"Kak, kenalkan Bunga. Pacarku"
DEEG....... DEEG........
Jantungku berdegup kencang menatap seorang gadis berada di hadapanku. Gadis yang selama setahun ini berhasil memporak-porandakkan hatiku ketika pertama kali bertemu. Gadis yang ku cari setelah pertemuan pertama kami tapi keberuntungan tak berpihak padaku karena tidak berhasil menemukannya.
"Aah, Takdir macam apa ini" Gumanku dalam hati. Gadis yang membuatku jatuh cinta pada pandangan pertama kini berada di hadapanku sebagai kekasih adikku.
🌸Flash back on🌸
Saat itu turun hujan , mobil yang ku kendarai mogok di tengah jalan. Aku keluar dari mobil untuk memeriksa. Tanpa ku sadari dari arah berlawanan ada sebuah mobil melaju kencang ke arahku.
Ciiiiiiit.........
BRUUGH...... Aku merasa tubuhku seperti terdorong sesuatu. Mataku terpejam, aku pasti sudah mati dalam benakku. Aku merasakan sesuatu menindihku. Perlahan ku buka mataku, yang ku lihat pertama kali adalah seorang gadis berada di atasku.
"Bidadari" Gumanku lirih.
"Kakak tidak apa-apa?" Suara gadis itu menyadarkanku bahwa aku masih hidup.
Aaaah aku yang bodoh ini, hanya diam mematung melihat kepergian gadis itu tanpa berterima kasih.
🌸Flash back off🌸
"Kak" Panggil Vano menyadarkan ku dari lamunan.
"Eirlangga" Ku jabat tangan gadis itu dengan sikap dinginku. Ya, aku di kenal sebagai manusia es. Aku seorang presedir dari perusahaan besar yang di dirikan oleh almarhum papa ku.
Semua orang tidak ada yang berani mengusikku terutama wanita karena buatku mereka adalah pengganggu. Dalam hidupku yang terpenting adalah keluargaku. Mama dan Vano adalah keluargaku yang saat ini harus ku jaga setelah kepergiaan papa.
"Kak, bolehkah adikmu yang tampan ini meminta tolong?" Ucap Vano adikku yang memiliki sifat humoris berbanding terbalik dengan sifat dinginku.
"Katakan" Ucapku masih dengan sikap dinginku.
"Aih, ini musim panas kak. Kenapa sikap kakak masih dingin juga" Keluh Vano mendapat tatapan tajam dariku.
"Katakan" Ku ulang kataku membuat Vano terlihat bergidik dan langsung menjelaskan keinginannya.
"Ijinkan Bunga magang di perusahaan ini selama satu bulan Kak, aku sempat mendengar sekretaris kakak sedang cuti. Bisakah kau menginjinkan Bunga menggantikannya?" Pinta Vano setengah memohon.
"Kenapa tidak kau biarkan kekasihmu magang di tempatmu?" Sebuah pertanyaan ku lontarkan pada Vano. Ya, Vano adikku sudah memiliki hotel berbintang yang cukup terkenal di kota ini.
"Tidak ada lowongan Kak" Aku mengeryitkan dahi ku mendengar jawaban entengnya Vano.
"Saya ingin magang di tempat yang sesuai dengan jurusan saya kak" Ucap Bunga menyela dengan senyum manis tentunya. Beruntung kamu Vano mendapatkan bidadari seperti Bunga. Guman ku dalam hati.
"Nah tuh kan, Kakak sudah dengar sendiri" Ejek Vano.
"Baiklah, besok mulailah berkerja" Aku masih bersikap dingin. Sesekali pandangan ku menatap Bunga gadis manis itu.
"Terima kasih Kak" Ucap mereka bersama.
🌼🌼🌼🌼🌼🌼
Hari ini adalah hari pertama Bunga berkerja denganku. Saat ini kami berada di sebuah restoran untuk menghadiri miting bersama klien ku yang baru tiba dari luar negeri.
"Selamat siang tuan Eirlangga" Sapa Bruno menjabat tanganku di ikuti seorang sekretaris dengan pakaian ketat yang minim, cantik dan seksi menurut semua mata lelaki yang memandang tapi menjijikan buatku.
