Aku merebahkan badan yang sudah sedari pagi mengerjakan pekerjaan rumah yang tak ada habisnya. Sekilas teringat kalau hari ini merupakan tanggal cantik dimana semua situs belanja online memberikan promo gratis ongkir dan juga potongan harga besar-besaran.
Tiba-tiba aku teringat dengan lemari usang tempat aku menyimpan baju-baju lamaku di belakang. Sepertinya sudah perlu diganti karena selama ini sudah sering di masuki oleh tikus dan juga digunakan untuk kucing beranak. Mengenaskan sekali kondisi lemari milikku itu. Maklum, itu lemari peninggalan nenek mungkin sudah dari jaman penjajahan.
Kubuka gawai dan dengan lihainya jari jemariku menari-nari cantik di layar ponsel menyusuri semua aplikasi situs belanja online.
"Waaahhh ... ini murah dan bagus."pekik ku setelah melihat sebuah postingan penjual menawarkan lemari kayu dengan bentuk unik dan antik dengan ukuran yang cukup besar.
"Oohh... lemari bekas pakai. Tapi tak apalah. Masih bagus kelihatannya." gumamku sendiri setelah membaca keterangan yang penjual tulis.
Buru-buru aku melakukan proses pembelian, ku check out dan segera ku bayar melalui aplikasi M Banking.
"Kak, yakin mau beli lemarinya?"tiba-tiba sebuah chat masuk yang ternyata dari akun penjual lemari.
"Yakin, Kak."balasku singkat.
"Tapi ini lemari bekas, Kak. Sudah cukup tua juga."balasnya lagi.
"Iya saya sudah baca tadi keterangannya."jawabku.
"Oke, kalau begitu kami proses dulu ya, Kak."jawabnya kemudian yang tak lagi ku balas.
----------------------------------------------------------
"Permisi, pakeeettt ... " sebuah mobil pick up yang ternyata di kendarai oleh pak kurir yang membawa paket lemari ku sudah sampai di halaman rumah.
Aku bergegas berlari untuk membukakan pintu untuk mereka.
"Benar ini dengan rumah Mba Nadia?"tanya salah seorang kurir yang membawa paket.
"Iya, Pak. Saya Nadia. Tolong sekalian pindahin ke dalam ya, Pak." pintaku pada kedua kurir yang membawa lemariku.
Bersusah payah mereka berdua membawa lemari itu menuruni mobil pick up dan mengangkatnya ke dalam.
"Perasaan hanya lemari tua, mengapa mereka seperti keberatan saat membawanya?"gumamku lirih. Ku lihat dari kayunya pun juga bukan terbuat dari kayu jati atau apapun yang berat.
"Terimakasih banyak, Pak. Ini tehnya di minum dulu"ucapku pada kedua kurir tersebut setelah bersusah payah memindahkan lemari tua yang ternyata ukurannya cukup besar ke dalam rumah.
"Itu isinya apa, Mba?"tanya salah satu kurir tersebut.
"Belum ada, Pak. Masih kosong."jawabku singkat.
"Ah masa sih, Mba? Tapi berat banget lho kaya ada isinya. Lagian tadi pas kita mindahin dari si penjual dan dari mobil ke dalam rumah seperti ada isinya kok."jawab kurir tersebut.
Ku dekati lemari tersebut dan ku amati. Besar, bagus, unik, antik dan tentunya kuno. Hanya itu yang terlihat dari bentuk lemarinya. Perlahan ku buka kunci yang sedari tadi menempel di pintu lemari.
"Tuh kan, Pak. Lemarinya kosong."ucapku menunjukan lemari yang masih kosong kepada kedua kurir tersebut. Keduanya nampak bingung dengan isi dalam lemari. Bahkan mereka yakin kalau tadi merasa lemari itu ada isinya. Bahkan katanya ada suara yang bergeser di dalamnya.
"Yasudah, kami permisi dulu, Mbak. Terimakasih tehnya."ucap kedua kurir tersebut untuk berpamitan yang ku jawab dengan anggukan kepala.
Ku tinggal kebelakang lemari baruku itu untuk mengambil baju-baju yang ingin ku pindahkan. Sengaja aku meletakkan lemari tersebut di ruang depan supaya lebih leluasa memindahkan baju-baju dengan cukup pencahayaan.
