Namaku Suhadi, aku adalah seorang kepala rumah tangga yang payah. Sudah 10 tahun ini hidup keluarga kecilku masih dalam kemiskinan.
Padahal aku sudah bersabar selama itu, hingga suatu hari.., anak laki laki ku yang paling besar, minta di belikan sepeda motor ,untuk di pakai ketika berangkat bekerja dipabrik.
Saat itu aku jadi berpikir, bagaimana caranya aku bisa mendapatkan uang untuk memenuhi permintaan anakku itu.
Jujur , aku juga kasihan melihat anakku harus bangun pagi pagi sekali, menumpang sebuah mobil pick up yang membawa rumput ke kota, untuk pergi bekerja.
Aku hanyalah pekerja buruh bagunan, yang tiap hari akan dapat upah 150 ribu. Dan dari gajiku itulah aku menghidupi keluargaku, anakku ada 2 orang, yang pertama laki laki, yang bernama Utomo, dan yang kedua perempuan ,dan ku beri nama Dwi.
Untunglah istriku seorang yang penyabar, dan berhasil mendidik anak anakku dengan baik. Kedua anakku sangat memahami kondisi ekonomi kami. Mereka tidak akan mengeluh ,jika kami hanya makan 1 kali sehari. Itu toh tidak selalu nasi, kadang kami hanya makan singkong yang ada di kebun belakang rumah, seharian.
Badan mereka kurus ,dan mungkin bila di timbang tidak sesuai dengan standar kesehatan. Tapi aku sangat bersyukur, kedua anakku jarang sakit , adapun sakit, hanya sekedar sakit demam biasa.
Malam itu ,aku dan istriku membicarakan masalah ini , sembari membaringkan badan ,bersiap untuk tidur.
" Bu., Bapak harus cari pekerjaan tambahan, setidaknya menabung, walaupun sedikit demi sedikit, untuk bisa membelikan motor seken untuk Tomo."
" Bapak mau cari kerjaan tambahan di mana pak?, apa nantinya Bapak tidak kelelahan?" Balas istriku.
" Bapak akan coba berdagang asongan malam hari, seperti pak Kardi, tetangga kita."
" Tapi berdagang seperti itu pun membutuhkan modal, Pak. Untuk modalnya, kita uang dari mana?" Sahut Istriku lagi.
Aku hanya terdiam, memikirkan ucapan istriku itu. Memang benar, untuk berdagang asongan, walaupun sedikit, setidaknya butuh uang untuk membeli bahan bahan makanannya.
" Coba besok Bapak pikirkan ,Bu,..." ucapku ,hanya bisa pasrah dengan keadaan kami yang serba kekurangan.
***
Sore itu ,setelah pulang bekerja, aku sempatkan mampir ke tenda pak Kardi, yang ada di tepi jalan.
Aku berbincang bincang dengannya, mengenai perihal usaha kecil- kecilan pak Kardi ini.
"Saya modalnya mengambil pinjaman di Bank, Pak Hadi, angsuran tiap bulannya cukup ringan, dan sisanya.. ya...lumayan buat menambah penghasilan kami." Ujar Pak Kardi, menjelaskan kepadaku.
Aku hanya bisa merasa iri dengan rejeki tetanggaku itu, tapi aku tidak mempermasalahkannya . Aku yakin, Tuhan sudah mengatur rejeki umatnya masing masing.
Karena mampir ke tenda Pak Kardi, akhirnya aku pulang kemalaman. Tapi tadi pagi, aku sudah memberitahu istriku, bahwa sepulang kerja , aku akan mampir.
Aku berjalan untuk pulang, kulihat sekilas jam di pos ronda sudah menunjukkan pukul 9 malam, dan orang orang yang giliran jaga_ pun, sudah mulai berdatangan ke pos itu.
" Baru pulang Pak Hadi?" tanya salah satu dari mereka.
"Iya nih.. ,Ron." jawabku kepada temanku yang bernama Roni itu.
" Apa kamu tidak takut, melewati kebun durian di tengah kampung itu." lanjut Roni, sepertinya sengaja menakut- nakutiku.
" Apa yang perlu di takutkan, palingan juga buah durian yang jatuh." Balasku sambil berlalu.
" Ha ..ha..ha..., iya sih,...kamu benar.." Sahut Roni yang ku dengar sayup sayup , Sebab aku sudah berjalan jauh dari pos itu.
