahkan sempat menanyakan nomor telpon Ku didepan Sonia. Ada ekspresi berubah di wajah Sonia tapi selanjutnya ekspresinya kembali biasa.
Sejak hari itu Lukas sering menghubungi Ku bahkan dia membuka usaha minimarket dan coffe shop di kota ini. Dia tahu Aku penikmat kopi makanya dia membuka coffe shop, alasan yang tidak masuk akal bagi orang normal tentunya tapi bagi orang sedang jatuh cinta apalagi memiliki finansial yang baik.Hal itu bukan suatu yang sulit dilakukan.
Selama ini Lukas bolak balik dari kota asalnya ke kota kami. Tentu saja karena ada usahanya disini, Lukas makin sering datang dan kami pun sering bertemu. Aku merasakan benih-benih cinta mulai tumbuh tapi segera Ku redam. Lukas memiliki wajah ganteng yang menawan, dia juga pria muda yang ulet bekerja. Aku menyangsikan jika perasaan ini mendapat sambutan yang sama.
Berapa hari lalu dalam suasana romantis di salah satu cafe pinggir pantai. Lukas meminta kesediaan Aku menjadi kekasihnya. Mata Ku berkaca-kaca, tidak menyangka ternyata perasaan Ku bersambut. Betapa bahagia hati ini. Sebagai orang yang memperkenalkan dengan Lukas, Aku mengabarkan kebahagiaan ini pada Sonia tapi sambutan yang Ku dapatkan jauh dari perkiraan.
Aku curiga Sonia menyukai Lukas tapi kecurigaan Ku tidak ada bukti tapi sejak Aku menjadi kekasih Lukas. Sikap Sonia mulai berubah.
"Tumben kamu menggunakan kemeja berwarna lilac". Sonia menatap Ku dari atas kebawah. Hari ini Aku menggunakan Kemeja berwarna lilac, rok putih, totebag berwarna ungu muda dan menguraikan rambut hitam Ku.
"Lilac kan warna yang masih trend. Wajar dong Aku menggunakannya". Aku menyahut kesal karena pertanyaan Sonia membuat rekan kantor menggoda Ku. Kebiasaan menggunakan warna hitam, coklat atau warna gelap lainnya seakan sudah menjadi ciri khas Ku tapi sejak bersama Lukas yang loyal membelanjai Ku pakaian, tas, sepatu atau printilan wanita lainnya. Membuat selera Ku berubah karena Lukas ikut memberi saran.
"Kulit putih mu pasti akan cantik dengan warna pastel atau cerah, sayang. Dipadu totebag dan sepatu ini. Aku bisa menggila cemburu kalau kamu pergi sendirian ke kantor khawatir banyak yang menginginkan mu. Aku mesti antar kamu ya". Begitu lah perhatian Lukas pada Ku. Membuat diriku seakan seperti ratu.
Di lain hari Sonia kembali berulah ketika Aku menggunakan dress terusan berwarna pink muda motif emboss dengan bunga kecil berwarna sama.
"Kamu cerah sekali Anya seperti taman bunga". Aku melirik kesal ke arah Sonia.
" Maksud mu apa?
"Anya ini seakan bukan dirimu".
"Semua orang bisa berubah Sonia". Aku menjawab ketus kearah Sonia. Gadis itu hanya menatap Ku dengan pandangan tidak bisa dimengerti.
Aku menceritakan kepada Lukas tetapi pria itu meminta Ku mengabaikan saja. Aku memilih mengikuti saran Lukas. Kekasih Ku pria baik, dia santun dan sopan kepada kedua orang tua Ku. Selain tampan dan mapan tentunya. Jelas Aku beruntung memilikinya.
Hari ini di tempat yang sama ketika Lukas meminta diriku menjadi kekasih. Lukas melamar Ku, sebuah cincin berlian mewah disematkan di jari tangan. Begitu indah memikat.
"Aku akan mengenalkan keluarga Ku pada mu, Anya. Tunggu sampai kondisi Ibu membaik ya karena baru selesai operasi bypass. Kondisi jantungnya membutuhkan pemulihan dulu". Aku mengangguk dalam hati bertekad akan memberi kabar ini pada Sonia.
**************
"Lukas akan mengenalkan Aku pada keluarganya. Kami akan menikah Sonia". Aku menunggu reaksi Sonia, kali ini nyinyiran apalagi yang akan dia sampaikan.
"Kamu mengurai rambutmu Anya sekarang warna rambutmu kecoklatan. Kau juga sudah pandai ber-makeup, hari ini pakaianmu kembali feminin. Aku nyaris tidak pernah melihat Anya yang biasa tampil casual dan sering menguncir rambut hitamnya. Suka menggunakan kemeja hitam dan celana pantolan". Aku mengernyitkan dahi, Sonia gila kah. Sama sekali tidak nyambung dengan kabar yang Ku berikan. Lukas memang sering mengajak Ku salon dan memberikan saran apa yang baik Ku gunakan. Apa salahnya aku menuruti sarannya.