Aku sering kali di hadapkan dengan banyak wanita yang berusaha menggodaku tapi sungguh tidak ada satupun yang membuatku tertarik bahkan kalau sampai mereka terlanjang di depanku. Eits, tunggu dulu. Jangan berpikir aku bukanlah laki-laki yang normal, itu salah justru aku laki-laki yang sangat normal malahan. Hanya saja aku tidak suka dengan wanita yang seperti itu.
Entah mengapa berbeda dengan wanita yang saat ini berada di sampingku. Hanya dengan senyumannya saja sudah bisa menggetarkan seluruh gelora di dalam diriku.
"Siang tuan Bruno, silahkan" Ucapku. Kami berempat pun duduk di kursi masing-masing. Bruno adalah seorang pengusaha muda yang usianya lebih tua dua tahun dariku karena saat ini usiaku sudah 28 tahun.
Kami pun berlanjut membicarakan kerja sama perusahaan kami. Sesekali aku melihat tatapan aneh Bruno pada Bunga. Sungguh aku tidak suka melihat tatapan itu seperti ada maksud tertentu di baliknya.
"Tuan Eirlangga, selain kerja sama ini. Saya juga ingin mengadakan barter dengan anda. Bagaimana kalau kita bertukar sekretaris hanya untuk semalam saja" Bisiknya di telingaku.
Tanpa berpikir, diriku yang sudah di kuasai amarah langsung melepaskan satu pukulan di wajahnya. Diapun langsung jatuh tersungkur di hadapan kami bertiga, karena kami saat ini berada di ruang VIP yang tidak ada pengunjung lain.
"Shit, jangan pernah menunjukkan wajah menjijikanmu di hadapanku lagi. Aku tidak sudi berkerja sama dengan manusia laknat sepertimu" Maki ku kesal menggandeng Bunga meninggalkan ruangan itu.
"Kak, ada apa? " Tanya Bunga khawatir saat berada di tempat parkir. Bunga memanggilku kakak saat kami berdua tapi saat bersama orang lain ia bersikap formal memanggilku tuan.
"Tidak apa-apa" Jawabku dingin masih berusaha meredam emosiku.
"Tidak semua masalah dapat di selesaikan dengan kekerasan kak" Ucap Bunga dengan wajah kalem nya, membuat amarah ku yang tersisa langsung menghilang. Sungguh hanya dengan kata-kata sederhana nya saja hati ini terasa adem. Bagaimana kalau itu kata-kata cinta, huh sejuk pastinya.
"Laki-laki itu pantas menerimanya"
"Memang masalahnya apa kak, kalau saya boleh tahu"
"Masalahnya atasanmu itu begitu bodoh" Sela Bruno yang datang tiba-tiba dari belakang.
"Apa maksud tuan? " Tanya Bunga sedangkan aku berusaha menahan amarahku yang sudah mulai meluap lagi.
"Aku hanya ingin mengajaknya bersenang-senang dengan menukar kalian selama semalam saja, dia langsung memukulku. Apa jangan-jangan atasanmu itu laki-laki yang tidak normal"
PLAAAK.......
Bunga menampar Bruno di hadapanku. Terlihat emosi di gurat wajah cantiknya.
"Yang tidak normal itu anda, laki-laki yang tidak bisa menghargai seorang wanita itu bukan laki-laki sejati. Apa anda pernah berpikir kalau wanita yang di perlakukan seperti itu adalah ibu atau adik perempuan anda. Dasar gila" Bentak Bunga sembari masuk ke dalam mobilku.
Wow.....semakin menggemaskan kalau dia marah seperti itu. Batinku.
Akupun iku masuk ke dalam mobilku meninggalkan Bruno yang masih mematung mencerna kata-kata Bunga.
"Gimana? tidak semua masalah dapat di selesaikan dengan kekerasan bukan" Godaku pada Bunga agar dia tersenyum dari wajah murungnya.
"Maaf kak" Ucapnya.
"Untuk? "
"Karena aku, kakak kehilangan kerja sama dengan perusahaan orang itu"
"Kamu salah, justru karenamu aku beruntung tidak menjalin kerja sama dengan manusia rendah itu. Sudahlah jangan di pikirkan" Akupun melajukan mobilku.
Aku mengajak Bunga makan siang di sebuah warung kecil yang tempatnya bersih, lokasinya juga strategis karena kami tadi belum sempat makan saat di restoran.
"Kenapa tersenyum" Ucapku menatap Bunga. Saat ini kami menikmati semangkuk soto ayam dan es teh sebagai minumnya.
