---
[Sore di halaman belakang markas para Pemburu Iblis]
Angin sepoi-sepoi berhembus pelan. Tanjiro duduk di bawah pohon, matanya menatap langit yang mulai jingga. Name datang sambil membawa dua cangkir teh hangat, lalu duduk di sebelahnya.
Name: "Lagi ngelamun apa, Tanjiro?"
Tanjiro: tersenyum lembut "Enggak, cuma lagi menikmati suasana aja. Udara sore gini enak, ya?"
Name: "Iya sih, tapi kalau diem doang gini rasanya aneh. Biasanya kamu sibuk latihan atau ngurus Nezuko."
Tanjiro: tertawa kecil "Nezuko lagi tidur, jadi aku ada waktu buat santai sebentar. Dan kebetulan… ada kamu di sini."
Name: melirik ke arah Tanjiro "Oh? Maksudnya apa nih?"
Tanjiro: menggaruk tengkuknya, wajahnya agak memerah "Maksudnya… ya, aku seneng aja kalau bisa habisin waktu sama kamu."
Name: tertawa pelan "Iya, iya. Aku juga seneng kok."
Suasana mendadak jadi tenang, hanya terdengar suara angin yang berhembus. Name menyeruput tehnya, lalu melirik Tanjiro yang masih menatap langit dengan senyum khasnya.
Name: "Hei, Tanjiro…"
Tanjiro: "Hmm?"
Name: "Pernah kepikiran enggak? Kalau suatu hari perang ini selesai… kita bakal ngapain?"
Tanjiro: memandang Name, lalu tersenyum hangat "Aku… pengen hidup tenang. Jaga Nezuko, bangun rumah kecil di desa, dan…"
Name: menunggu dengan penasaran "Dan?"
Tanjiro: menatap Name dalam-dalam, pipinya makin merah "Dan… kalau boleh berharap, aku pengen kamu ada di sana juga."
Jantung Name berdebar kencang. Mereka saling bertatapan, lalu tanpa sadar, wajah mereka sama-sama memerah. Angin sore seakan membawa kehangatan yang berbeda.
Name: tersenyum kecil "Dasar Tanjiro… ngomongnya tiba-tiba gitu sih."
Tanjiro: tertawa pelan "Maaf… tapi aku serius."
Name: memandang Tanjiro dengan lembut "Kalau gitu… aku bakal pastiin aku tetap di sisimu sampai saat itu tiba."
Tanjiro: tersenyum lebar "Terima kasih, Name."
---
---
[Malam di Markas Pemburu Iblis]
Langit malam bertabur bintang. Udara sejuk berhembus pelan, membawa ketenangan setelah hari yang panjang. Name duduk di beranda, menatap langit sambil memeluk lututnya. Tiba-tiba, langkah kaki terdengar mendekat.
Tanjiro: dengan suara lembut "Kamu belum tidur?"
Name: menoleh dan tersenyum kecil "Belum ngantuk. Kamu sendiri?"
Tanjiro: duduk di sebelah Name "Aku juga belum. Rasanya masih pengen ngobrol sama kamu."
Name: tertawa kecil "Habis sore tadi ngomong gitu, sekarang mau ngomong apalagi nih?"
Tanjiro: menggaruk tengkuknya, sedikit malu "Hehe… ya, aku cuma kepikiran aja. Dulu, waktu kecil, aku selalu dengar cerita dari ibuku tentang bintang-bintang. Katanya, mereka itu seperti kenangan orang-orang yang kita sayangi."
Name: melihat ke langit "Hmm… kalau gitu, bintang yang mana yang jadi kenanganmu?"
Tanjiro: menunjuk satu bintang yang bersinar terang "Yang itu. Aku suka berpikir kalau itu adalah ibuku, ayahku, dan adik-adikku yang sudah pergi. Mereka masih melihatku dari sana."
Name: tersenyum lembut "Pasti mereka bangga sama kamu, Tanjiro. Kamu sudah berjuang sejauh ini."
Tanjiro: menoleh ke arah Name, matanya penuh kehangatan "Terima kasih, Name. Kamu selalu ngasih kata-kata yang bikin aku tenang."
Angin malam berhembus pelan. Name dan Tanjiro duduk berdampingan dalam diam, menikmati kebersamaan mereka.
Name: dengan suara pelan "Tanjiro…"
Tanjiro: "Hmm?"
Name: menunduk malu "Kalau bintang itu melambangkan orang-orang yang kita sayang… kira-kira, ada nggak bintang yang melambangkan aku di langit ini?"
Tanjiro menatap Name dalam-dalam. Perlahan, dia tersenyum dan mengangkat tangannya, menunjuk ke langit.
Tanjiro: "Ada. Lihat bintang yang paling terang di sana?"
Name: menatap bintang yang ditunjuk Tanjiro "Iya… kenapa?"
Tanjiro: tersenyum lembut "Itu kamu. Karena sejak pertama kali aku mengenalmu, kamu selalu bersinar di hidupku."
Jantung Name berdebar kencang. Pipinya terasa panas, dan dia tidak bisa menyembunyikan senyum di wajahnya.
Name: berbisik pelan "Dasar… kenapa sih kamu bisa ngomong hal manis kayak gini tiba-tiba?"
Tanjiro: tertawa kecil
Name: wajah memerah "D-dasar, Tanjiro!"
Tanjiro hanya tertawa, menikmati wajah merah Name yang menggemaskan. Mereka saling menatap dengan penuh kasih sayang, menikmati kebersamaan yang sederhana tapi berharga.
---
THE END.