"Loh, kok gak bisa dibuka. Padahal tadi gampang."gumamku sambil berusaha menarik gagang pintu lemari namun gagal. Pintu lemari serasa terkunci dari dalam.
Setelah lelah mencoba, akhirnya aku memutuskan untuk beristirahat saja di kamar. Toh masih ada hari esok untuk mengerjakannya.
Tok ... tok ... tok ... gludak ... gludak ...
Aku terperanjat saat mendengar sebuah suara yang cukup keras berasal dari ruang depan. Segera aku menghampiri asal suara. Aku keluar rumah untuk memeriksa takutnya ada yang datang. Nihil. Bahkan ternyata hari sudah gelap.
"Berapa lama aku tertidur?" aku berbicara sendiri.
Ku tutup semua pintu, jendela beserta kordennya. Aku harus bersiap-siap untuk membersihkan badan serta mencari makan keluar untuk makan malam.
Tok ... tok ... tok ... lagi, aku mendengar suara pintu di ketuk. Ku sibakan sedikit korden jendela dekat pintu untuk melihat siapa yang malam-malam begini iseng mengetuk pintu.
Dan lagi-lagi memang tak ada siapa-siapa diluar sana. Aku bergegas kebelakang untuk membersihkan badan.
Bruukkkk... kakiku refleks melompat kebelakang saat tiba-tiba lemari kayu yang baru tadi siang diantar pintunya terbuka dengan sendirinya. Ku periksa dengan seksama. Rasa penasaran mengalahkan rasa takutku. Padahal tadi siang aku tak berhasil membukanya, seperti ada yang menahan dari dalam. Namun kini pintunya bahkan terbuka lebar dengan sendirinya.
"Bantal?"aku mulai merasa takut. Tadi siang jelas-jelas lemari tersebut kosong. Namun mengapa sekarang ada bantal di dalamnya.
Ku ambil bantal yang warnanya sudah sangat usang dan kotor.
"Uuhhhmmm ..." aroma tak sedap muncul dari bantal tersebut. Aku berlari ke luar rumah untuk memuntahkan isi perutku yang bahkan belum ku isi lagi sedari siang.
"Hoooeeekkk ... hooeekk ... " berkali-kali aku mencoba mengeluarkan isi perutku. Namun gagal. Hanya air yang mampu keluar dari dalam sana. Aku memutuskan untuk kembali ke dalam dan membuang bantal tersebut. Ku ambil dan segera memasukkannya ke dalam tong sampah besar di depan pintu pagar rumah. Biar besok tukang sampah yang akan membuangnya.
Malam ini aku tak juga bisa tidur. Mungkin karena tadi siang aku tertidur sangat lama. Iseng ku buka gawaiku. Ku lihat ada sebuah chat dari akun penjual lemari tersebut.
"Kak, apa lemari sudah di terima?"tanya akun tersebut.
"Sudah, Kak." jawabku singkat.
"Jangan membuang apapun dari dalam sana, Kak." kembali kubuka pesan dari akun penjual tersebut dan kini aku mulai merasa takut.
"Oh iya, mengapa tiba-tiba ada bantal kotor dan bau di dalam lemari? Aku tak memesan bantal seperti itu." tulisku untuk membalas pesannya.
"Maaf, Kak. Biarkan benda itu disitu. Jangan di apa-apakan kalau kakak tak mau kena masalah."jawabnya.
Deg
"Apa-apaan ini. Aku bahkan tak boleh membuang barang yang bahkan sudah gak layak simpan."aku menggerutu.
"Bau, Kak. Bikin saya mual saja. Lagian bantalnya sudah saya buang di tempat sampah."jawabku jengkel.
"Yang penting saya sudah mengingatkan, kak."jawabnya lagi. Sungguh semua pesannya membuatku merasa semakin penasaran dan takut. Ku biarkan saja perintah penjual itu. Aku tak mau kalau harus menyimpan barang busuk tersebut di dalam rumah. Apalagi di dalam lemari yang akan ku pakai untuk menyimpan pakaian.
"Kriiieeeettt ... " terdengar seperti suara pintu kayu terbuka. Ku tajamkan telinga untuk memastikan bunyi ala tengah malam seperti ini. Biasanya tak pernah ada kejadian apapun di rumah ini. Namun semenjak lemari itu di rumah belum genap semalam sudah ada saja suara-suara aneh yang menerorku.