"Bunga gak nyangka, seorang presedir seperti kakak mau makan di tempat seperti ini. Bunga jadi kagum sama kakak" Senyum Bunga dengan wajah bersinar, membuatku hampir saja tidak bisa mengendalikan diri melihatnya. Ingin menyentuh wajahnya.
"Kagum doang, padahal aku ingin kamu juga jatuh cinta padaku" Ucapku sambil tertawa seperti bercanda padahal beneran.
"Bagaimana kalau aku memang jatuh cinta beneran"
"Bagaimana kalau aku memang jatuh cinta beneran"
UHUUUK.... UHUUUUK......
Sontak ucapan Bunga membuatku tersedak soto ayam yang ku makan. Untung ayam gimana kalau sapi.
"Ha.... ha..... kakak lucu" Tawa Bunga sambil memberikan es teh padaku. Akupun meminum es teh itu. Huh andai kamu memang jatuh cinta beneran padaku, aku pasti jadi laki-laki paling bahagia di dunia ini. lalu bagaimana dengan Vano. Bathin jahatku.
🌼🌼🌼🌼🌼🌼
Seminggu sudah Bunga berkerja sebagai sekretarisku. Sebagai mahasiswa magang patut aku acungi jempol akan totalitas kerjanya. Bahkan lebih profesional menurutku dari sekretarisku yang saat ini sedang cuti melahirkan.
Hari ini kami lembur karena banyaknya perkerjaan yang menumpuk. Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Saat ini aku dan Bunga sedang berada dalam satu lift kebetulan cuman ada kami berdua saat ini di dalamnya, karena karyawan yang lain sudah pulang.
"Sudah malam, kamu pulang di jemput Vano?" Tanyaku khawatir.
"Tidak kak, Vano katanya tidak bisa jemput. Di hotelnya lagi ada masalah"
" Ya sudah, nanti aku antar. Jangan nolak, sudah malam bahaya buat kamu kalau pulang sendirian" Ucapku sudah seperti perintah untuknya.
" Terima kasih kak"
Tiba-tiba lift berhenti dan lampu padam.
"Shit, apa yang terjadi" Aku menyalakan lampu hp ku yang tidak ada sinyal sama sekali.
"Bunga takut..... Ayah..... ibu.....jangan tinggalin Bunga" Ku dengar suara Bunga berteriak ketakutan duduk membenamkan wajah di kedua lututnya.
"Hei tenang, ada aku. Kamu jangan takut" Aku duduk di sampingnya memeluknya agar tenang. Maafkan aku Vano. Gumanku dalam hati mengingat wanita yang kupeluk adalah kekasih adikku.
Sekilas Bunga mendongak menatap wajahku. Ia memelukku dengan erat. Haduh kalau begini bisa copot jantungku.
"Ada apa? jangan takut sebentar lagi lift akan menyala" Ucapku karena sebelumnya aku sudah menekan tombol darurat.
"Bunga takut kak" Ia masih mengeratkan pelukannya padaku, terasa tubuhnya gemetar ketakutan seperti trauma.
"Kamu boleh cerita kalau kamu mau" Aku memberanikan diri membelai rambutnya dengan penuh kasih sayang karena aku menyanyangi dan mencintainya.
"Dulu, Ayah dan Ibuku meninggalkanku untuk selama-lamanya dalam keadaan gelap seperti ini. Kecelakaan mobil itu, saat berada di jalan yang sepi malam hari tak ada seorang pun yang menolong"
"Saat itu, aku masih kecil hanya bisa menangis semalaman dalam keadaan gelap, remang-remang melihat kedua orang tuaku sudah berlumuran darah" Tangisnya pecah masih memelukku. Hatiku terenyuh mendengar ceritanya. Ternyata dia gadis yatim piatu sejak kecil.
"Jangan bersedih, biar Ayah dan Ibumu tenang disana. Tuhan memberikan ujian itu padamu karena Tuhan yakin kamu adalah gadis yang kuat dan aku percaya itu. Kamu itu spesial" Ucapku menenangkan Bunga.
Tiiing.....
Lampu menyala dan pintu lift sudah terbuka. Aku membantu membangunkan Bunga dan mengantarkanya pulang kerumah kakek dan neneknya. Karena setelah kepergian orang tuanya, ia tinggal bersama kakek dan neneknya.