***
Suasana malam ini terasa dingin di badanku, sambil berjalan, aku menyedekapkan tangan di depan dada.
Saatnya aku melewati kebun durian di tengah kampung ini, yang katanya terkenal angker.
Tapi semenjak aku muda, dan bertahun tahun melewatinya setiap hari, tidak ada kejadian horor apapun yang aku alami.
BUGH ..
Bunyi yang ku dengar dikala aku melewati kebun itu. Sebuah durian menggelinding tepat di sampingku.
" Wah ..ketiban durian nih.." ucapku seketika. Dan merasa beruntung, sebab menemukan durian jatuh.
Aku memungutnya dan membawa durian itu ke rumah.
***
Sampai di rumah, istriku sudah menanti_ku di ruang tamu.
" Assalamualaikum..."
" Waalaikumsalam..., dapat durian dari mana pak?" tanya Wahyuni , istriku , seketika.
Tanpa berkata apa apa, kemudian aku menyerahkan buah durian itu kepada istriku.
" Cepat belah bu!, dan bangunkan Tomo dan Dwi, kita makan durian ini sama sama."
Malam itu juga, kami sekeluarga makan buah durian
tersebut.
" Durian ini enak sekali Pak, Bapak dapat dari siapa?" tanya Dwi, anak perempuanku.
Sepertinya dia menikmati durian yang aku bawa.
" Tadi Bapak nemu di jalan, pas Bapak lewat , durian itu jatuh, jadi Bapak memungutnya, lalu membawanya pulang." Jawabku ,menjelaskan kronologinya.
"Durian ini memang enak pak, kalau beli pasti harganya mahal." Sambung Tomo. Anak laki laki_ku, rupanya juga keenakan merasakan buah durian ini.
Aku tersenyum bahagia, melihat mereka makan durian itu.
Tiba tiba saja, terlintas dalam pikirannku untuk menantikan durian itu jatuh, lalu menjualnya, dengan itu, aku akan mendapatkan uang, tanpa harus keluar modal. Yang aku tahu, pohon durian itu tidak ada yang memilikinya sekarang, karena penanamnya sudah pindah ke kota, dan tanahnya juga sudah di jual kepada orang asing yang tinggal di luar negeri, dan belum pernah kemari. bathinku.
***
Malam itu, aku sengaja menyempatkan waktu untuk keluar malam- malam ,menanti durian durian itu jatuh.
Aku beranikan masuk ke kebun itu, yang katanya penuh dengan makhluk halus. Demi uang aku rela melakukan apa saja, asal halal.
BUGH...
Satu durian jatuh, dengan senter, aku berlari ke tempat durian yang terjatuh itu. Aku merasa senang , dan meletakkan buah durian itu ke dalam karung ,yang sudah aku siapkan dari rumah . Selanjutnya aku menanti lagi, durian yang lainnya jatuh lagi. Hingga tak sadar, hari sudah melewati tengah malam.
Ada 7 durian di dalam karung, dalam hati aku menghitung hitung, uang yang akan aku dapat jika durian ini di jual dengan harga 60 ribu perbuah.
" 420 ribu,...wah....aku bisa mendapatkan uang yang begitu banyak tanpa mengeluarkan modal sepeserpun." Gumamku dengan senang.
Kemudian aku putuskan untuk pulang, dan akan menjual durian ini esok hari. Aku akan menyuruh istriku ke pasar untuk menjualnya. pikiranku sudah membuat rencana.
Aku berjalan dengan pikiran gembira, hingga aku mendengar ,suara seorang wanita memanggilku.
" Pak..pak...berapa harga duriannya,...saya mau beli"
Ucap wanita itu.
"Belum apa apa, sudah laku dijalan, ini benar benar rejeki." Gumamku dalam hati.
" 60 ribu ,mbak..." jawabku langsung mematok harga tanpa ragu ragu.
" Saya beli 3 buah , Pak, ini uangnya." Tanpa tawar menawar, wanita itu langsung membeli durianku.
Aku menerima uang 200 ribu darinya.
" Waduh , Mbak,..saya tidak bawa uang kembaliannya." Jawabku , merasa bingung.
" Saya tidak minta kembaliannya , Pak, sisanya buat Bapak aja." Sahut Wanita itu ,sepertinya memang ikhlas memberi sisa uang kembaliannya kepadaku.
" Terima kasih banyak ya mbak." Jawabku selanjutnya.
