BAB 1: HARI TERAKHIR DI NUSANTARA 2143 M
Udara di kota Nusantara terasa sejuk dan kental dengan uap air. Semua yang tersisa dari manusia hidup di bawah permukaan—benteng baja bertingkat yang menembus dasar laut, dengan jendela kaca tebal yang memandang kegelapan abadi di luar. Permukaan bumi telah hancur akibat perang global seribu tahun yang lalu, ditinggalkan puing-puing teknologi yang merusak dan udara yang tak dapat dihirup.
Arin, gadis berusia 22 tahun dengan rambut hitam lurus dan mata yang ceria, berdiri di depan meja laboratorium. Ia adalah ilmuwan baru di lembaga penelitian portal waktu, diajarkan langsung oleh Profesor Erza—pria tua yang penuh semangat yang menghabiskan hidupnya untuk menemukan cara "kembali ke masa lalu untuk menyelamatkan masa depan". Di sampingnya, Lia—teman sekelasnya—sedang memeriksa data sensor.
"Arin, ini aneh. Energi portal tumbuh tidak terkontrol," ujar Lia dengan suara cemas.
Sebelum Arin sempat merespon, bunyi ledakan mengguncang seluruh benteng. "Serangan! Jenderal Candra telah menerobos pertahanan!" teriak seorang prajurit.
Kenji, anggota pasukan elit berusia 24 tahun dengan wajah tegas dan mata yang dingin, masuk ke laboratorium bersama Letnan Adi dan Caka. Badannya dipakaian baju pelindung tinggi teknologi, senjata energi terpasang di pinggang. "Profesor, kita harus melindungi portal! Candra ingin menggunakannya untuk mendapatkan kekuasaan tak terbatas!"
Profesor Erza mengangguk, lalu mengambil sebuah cincin kecil dari laci lemari—kunci portal. "Arin, kamu yang harus membawanya. Hanya orang dengan hati murni yang bisa membukanya dengan benar."
Tiba-tiba, Sri—rekan lama Profesor Erza yang disangka setia—melompat dari balik rak peralatan, mencoba meraih kunci. "Kunci itu milikku!" teriaknya.
Asi, senior Arin yang selalu melindungi dia, melompat menghadang Sri. Kedua orang itu berkelahi, hingga ledakan lain membuat tembok roboh. Asi terjatuh, terkena puing baja di dada. "Arin... jaga kunci..." ucapnya dengan napas terengah-engah, lalu matanya tertutup.
Arin menangis, tapi tidak sempat bersedih lama. Jenderal Candra muncul dengan senjata besar, menembak ke arah Profesor Erza. Kenji cepat melompat, melindungi Arin dan Profesor. "Caka, Letnan Adi—bela portal!"
Pertempuran memanas. Caka tewas ketika melawan pasukan Candra, Letnan Adi terluka parah. Profesor Erza menarik Arin dan Kenji ke depan portal yang menyala dengan cahaya keemasan. "Masuk sekarang! Temukan peradaban Sumeru di 3100 SM—hanya mereka yang memiliki teknologi sihir dan tenaga dalam yang bisa membantu kita!"
Sebelum mereka melompat, Kai—anak buah Candra yang selalu memandang Arin dengan pandangan mesra—mencoba meraih kunci. Kenji menendangnya jauh, lalu bersama Arin melompat ke dalam portal. Di belakang mereka, Kirana—wanita cantik yang menyukai Kenji dan membenci Arin—menembak ke arah portal, membuatnya bergetar sebelum menutup.
BAB 2: DUNIA MUKJIZAT DI 3100 SM
Arin dan Kenji mendarat di padang rumput luas yang hijau, dengan langit biru yang ceria—sesuatu yang tak pernah mereka lihat di Nusantara. Udara segar menyedot nafas mereka, dan di kejauhan terlihat gunung-gunung megah dengan kerajaan terbang yang terbuat dari batu permata dan kayu hidup.
"Ini... ini adalah Sumeru?" tanya Arin dengan mata bingung.