💮💮💮💮💮💮💮
Satu bulan sudah Bunga magang di perusahaanku. Ia juga sudah menyelesaikan skripsinya. Selama satu bulan ini, kami bersama. Susah senang kami lalui, sungguh aku benar-benar merasa nyaman bersamanya. Dan rasa sayang, cinta itu benar-benar semakin besar, tumbuh subur di hatiku.
Aku sering merasakan sakit ketika melihatnya bersama adikku seperti saat ini. Kami sekeluarga sedang mengadakan acara makan malam bersama. Ibu mengundang Bunga berserta Kakek dan Neneknya ke rumah.
Hatiku merasa perih melihat pemandangan di depanku.
Hatiku merasa perih melihat pemandangan di depanku. Saat di meja makan terlihat kemesraan Vano dan Bunga saling menyuapi dengan tertawa bahagia.
"Kakakku tersayang, kenapa gak makan? Mau aku suapi juga" Goda Vano padaku dengan wajah di buat seimut mungkin membuat semua tertawa hangat melihatnya. Ingin rasanya ku jitak kepalanya.
DEEEG........
Jantungku serasa lepas mendengar percakapan ibuku dan kakek-neneknya Bunga yang ingin meresmikan hubungan mereka untuk menjadi besan.
Sakit rasanya, membayangkan wanita yang aku cintai akan menjadi milik laki-laki lain meskipun itu adalah adikku sendiri. Seharusnya aku sadar dari awal kalau cepat atau lambat hal itu akan terjadi.
Acara lamaran pun di tetapkan. Mereka sepakat seminggu lagi akan melamar Bunga.
"Harusnya langsung nikah saja Ma, gak pake lamaran segala" Protes Vano pada Mama sambil mengedipkan matanya padaku.
Apa-apaan dia, mau pamer padaku. Huh, kalau saja kau bukan adikku, sudah ku tikung pacarmu. Umpatku dalam hati.
🌺🌺🌺🌺🌺🌺
Hari ini pertama kali kerja tanpa ada Bunga karena magangnya sudah selesai. Rindu, tentu saja aku pasti rindu. Tapi rindu ku akan segera terobati karena siang ini kami janjian akan bertemu. Kalian pasti heran kan. Ini semua karena adikku Vano yang bodoh itu tidak bertanggung jawab. Seenaknya memintaku menemani Bunga memilih cincin untuk acara lamarannya nanti.
"Please kak, aku ada kerjaan mendadak yang tidak bisa di tunda. Jika tidak padamu, pada siapa lagi adikmu yang tampan ini meminta tolong" Pintanya memelas padaku. Apa boleh buat meskipun terasa sakit, akupun menuruti permintaannya. Bagaimana tak sakit hati ini, aku memilih cincin pertunangan untuk wanita yang aku cintai bersama laki-laki lain.
"Maaf ya kak" Ucap Bunga saat berada di Jewelry stores dalam sebuah mall besar di kota ini.
"Sudah gak apa-apa, harus nya saya yang minta maaf punya adik edan" Kataku menghibur Bunga. "Ya sudah, kamu pilih cincin Mana yang kamu suka" Ajakku mendekati etalase yang penuh dengan perhiasan.
"Aku bingung pilih yang mana kak, terus terang aku tidak begitu suka dengan perhiasan" Perkataannya membuatku kaget, gadis ini benar-benar polos.
Hari ginie, mana ada wanita yang tidak suka perhiasan. Gimana aku gak tambah sayang coba. Benar-benar beruntung kamu Vano. Gumanku dalam hati.
"Aku juga kurang tahu masalah perhiasan" Ku lihat satu persatu, karena masih bingung akupun memutuskan bertanya pada pelayan toko.
"Mbak, tolong tunjukkan cincin pertunangan yang paling bagus di toko ini" Tak ada respon, ku alihkan pandanganku pada karyawan toko yang menatapku kagum.
"Mbak" Suaraku agak keras mengagetkannya.
"Ah iya, yang paling tampan ya pak? " Ucap wanita itu secara tidak sadar masih melihatku. Akupun mengeryitkan dahi. Sedangkan Bunga terlihat menahan tawa.
"Yang paling bagus, Mbak" Ku ulang kataku.
