Warna hitam mulai menghiasi hamparan di atas bumi. Suara-suara binatang malam mulai menyenandungkan lagu pengantar tidur. Seorang gadis sedang duduk gelisah di teras depan rumahnya, menunggu seseorang yang akan datang berkunjung malam Minggu ini.
Sambil bernyanyi lirih, gadis bernama Laura itu memainkan smartphonenya. Sekedar membuka aplikasi perpesanan untuk menanyakan jadi atau tidaknya seseorang yang ditunggunya untuk berkunjung ke rumahnya.
"Mas... Malam ini jadi, kan ke rumah?" (Kirim)
Tak lama balasan pesan dari seseorang itu diterima Laura.
"Jadi dong, Sayang...." (Terima)
Laura menyimpan kembali smartphonenya di kantong celana setelah membaca pesan tersebut.
...
Setengah jam kemudian, sebuah motor matic Yamaha Mio berwarna biru berhenti di depan teras rumah Laura. Laura menyipitkan mata untuk melihat siapa yang turun dari atas jok motor.
"Mas Orlando. Ngapain dia ke sini? Bukannya malam ini bukan jadwalnya berkunjung ke rumah." Laura mengernyitkan keningnya hingga dahinya berkerut.
"Selamat malam, Sayang...," sapa Orlando melihat Laura berjalan menghampirinya.
"Eh, Mas Lando... kok di sini, Mas? Baru pulang kerja, ya...," tanya Laura menyembunyikan kegugupannya. Karena bukan Orlando ternyata seseorang yang ditunggu kedatangannya.
"Sini duduk di dalam, Mas." Laura mengajak Orlando masuk ke area teras rumah yang dibatasi dengan tembok bata setinggi pinggang orang dewasa dan bisa dipakai duduk-duduk.
"Di teras saja, Yang. Aku nggak lama kok," sahut Orlando.
"Eh, nggak lama? Kok tumben. Biasanya juga sebelum Cinderella pulang, Mas belum pulang. Hihihi." Mereka akhirnya duduk di teras.
"Mas cuma mau konfirmasi saja sama kamu, Yang." Orlando mengeluarkan smartphonenya dari saku jaket. Menunjukkan sebuah foto dari galeri.
"Ini beneran kamu, Yang?!"
Laura sangat terkejut melihat foto tersebut. Dia menggeleng-geleng.
"Ini tidak seperti yang kamu pikirkan, Mas. Aku bisa jel-"
Belum sempat Laura menyelesaikan kalimatnya, Orlando sudah memotong. "Gak usah dijelasin, Yang. Itu sudah sangat jelas. Kamu sudah selingkuh di belakangku. Aku tidak bisa melanjutkan hubungan kita lagi."
"Maksud Mas...."
"Kita putus!" tegas Orlando.
"Mas... maaf... Aku nggak bermaksud begitu. Dia maksa aku. Apa nggak ada kesempatan buatku, Mas?" Laura menarik pergelangan tangan Orlando.
"Aku pulang." Tanpa berlama-lama untuk mendengarkan permohonan Laura lagi, Orlando berbalik untuk pergi dan melepaskan tangannya dari tangan Laura.
Sebelum sempat menaiki motornya, sebuah motor Honda Vario berhenti di sebelah motornya. Pria seperti yang ada di foto sedang mencium pipi Laura turun dari motornya. Mereka saling tatap beberapa detik penuh tanda tanya.
Orlando memutus tatapannya dan menaiki motornya lalu menggas motornya menjauh.
Pria yang baru datang berjalan menghampiri Laura yang terpaku di teras.
"Mas Mailo...," lirih Laura.
"Siapa pria tadi, Dek?" tanya Mailo.
"Engh... itu... teman di kampus, Mas," jawab Laura ragu.
Mailo terlihat tidak percaya. "Bener??"
"Iya, Mas. Beneran." Laura berusaha tersenyum kaku. Debar di hatinya memburu. Tentu saja dia takut ketahuan.
Mailo adalah pacarnya yang lain. Pegawai PLN yang sangat Laura cintai. Karena itu Laura mau dicium olehnya. Laura tidak menyangka ada orang yang memotret mereka saat di alun-alun malam minggu kemarin dan mengirimkannya kepada Orlando, pacar cadangan Laura. Karena kadang Mailo bekerja di tempat yang tidak terjangkau sinyal operator, sehingga Laura bermain api dengan salah satu temannya di kampus.
"Ayo duduk di dalam saja, Mas biar aku bikinin minum." Laura meraih tangan Mailo untuk mengajaknya masuk. Tapi Mailo menarik tangannya kembali.
"Nggak usah. Aku sudah tau siapa pria tadi. Dia selingkuhan kamu di kampus, kan. Ini dia, kan yang bersamamu di mall?" Mailo menunjukkan foto Laura sedang bergandengan tangan dengan seorang pria, yang ternyata Orlando, di sebuah gerai makanan di mall memesan makanan.
"Kami cuma teman, Mas. Kebetulan dia nraktir aku karena nilai tesnya bagus dan aku yang membantunya belajar," aku Laura.
"Sudah, aku nggak mau dengar apa-apa lagi. Mulai sekarang kita putus." Mailo berbalik dan meninggalkan Laura di teras. Segera menaiki motornya dan pergi tanpa memedulikan teriakan Laura yang memanggilnya.
"Sial! Dalam semalam diputusin dua kali," gerutu Laura.
...
"Terima kasih infonya, Mas Erlan. Saya jadi tahu kelakuan cewek saya di belakang saya." (Kirim)
Orlando mengirim pesan ke nomor Erlan. Seseorang yang mengiriminya foto Laura dan Mailo.
...
"Mas Erlan, terima kasih sudah memberi tahu saya tentang perbuatan cewek saya dengan laki-laki lain itu. Saya lega tahu sejak awal sebelum lebih jauh hubungan kami." (Kirim)
Mailo juga mengirim pesan kepada Erlan.
...
Tak lama setelah kedua pria tadi meninggalkan rumah Laura, berhenti sebuah motor Kawasaki Ninja berwarna hijau metal di depan rumah Laura. Seseorang yang benar-benar ditunggu kedatangannya oleh Laura.
"Akhirnya kamu datang juga, Mas...," sambut Laura bergelayut di lengan Erlan.
"Gimana, mereka sudah mutusin kamu, Honey?" tanya pria yang ternyata adalah Erlan.
"Sudah, Mas. Makasih, ya kamu mau bantu aku bikin mereka mutusin aku." Laura mengajak Erlan masuk ke dalam rumah.
"No worry, Honey. I will do everything for you." Laura memberikan satu kecupan di pipi Erlan.
"Sebenarnya aku sudah lama pingin mutusin mereka. Tapi mereka terlalu baik sama aku. Jadi aku bingung karena nggak nemuin kesalahan mereka yang bisa aku jadiin alasan. Jadinya aku yang harus bikin kesalahan biar mereka ilfeel sama aku."
"Cewek nggak pernah salah, Honey...."
"Ah, Mas Erlan bisa saja...."
___***___