"Kamu menyukai Lukas kan Sonia makanya kamu mencarikan kesalahan Ku". Aku memiringkan bibir menatap Sonia berharap ada kemarahan dalam diri gadis cantik itu tapi Sonia hanya menarik napas.
"Kamu pernah lihat akun sosial media Lukas?". Sonia mengabaikan pertanyaan Ku.
"Ya pernah, cuma ada satu foto dirinya. Dia tidak tertarik menghabiskan waktu untuk mengurus sosial media". Aku mengingat Lukas yang jarang menampilkan foto dirinya ataupun memasang foto kami berdua.
"Berapa lama kalian berhubungan dari baru kenal sampai sekarang?" Sonia mencecar Ku.
"Lima bulan. Itu bukan patokan untuk kelanggengan hubungan kalau itu dasar kamu tidak menyukai rencana ini". Aku mulai meraba ke arah mana obrolan dengan Sonia.
"Tidak masalah jika dalam waktu 5 bulan kalian berhubungan kemudian memutuskan akan menikah. Hal baik kenapa mesti ditunda tapi hal itu bisa baik kalau kamu sudah mengenal Lukas sebelumnya, Anya. Kamu tahu alasan sebenarnya Aku meninggalkan kota kelahiran dan merantau kesini?".
"Apa perduli Ku dari dulu kamu enggan menceritakannya". Sonia mengabaikan ucapan ketus Ku, dia mengeluarkan gawai dan kemudian menunjukkan instagram pribadinya ke arah Ku.
"Ini instagram Ku yang lama Sonia yang Kamu follow itu instagram baru dan jarang aktif. Aku memiliki sosial media yang tidak pernah kalian ketahui. Sekarang coba scroll foto kebawah dan temukan alasan kenapa Aku meragukan hubungan mu dengan Lukas".
Aku terperangah ketika melihat Instagram Sonia. Bukan karena penampilan wow Sonia dan teman-temannya tapi kebersamaan Sonia dengan seorang gadis.. iya seorang gadis yang wajahnya serupa dengan Ku. Dari keseluruhan foto dirinya tampak feminim dalam balutan pakaian berwarna,pastel, nude dan ceria. Rambut kecoklatannya terurai cantik.
"Dia Sandra, sahabat Ku sekaligus kekasih Lukas". Sonia menjelaskan dengan perlahan ketika melihat wajah pias Ku.
" Kemana.. kemana dia sekarang?"
"Dia sudah tidak ada lagi,Anya. Kecelakaan itu merenggut Sandra".. Sonia tampak emosi kedua netranya berkaca-kaca.
"Lukas dan Sandra akan menikah tapi suatu hari mereka bertengkar hebat, begitu hebatnya bahkan Lukas sampai menurunkan Sandra di tengah jalan lalu Aku menjemput Sandra ketika dia menelpon Ku meminta untuk dijemput. Suasana saat itu hujan begitu lebat, Sandra begitu terpukul dia menangis sepanjang perjalanan dan konsentrasi Ku sedikit terganggu sehingga kecelakaan itu terjadi. Sebuah mobil yang ngebut menyenggol kami, Aku membanting stir dan menabrak pohon lalu Sandra..Sandra ternyata terpental keluar. Kepalanya membentur aspal. Dia tidak bisa diselamatkan dalam perjalanan ke rumah sakit".
Sonia terisak terguguh. Aku segera merengkuh gadis itu dalam pelukan.
"Aku belum selesai Anya, bayangan Sandra membuat hati Ku bersalah sehingga ketika melihat lowongan perkerjaan di kantor ini. Aku bertekad akan merantau melupakan kesedihan di kota kelahiran. Begitupula Lukas dia tidak berhenti menyalahkan dirinya".
"Sonia maafkan Aku". Untung kantor saat jam istirahat sepi kalau tidak kami berdua bisa menjadi pergunjingan orang.
"Kamu tidak salah, Kamu tahu Anya. Hari pertama Aku melihatmu, jantung Ku seakan berhenti berdetak. Hal yang sama dilihat Lukas ketika pertama melihatmu. Aku sudah membuat sosial media yang baru mencoba tidak aktif di dunia maya. Menutup dari orang-orang lama. Hampir dua tahun Aku menghilang dari dunia maya sebagai diriku tentunya"
"Lukas memilih Ku karena bayangan Sandra?".
"Aku tidak ingin menghancurkan kebahagiaanmu,Anya. Dia merubah penampilanmu, gayamu. Dia membentuk Sandra dalam dirimu tapi semua terserah padamu Anya. Kau bisa meminta dia menerima sebagai Anya, kepribadian Anya bukan Sandra ".
Sonia menghapuskan airmatanya dan menegakkan kembali punggungnya. Aku menerawang jauh ke depan sambil melepaskan cincin berlian yang melekat dijari. Saat ini bukan Sonia saja yang butuh waktu menerima masa lalunya. Aku pun butuh waktu menerima calon masa depan Ku karena dicintai sebagai bayangan bukanlah pilihan bagi hidupku.
-End-