Lampu kamar yang sengaja ku padamkan membuatku tak begitu jelas melihat keadaan sekitar. Namun aku masih bisa melihat kalau ada sesuatu yang bergerak.
Deeggg ...
Jantungku berpacu dengan kencangnya. Apa yang kulihat memang tak begitu jelas. Namun sosoknya mampu ku gambarkan. Seperti ada orang lain di luar sana. Aku mampu melihat karena pintu kamarku memang tak pernah ku tutup kalau tidur. Sesosok perempuan berambut panjang berjalan perlahan sambil menyeret sebelah kakinya. Dengan rambut panjang menjuntai kebawah, dia bersusah payah berjalan dan keluar dari dalam lemari tersebut.
Nafasku memburu, keringat dingin sudah membasahi seluruh badan bahkan bajuku pun ikut basah dibuatnya.
Tak mampu aku berteriak. Aku tak ingin tiba-tiba sosok tersebut menengok ke arahku dan menghampiriku. Aku berdoa sebisaku berharap sosok itu benar-benar tak mengetahui keberadaanku disini. Ku lihat sosok tersebut keluar rumah, pintu yang sudah ku tutup malam tadi tiba-tiba terbuka dengan sendirinya. Sosok tersebut berjalan terseok menuju luar rumah. Aku ingin berlari dan bersembunyi. Namun kaki ku terasa kaku dan sulit sekali di gerakkan.
Kulihat sosok tersebut kembali lagi dengan membawa sesuatu di tangannya. Bantal, sosok itu membawa bantal tersebut kembali masuk kedalam lemari. Rasa takutku sudah tak tertahankan. Aku tak ingat apapun lagi. Badanku lemas dan pandanganku tiba-tiba berubah gelap.
Hari sudah pagi. Sinar matahari masuk melalui celah-celah jendela kamar. Perlahan ku buka kedua mata.
"Sepertinya semalam aku sudah menutup rapat semua korden. Tapi kok?"ucapanku terpotong. Aku menelan saliva mengingat apa yang sebenarnya terjadi. Kejadian aneh tadi malam tak mampu membuatku berani untuk beranjak dari tempat tidur. Apalagi sekarang korden di kamarnya sudah terbuka lebar seperti ada seseorang yang sengaja membukanya. Padahal sudah jelas-jelas semalam aku menutup rapat semuanya.
Ku beranikan diri untuk keluar rumah. Aku haru melewati lemari tersebut saat harus keluar menuju halaman. Ku lirik sekilas lemari tua tersebut. Seperti ada yang tersenyum disana. Entah hanya halusinasiku saja. Senyumnya menyeringai lebar membuat bulu kudukku berdiri. Secepat kilat aku berlari keluar rumah yang pintunya sudah tak terkunci lagi.
"Eh Nadia."panggil seseorang yang kutahu suaranya itu Mirna, teman kecilku.
"Apa, Mir?"jawabku terkejut saat mendengar tiba-tiba namaku dipanggil.
"Semalam kamu kenapa ku panggil-panggil diam saja?"tanya Mirna membuat dahiku berkerut.
"Kapan? Aku semalam gak keluar rumah, Mir."jawabku yang masih di selimuti rasa takut.
"Semalam. Kamu berdiri disini nih. Aku panggil-panggil gak jawab. Malah lihatin aku terus sampai bikin aku merinding sama tatapan matamu itu."jawab Mirna serius.
Aku yang mendengar penjelasannya hanya terdiam. Sungguh aku tak keluar semalaman. Justru aku ketakutan saat melihat sebuah sosok wanita keluar dari dalam lemari tua tersebut.
"Eh, Nad. Kamu sakit?"tanya Mirna sambil meraba dahiku.
"Eeemmm ... enggak."jawabku singkat.
"Kamu pucat, Nad."ucapnya.
'Ayo temani aku masuk, Mir. Aku pengen ngobrol sama kamu."pintaku pada Mirna.
"Loh, ini lemari dari mana?"tanya Mirna tiba-tiba.
"Kemarin aku beli di situs jual beli online. Mumpung promo."jawabku.
"Kamu gak merasa ada sesuatu dengan barang ini?"tanya Mirna tiba-tiba.
