Benang Takdir Cinta
Dalam keheningan malam yang sunyi, di antara gemerlap bintang dan rembulan di sudut-sudut bumi yang berjauhan, terajutlah kisah dua jiwa remaja dalam benang takdir yang rumit. Ini adalah kisah tentang Mala (16 tahun), seorang gadis dari Jawa Timur dengan hati yang dipenuhi cinta, siswi SMK jurusan Manajemen Perkantoran dan Layanan Bisnis (MPLB). Di sisi lain, ada Gilang (15 tahun), seorang remaja cowok asal Kalimantan Selatan, siswa SMK jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV), yang sayangnya, hanya melihat Mala sebagai teman biasa. Sebuah pertanyaan pun menggantung di udara, menguji keyakinan mereka: "Bisakah kita bertemu lagi atas izin Allah?"
Perkenalan mereka berawal dari dunia maya, sebuah ruang tanpa batas yang mempertemukan dua insan dari latar belakang yang sangat berbeda. Ini terjadi di awal MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah) SMK mereka, ketika mereka tak sengaja bertemu di suatu grup media sosial. Obrolan mereka mengalir, mengisi hari-hari Mala dengan tawa dan harapan yang baru. Bagi Mala, Gilang adalah sosok yang istimewa, seolah jawaban atas doa-doa yang selama ini ia panjatkan. Setiap pesan dari Gilang bagaikan setetes embun penyejuk hati yang sedang gersang. Ia jatuh cinta, cinta yang dalam, tulus, yang membuatnya tak henti menyebut nama Gilang di setiap sujudnya, memohon agar pria itu menjadi jodohnya.
Namun, perasaan itu tak berbalas. Gilang, dengan segala kesederhanaannya dan fokusnya pada dunia DKV-nya, hanya menganggap Mala sebagai teman online biasa. Tak ada getaran cinta, tak ada debar rindu yang sama di hatinya. Hati Gilang tetap netral, sementara hati Mala kian membara oleh asmara.
Seiring berjalannya waktu, perbedaan pandangan ini menjadi tembok penghalang yang semakin tinggi. Pemicunya bukan hanya jarak geografis, melainkan perilaku Gilang sendiri. Mala merasakan hatinya sakit dan perih karena setiap kali berinteraksi, Gilang selalu menyebut nama sahabat ceweknya yang sedang mondok (sekolah di pesantren) di Yogyakarta kepada Mala.
Gilang bercerita tentang sahabatnya dengan mata berbinar, tanpa menyadari bahwa setiap cerita itu adalah belati yang menancap di hati Mala. Mala cemburu dan sakit hati. Di momen itulah Mala benar-benar sadar: Gilang hanya menganggapnya sebagai teman online biasa, tempat untuk berbagi cerita—termasuk cerita tentang orang lain yang mungkin lebih ia utamakan.
Mala mulai merasa lelah, lelah mengejar bayangan yang tak pernah bisa ia gapai. Akhirnya, dengan berat hati, Mala memilih untuk menyerah, melepaskan Gilang dari pengejarannya.
Mereka pun menjadi asing. Obrolan yang dulu ramai kini sunyi. Dunia maya yang mempertemukan mereka kini menjadi saksi bisu perpisahan tanpa kata. Namun, meskipun raga mereka menjauh dan komunikasi terputus, hati Mala tetap teguh. Ia mungkin telah menyerah mengejar Gilang di dunia nyata, tetapi ia tak pernah berhenti menyebut nama pria itu dalam doanya.
Di keheningan shalat malam, air mata Mala mengalir. Ia bersimpuh, memohon kepada Yang Maha Kuasa, "Ya Allah, jika Gilang memang jodohku, dekatkanlah kami kembali. Jika tidak, ikhlaskanlah hatiku." Ia percaya bahwa takdir adalah rahasia Allah, dan hanya atas izin-Nya lah segala sesuatu bisa terjadi.
Kisah Mala dan Gilang mengajarkan kita tentang kekuatan doa, tentang keteguhan hati seorang remaja dalam menghadapi rasa sakit karena cemburu dan harapan yang tak terbalas, serta tentang misteri takdir yang tak terduga. Pertanyaan "Bisakah kita bertemu lagi atas izin Allah?" tetap menjadi misteri. Apakah takdir akan mempertemukan mereka kembali di suatu titik dalam kehidupan ini, ataukah mereka hanya akan menjadi kenangan manis yang tersimpan rapi dalam lembaran kisah masing-masing? Hanya waktu dan kehendak Allah yang akan menjawabnya.
Maaf jika semisal ketikan saya agak belibet soalnya saya baru mulai ( belajar) 😇 apalagi saya masih SMK umur 16th harap di maklumi jika ketikan saya agak belibet 😇