"Ah iya pak, Maaf grogi kalau berhadapan dengan orang tampan" Tawa karyawan itu, sambil menunjukkan sepasang cincin yang indah. "Ini keluaran terbaru pak dan limited edition sangat cocok buat pasangan yang tampan dan cantik seperti anda berdua" Ucap karyawan itu membuatku senang karena di puji kami pasangan yang cocok dan kecewa karena kenyataannya bukan aku pasangan yang sebenarnya. Dan lagi-lagi Bunga tersenyum menahan tawa mendengar ucapan karyawan toko itu.
"Gimana Bunga kamu suka" Tanyaku.
"Gimana Bunga, kamu suka?" Tanyaku.
"Terserah kakak saja, Bunga bingung" Terlihat dia memijat pelipisnya.
Ini sebenarnya yang mau beli cincin siapa ya, yang mau nikah mereka kenapa jadi aku yang memilih cincinya. Bener-bener deh bikin hatiku tambah perih.
"Ya sudah yang ini saja mbak"
Setelah selesai membayar, akupun berinisiatif mengajak Bunga makan siang di resto dalam mall itu.
"Ada apa Bunga? " Tanyaku karena melihat Bunga yang tiba-tiba menghentikan langkah kakinya. Ku ikuti tatapan matanya. "Shit" Umpatku melihat adikku Vano terlihat bermesraan dengan wanita lain. Apa yang di lakukan si bodoh itu coba. Ku langkahkan kakiku cepat menghampiri Vano dan wanita itu.
PLAAK......
"Apa aku pernah mengajarkanmu seperti ini VANO RENALDI !!" Ucapku setelah menampar Vano. Terlihat wajah terkejut dari keduanya. Vano terdiam dan menunduk sedangkan wanita itu merasa bingung.
"Cukup kak, kakak salah paham" Aku begitu terkejut mendengar ucapan Bunga seolah membela Vano.
"Bunga jangan di teruskan" Bentak Vano.
"Hei, apa aku juga pernah mengajarkanmu membentak perempuan. Aku sungguh kecewa padamu Vano" Ucapku langsung meninggalkan mereka. Aku benar-benar kesal. "shit" Ku tendang ban mobil yang tidak tahu apa-apa saat berada di parkiran.
"Maaf" Suara Bunga menangis menganggetkanku.
"Bodoh, kenapa kau minta maaf. Di sini kamu yang tersakiti" Ku tarik tangan nya hingga tubuhnya jatuh kepelukanku. Aku memeluknya erat, begitupun dia juga membalas pelukanku dengan erat sambil menangis di dada bidangku.
🏵🏵🏵🏵🏵🏵
"Siapa wanita itu? " Tanyaku dingin pada Vano yang sudah berada di kamarnya.
"Teman kak" Vano menunduk takut terlihat kebohongan di matanya.
"Kau pikir aku anak kecil, sehingga tidak bisa membedakan. Aku tidak mau tahu jauhi wanita itu, jangan sakiti gadis sebaik Bunga atau kamu akan menyesal. Meskipun kamu adikku, aku tidak akan tinggal diam jika kamu melakukan kesalahan" Aku meninggalkan Vano menutup pintu kamarnya dengan keras.
🌸🌸🌸🌸🌸🌸
Malam ini adalah acara lamaran yang telah di tentukan. Sebenarnya aku tidak ingin ikut tapi mau bagaimana lagi, aku adalah wali bagi Vano setelah kepergian Papa. Suasana di rumah Bunga tidak begitu ramai karena hanya di hadiri kerabat dekat keluarga Bunga. Begitupun dengan keluargaku yang selain kami bertiga cuman ada Paman, adik dari ibu yang sudah seperti ayah bagi kami bersama istrinya dan beberapa sepupuku.
Sejenak mataku tak bisa berkedip, menatap intens gadis yang diam-diam aku cintai. Sungguh pemandangan indah, wajahnya terlihat cantik dengan riasan natural, memakai kebaya yang pas di tubuh indahnya.
Ya Allah andai dia jodohku.
"Di sini saya sebagai Paman, mewakili ingin menyampaikan kedatangan kami melamar ananda BUNGA ANASTASYA untuk menjadi istri dari putra keluarga kami yang bernama EIRLANGGA PRATAMA"
"Apa" Gumanku pelan. Aku merasa kaget, kenapa namaku yang di sebut. Ini pasti, pasti paman salah sangka. Aku harus mengklarifikasi. Belum sempat aku berkata, Vano dengan seringai di bibirnya mendorongku maju berhadapan dengan Bunga.