Aku benar benar bersyukur.
" Iya..., sama- sama Pak, ..ngomong - ngomong, bapak mau jual duriannya dimana ?" Tanya wanita itu lagi.
" Saya besok akan bawa ke pasar." Jawab aku dengan sumringah.
" Kenapa mesti besok , Pak, ini kan sudah pagi, bapak langsung aja jual di pasar itu." ucap wanita itu, sambil menunjuk ke sebuah pasar yang sudah ramai dengan pengunjung.
Setelah berterima kasih dan pamit, aku langsung menggelar dagangannku di pasar itu.
Tidak butuh waktu lama, sisa durianku habis terjual. Kemudian aku pulang dengan hati yang gembira menuju rumah.
Aku berjalan dengan penuh semangat. Hingga di jalan, aku bertemu pak Haji Imron, yang akan pergi ke masjid. Dia memanggilku,
" Pak Hadi....habis dari mana, subuh subuh begini baru pulang."
" Saya habis ke pasar pak, menjual durian saya."
" Wah...pak Hadi sekarang jualan durian"
" Iya pak. haji,...lumayan buat penghasilan tambahan."
" Bapak mau kemana?" tanyaku kemudian.
" Ya mau ke masjid pak Hadi, ayo...sekalian pak Hadi ke masjid bareng saya." lanjut Pak Haji Imron.
" Nanti saja pak, saya mau pulang ke rumah dulu." jawabku, lalu berjalan menuju rumah.
Sejak saat itu, hidup keluargaku mengalami peningkatan ekonomi ,dan sebentar lagi , aku akan mampu membelikan motor untuk Tomo, karena uang yang aku kumpulkan sudah banyak dan akan cukup untuk membeli motor seken.
***
Hari ini adalah malam jum' at, dan giliran untukku menggelar tahlilan di rumah.
Sehabis tahlilan ,sekitar pukul 9 malam, aku pergi seperti biasa, untuk memulung durian di kebun itu.
Tapi malam ini , aku merasa badanku tidak sehat. Tapi demi menjemput rejeki, tidak aku hiraukan kondisi tubuhku yang kurang sehat ini
Anehnya, malam ini tidak ada satupun buah durian yang jatuh , dan ku lihat, jam di handphone jadulku, sudah menunjukkan pukul 11 malam.
BUGH
seketika sebuah durian jatuh, yang aku nantikan akhirnya datang juga, aku segera berlari dan akan memungut buah durian itu.
Aku mengambil buah durian itu, dan akan memasukkannya ke wadah. Tiba tiba saja buah durian itu berubah wujud menjadi sebuah potongan kepala manusia.
" HAHHH..."
Aku sangat terkejut, dan aku membuangnya dengan melemparkannya jauh. Aku sedikit tak percaya, dengan apa yang baru saja aku lihat, karena ketika saat melempar, sepertinya aku menyentuh permukaan buah durian.
Dengan itu ,aku mengarahkan senterku, ke arah mana ,barang yang aku buang tadi . Kulihat, ada sebuah durian di sana.
Aku mengucek mataku, memastikan apa yang aku lihat itu benar,sembari jantungku berdebar hebat.
Ternyata benar, itu adalah buah durian, bukan potongan kepala manusia. Mungkin aku memang berhalusinasi.
Aku kembali memungut buah tersebut ,dan memasukkannya ke dalam karung.
Dengan kejadian itu, aku sama sekali tidak merasa takut, karena pikiranku memikirkan hal hal yang positif.
Hingga pukul 2 malam, hanya 4 buah saja ,buah durian yang aku dapatkan.
Aku merasa mengantuk dan aku memutuskan untuk pulang.
Seperti biasa, istriku selalu menyambutku dengan hangat.
" Pak,....kok wajah Bapak terlihat pucat, apa Bapak sakit?" Tanya istriku malam ini.
" Iya Bu, Bapak kelihatannya sakit, badan Bapak pegal semua,dan lemas."
" Ya sudah, ...Bapak segera istirahat". lanjut istriku kemudian.
Sebelum beranjak tidur, aku pergi ke kamar mandi , untuk membasuh muka. Setelah selesai aku berjalan menuju kamar.
" Lho , Pak,...kok duriannya masih banyak, apa Bapak tidak menjualnya?"
" Tadinya Bapak berencana ke pasar, tapi kelihatannya Pasarnya masih tutup, suasana pasarnya sepi.." jawabku sambil menuju ke kamar.