Aku lupa kalau Mirna memang sensitif dengan hal-hal yang begitu. Jangan-jangan Mirna melihat ada sesuatu yang salah dengan lemari ini.
"Memangnya kenapa?"tanyaku pura-pura tak mengerti.
"Yasudah kalau memang tak ada apa-apa. Jangan di pikirkan. Aku pulang dulu ya."pamitnya. Secepat kilat ku raih tangan Mirna. Dahi Mirna berkerut. Sepertinya ia mengerti apa yang ku maksud.
"Kita buang saja lemarinya."ucap Mirna padaku.
"Kemana?"tanyaku ragu.
"Kemana saja. Kalau bisa kita musnahkan saja."ucap Mirna menjelaskan.
"Kenapa harus dimusnahkan?"tanyaku penasaran.
"Sosok penunggunya lumayan kuat dan jahat. Dia memiliki sebuah dendam yang belum terbalas."ucap Mirna sambil membuka pintu lemari tersebut. Sontak saja kami berdua langsung menutup hidung. Aroma anyir menyeruak keluar dari dalam lemari.
"Bau apa ini?"tanyaku sambil berusaha menahan pusing yang datang tiba-tiba.
Mirna tak menjawab. Dengan sigap ia mengambil handphone yang berada di kantong bajunya. Entah ia mengobrol dengan siapa. Yang ku tahu ia hanya meminta seseorang untuk datang ke rumahku.
"Kamu punya bensin atau minyak tanah?"tanya Mirna padaku.
Aku merasakan ada sesuatu yang berbau dan hangat di lubang hidungku. Perlahan ku buka mata dan ku lihat Mirna dan beberapa tetangga rumah sudah berada di bangku ruang tamu.
"Ada apa ini? Kenapa banyak orang?"tanyaku kebingungan.
"Tak apa, Nad. Kamu hanya pingsan."jawab Mirna sambil membantuku untuk duduk. Diberikannya segelas teh yang masih hangat untuk ku minum. Aku menoleh ke samping, kearah dimana aku meletakkan lemari itu sebelumnya.
"Loh, mana lemarinya?"tanyaku.
"Sudah dibuang. Gak usah kamu cari lagi."jawab Mirna.
"Sebenarnya ada apa dengan lemari itu?"tanyaku pada Mirna.
"Kamu tadi kerasukan. Penghuni lemari itu tak mau kalau aku memintamu untuk membakarnya."jawab Mirna menjelaskan.
"Mengapa penghuni lemari itu menggangguku?"tanyaku bingung.
"Sebenarnya dia tidak hanya mengganggumu. Tapi dia akan mengganggu semua yang memiliki lemari ini."jawab Mirna.
"Penjual lemari itu tak pernah menceritakan tentang kejanggalan dari lemari itu."keluhku.
"Itu hanya akal-akalan setan itu saja. Penjual lemari itu tak ada. Setan itu sendiri yang mencari pembeli yang mau ia gunakan untuk membalas dendam."jawab Mirna.
Aku tak mengerti dengan cerita Mirna yang menurutku tak masuk akal. Ku ambil gawai dan ku telusuri kembali akun penjual lemari tersebut. Nihil, akunnya menghilang. Bahkan transaksi jual beli kami tak ada jejak.
"Dendam apa yang sebenarnya setan itu simpan?"tanyaku penasaran.
"Dulu dia dibunuh oleh kekasihnya dengan cara di bekap dengan bantal. Dan mayatnya di masukkan ke dalam lemari itu. Bahkan tak ada yang menemukannya sampai mayatnya membusuk. Lemari itu sudah dibuang sebelumnya di tengah-tengah lahan yang tak pernah di datangi orang."Mirna menjelaskan.
"Lalu, bagaimana itu lemari bisa sampai disini?"tanyaku penasaran.
"Ya itu, seperti yang ku bilang. Dia sendiri yang membuat kamu membeli lemari itu sehingga bisa sampai di tempat ini."jawab Mirna.
Kepalaku terasa sakit mendengar penjelasan Mirna sahabatku. Tak ku sangka. Aku jadi berurusan dengan mahkluk halus gara-gara sebuah lemari tua. Bahkan aku tak ingin lagi sembarangan membeli barang kuno walaupun itu antik dan dengan harga murah.