Tiba-tiba, suara teriakan terdengar dari balik semak. Seorang gadis berusia sekitar 20 tahun dengan rambut merah menyala dan baju perang kulit muncul, terluka di punggung dan mengejar oleh sekelompok prajurit berpakaian hitam. Dia adalah Azril—putri kerajaan Sumeru.
" Tolong... bantu aku!" teriaknya.
Kenji, meskipun masih dinging, segera menarik senjata energi (yang kebetulan masih berfungsi di sini) dan menumbangkan beberapa pengejar. Arin cepat mendekat, menutupi luka Azril dengan kain yang dibelah dari bajunya. "Tenang, aku akan bantumu sembuhkan."
Setelah pengejar lari, Azril melihat kunci di tangan Arin. Matanya memantul. "Kunci portal! Kamu pasti orang dari masa depan yang dibicarakan oleh Dewi Sandra—roh alam yang menjaga pintu waktu!"
Sebelum mereka berbicara lebih lanjut, seekor burung elang besar turun, membawa seorang wanita dengan rambut putih seperti awan dan mata yang menyinari. Ia adalah Dewi Sandra, pemegang kunci portal dan pemandu mereka. "Selamat datang, Arin dan Kenji. Dunia ini sedang dalam bahaya. Wayan—perdana menteri kerajaan tetangga Sangiran dan master sihir kegelapan—sedang merencanakan perang untuk merampas kekuasaan 'sumber cahaya' yang membuat teknologi sihir ini bekerja. Dia adalah dalang dari perjanjian cahaya yang terkorup—yang akan membuat dunia ini turun ke jurang kemunduran moral."
Kenji mengerut kening. "Jadi kita harus membantu melawan dia?"
"Ya," jawab Azril dengan nada tegas. "Tetapi kita butuh pasukan. Ayuh, ikutilah aku ke kerajaan Sumeru. Ayahku, Raja Garuda, akan mendengar ceritamu."
Di perjalanan ke kerajaan, mereka bertemu Rio—prajurit muda Sumeru yang ceria dan penuh semangat. Dia langsung menyukai Kenji dan menjadi temannya yang setia. "Kamu dari masa depan? Keren banget! Aku akan melindungi kamu sepenuh hati!"
BAB 3: PERANG CAHAYA DAN KEHIDUPAN
Di kerajaan Sumeru, Arin dan Kenji belajar tentang teknologi sihir yang luar biasa—berdasarkan tenaga dalam yang muncul dari kepercayaan pada alam dan mukjizat. Arin, yang selalu suka ilmu pengetahuan, cepat memahami prinsipnya, sementara Kenji mulai melupakan sifat dinginnya ketika melihat kebaikan warga Sumeru. Dia sering berbicara dengan Arin, berbagi cerita tentang hidup di masa depan dan ketakutan mereka. Perlahan-lahan, hati mereka saling mendekat.
Namun, bahaya tidak jauh. Wayan mengirim pasukan Sangiran menyerang kerajaan tetangga, lalu menyebarkan bohong bahwa Sumeru adalah dalang perang. Banyak raja mulai memihak Wayan, dan perang antar kerajaan meletus.
Pada hari pertama pertempuran, Arin menggunakan pengetahuannya tentang ilmu dan sihir untuk membuat perisai yang melindungi ratusan prajurit. Kenji berjuang dengan keberanian luar biasa, dibantu Rio. Azril memimpin pasukan dengan kebijaksanaan, meskipun tetap galak terhadap musuh.
"Tetap di belakangku, Arin!" teriak Kenji ketika seorang prajurit Sangiran mendekati dia.
Kai dan Kirana, yang ternyata berhasil mengikutinya melalui portal yang terbuka semula, muncul di tengah pertempuran. Kai mencoba meraih kunci dari Arin, tetapi Kenji menghalangnya. "Jangan sentuh dia!" ujar Kenji dengan suara membara—suara yang tidak pernah Arin dengar sebelumnya.