Sesampainya di kamar, aku membaringkan badanku yang sepertinya tidak bertenaga sama sekali, badanku terasa lemas.
"Uhuk..uhuk.."
Aku batuk dan segera bangun dari berbaring, bermaksud meludah di atas tanah. Darah keluar dari mulutku, dan itu membuat istriku sangat terkejut.
" Pak..apa yang terjadi pada Bapak, kulit wajah Bapak terlihat menghitam dan keriput." Tanya istriku dengan ekpresinya yang terkejut dan panik.
" Sudahlah, Bu, tidak perlu khawatir seperti itu, Bapak memang sudah mulai tua, jadi wajar kalau keriput." jawabku dengan biasa, karena memang wajar ,semua orang pasti akan mengalaminya.
***
Pagi harinya, aku tidak bisa bangun sendiri dari tempat tidur. Aku memanggil istriku yang sedang mencuci pakaian, untuk membantuku berdiri.
" Bapak pagi ini tidak ke pasar?" tanya Tomo yang keluar dari kamarnya dengan kostum olahraga.
" Bapak mau bagi saja buah duriannya."
" Tomo, tolong antarkan ke pak Kardi 1 buah, lalu Pak yanto 1 buah, dan pak Haji Imron 1 buah, sisanya satu boleh kalian makan.
Tomo segera berangkat mengantar buah durian itu ke tetangga dan pak Haji. Setelah Tomo selesai menjalankan perintahku, kedua anakku itu kemudian membelah duriannya dan segera memakan buah berwarna kuning itu.
" Ueekk.., cih...", Dwi putriku meludah ke lantai tanah rumah kami ini.
" Kok rasanya amis pak, dan busuk, padahal baunya enak, seharusnya kan rasanya enak, tapi ini kok seperti amis...dan..."
Belum sempat Dwi mengatakan ucapannya, Pak Haji Imron datang dengan mengendarai sepeda motor maticnya.
" Assalamualaikum.."
" Waalaikum salam.." jawab kami kompak.
" Maaf pak Hadi, saya disini ingin bilang pada pak Hadi." Ucap Pak haji, sambil menatap iba pada ku.
Aku merasa risih di tatap oleh nya, dan seketika berkata,
" Kenapa pak Haji, memandang saya dengan panik.?"
" Begini pak Hadi, sebetulnya saya disini untuk menyarankan Bapak , untuk tidak usah ke kebun durian itu, karena Kebun itu adalah lingkungan hantu."
" Maksud Bapak ..?"
" Iya,...buah yang Bapak ambil dari sana sebetulnya bukan buah durian, melainkan potongan kepala orang orang yang menjadi korban para makhluk halus di sana."
Aku masih belum percaya dengan ucapan pak Haji Imron. Seketika aku menyangkal.
" Bapak ini bicara apa, apa Bapak iri dengan saya?"
" Bukan begitu pak Hadi, baiklah kalo Bapak tidak percaya, saya akan perlihatkan pada bapak."
Bapak Haji kemudian membacakan ayat ayat suci al qur an, dan berdoa.
Tidak butuh waktu lama, buah durian itu berubah menjadi potongan kepala manusia.
Anak anakku kemudian ketakutan dan menjerit ,seketika menjauh , begitupun istriku.
Pak Haji masih tetap membacakan ,
" Ihihihihihihi.....," , muncullah hantu wanita yang menyeramkan , berada di belakangku dan menarik rambutku.
" Aaaagghhh..., pak Haji..tolong saya...Aaaagghhhh...., " Aku tidak bisa melepaskan diri dari tarikan yang begitu kuat dari tangan hantu wanita itu.
Pak haji tetap membaca ayat ayat suci, dan menghitung tasbih di tangan kanannya.
" Aaaaghh...pak haaajiii....tooolooongg..sayaaaaa..."
Hantu itu makin kuat menarik rambutku ke belakang, sementara aki kesakitan sekali.
" Maafkan saya Pak Hadi, saya tidak bisa menyelamatkan bapak, karena bapak sudah banyak mencuri di tempat meraka."
Kata kata pak Haji, masih bisa aku dengar di detik detik terakhir hidupku.
Dan kini sepertinya rambutku lepas ,bersama kulit kepalaku...aku tidak bisa berbuat apa apa lagi, selain akhirnya meregangkan nyawaku selamanya.
***