"Vano apa yang kamu lakukan" Bisikku pada Vano.
"Sudah kak, nanti saja penjelasanya" Ku lihat tidak ada protes dari Bunga dan keluarga yang lain. Ini maksudnya apa, aku benar-benar bingung. Tanpa berkata-kata lagi, ku sematkan cincin di jari manis Bunga begitupun sebaliknya.
Akhirnya kami resmi bertunangan. Bunga dan Aku bukan Vano.
"Aku menunggu penjelasanmu padaku" Bisikku pada Vano.
Setelah acara selesai, kami duduk bertiga di teras depan rumah Bunga.
"Sekarang jelaskan semua ini" Aku menatap intens Vano dan Bunga.
"Bunga dan aku sepakat kerja sama kak. Aku mencintai Nancy teman Bunga, wanita yang kakak lihat waktu di resto. Tapi Nancy sama sekali tidak mau mengakui perasaannya padaku. Akhirnya aku dan Bunga berpura-pura pacaran. Aku ingin Nancy cemburu dan akhirnya berhasil. Sekarang kami sudah sepakat pacaran kak. Kalau masalah Bunga biar dia yang jelasin, aku mau ke dalam dulu lapar kak" Jelas Vano beranjak sambil mengedipkan matanya. Bisa-bisanya dia bercanda dalam keadaan serius seperti ini.
"Maaf kak" Ucap Bunga menunduk. "Saat itu, hujan deras. Aku melihat sesosok laki-laki keluar dari mobilnya. Laki-laki itu tidak memperhatikan jalan ketika ada sebuah mobil ingin menabraknya. Aku berlari sekencang mungkin mendorong tubuh laki-laki itu. Alhamdulillah berhasil, laki-laki itu selamat. Sejak kejadian itu, aku terus terbayang wajah laki-laki itu. Entah perasaan apa ini, tapi akhirnya aku mengerti kalau aku jatuh cinta pada pandangan pertama pada laki-laki itu yang tak lain adalah Kakak"
"Waktu itu, aku melihat kakak sedang berada di sebuah resto bersama orang yang aku kenal yaitu Vano sahabat baikku. Aku memberanikan diri bertanya pada Vano dan ternyata kakak adalah kakak kandung Vano. Tadinya aku ingin menyerah karena aku ini hanya wanita biasa yang tidak sepadan kalau di bandingkan dengan Kakak. Vano pun curiga denganku. Akhirnya aku menceritakan semua pada Vano hingga terjadi kesepakatan itu" Bunga masih melanjutkan ceritanya dan aku masih setia mendengarkan.
"Vano memberiku kesempatan untuk membuat kakak jatuh cinta padaku dengan membantu aku untuk magang di perusahaan kakak dengan alasan aku sebagai pacarnya agar kakak tidak curiga. Aku tidak berharap banyak apalagi berharap kakak jatuh cinta padaku. Buatku cukup bisa melihat kakak selama satu bulan saja aku sudah senang"
" Kalau kakak ingin membatalkan pertunangan ini, aku siap"
"Kenapa?" Tanyaku pada Bunga.
"Aku tahu kakak tidak mungkin menyukaiku" Ucapnya mulai menitikan air mata. "Maaf kak, aku tidak berniat menjebak kakak dalam pertunangan ini. Ini semua karena Vano dan Mama kakak yang memaksa ketika Mama kakak mengetahui kebenarannya."
"Bodoh" Aku berjongkok di hadapan Bunga yang sedang duduk di kursi.
"Dengarkan aku, Aku juga sama. Aku jatuh cinta pada gadis yang menolongku, saat pertama kali bertemu. Setahun aku mencarimu dan tidak berhenti memikirkanmu. Hatiku rasanya sakit ketika kamu datang sebagai pacar Vano. Aku berusaha menghapus perasaanku padamu tapi bukannya berkurang malah semakin bertambah. Aku benar-benar mencintaimu BUNGA ANASTASYA. Tetaplah selalu berada di sisiku mencintai dan menyayangiku selamanya. Karena aku juga akan melakukan hal yang sama padamu. Aku akan membahagiakan mu selamanya" Dengan menitikan air mata bahagia Bunga pun memelukku dengan erat dan aku pun membalas memeluk dan mencium keningnya.
"Terima kasih sudah menyelamatkanku dan memberi cinta di hidupku"
------THE END-------------------------
by : Smile😊