Kirana, marah melihat kedekatan Kenji dan Arin, menyerang Arin dari belakang. Azril cepat melompat menghadang, terkena serangan sihir dan terluka parah. "Azril!" teriak Arin, lalu menggunakan tenaga dalam yang baru dia pelajari untuk menyembuhkan dia.
Perang berlanjut selama minggu. Rio selalu ada di sisi Kenji, melindungi dia dari bahaya. Pada hari pertarungan puncak, Wayan muncul secara langsung, mengenakan baju hitam yang menyala dengan energi kegelapan. Dia ingin merusak sumber cahaya dan mengambil kekuasaan seluruh dunia.
"Semua akan menjadi milikku! Sihir kegelapan lebih kuat dari sihir cahaya yang lemah!" teriak Wayan, mengeluarkan serangan yang mengancam menghancurkan kerajaan.
Kenji dan Rio berjuang bersama melawan Wayan. Saat Wayan mengeluarkan serangan mematikan ke arah Kenji, Rio melompat menghadang. "Kenji, jaga Arin dan dunia ini!" ucapnya, lalu tubuhnya terjatuh dan tidak bergerak lagi.
Kenji menangis, kemarahan dan keberanian membara di hatinya. Dia mengambil senjata energi dan serangan sihir yang dia pelajari dari Azril, menyerang Wayan bersama Arin. Arin menggunakan kunci portal untuk mengumpulkan energi cahaya dari semua warga Sumeru yang percaya pada mereka. Cahaya terang menyala, melawan kegelapan Wayan.
"Kamu salah, Wayan!" teriak Arin dengan suara tegas. "Kekuasaan bukanlah tentang merampas—tapi tentang melindungi!"
Dengan bantuan Dewi Sandra dan Azril, mereka berhasil mengalahkan Wayan. Kegelapan menghilang, dan sumber cahaya kembali menyala dengan terang. Prajurit Sangiran menyerah, dan perang berakhir.
BAB 4: PILIHAN HIDUP
Setelah perang, dunia Sumeru kembali damai. Moral warga pulih, dan mereka berjanji untuk menjaga teknologi sihir dengan baik. Arin dan Kenji mengetahui bahwa energi sihir di sini tidak dapat digunakan di masa depan karena kerusakan lingkungan, tetapi mereka telah menemukan sesuatu yang lebih berharga: keberanian, persahabatan, dan cinta.
Dewi Sandra muncul, membawa portal yang telah disiapkannya. "Waktunya kamu kembali ke masa depan, Arin dan Kenji. Tapi kamu telah mengubah takdir—informasi yang kamu bawa akan membantu manusia di Nusantara membangun kembali dunia yang lebih baik."
Arin melihat Azril, yang sekarang menjadi ratu Sumeru yang bijaksana. "Kita akan selalu mengingatmu."
Kenji memegang tangan Arin, matanya penuh kasih. "Di masa depan, kita akan membangun dunia yang seindah ini—tanpa keserakahan yang merusak."
Mereka melangkah ke dalam portal, melihat cahaya Sumeru menghilang di belakang mereka. Ketika mereka mendarat di Nusantara, mereka melihat bahwa keadaan telah membaik: pasukan Candra telah dikalahkan oleh rekan-rekan mereka yang tersisa, dan Profesor Erza—yang ternyata selamat—sedang menunggu mereka dengan senyum.
"Kamu berhasil," ujar Profesor Erza. "Sekarang, mari kita mulai membangun masa depan yang baru."
Arin dan Kenji saling menatap, tahu bahwa perjuangan hidup mereka baru saja dimulai—butuh keberanian untuk melangkah maju, dan cinta untuk menjaga hati tetap murni.
Apakah ingin aku melanjutkan cerita dengan bab-bab tambahan, atau ingin mengubah bagian tertentu dari alur?
Jika ingin dukung dan suport terus ya🙏💪cerita ini cuma kerangka buat novel yang lagi AQ buat.