Di sebuah taman saat musim semi, Name duduk di bawah pohon sakura sambil menatap langit yang mendung. Muichiro berdiri di dekatnya, tatapan kosong seperti biasanya, tetapi kali ini ada sesuatu di matanya—sedikit kehangatan.
---
Name: "Muichiro, menurutmu hujan akan turun?"
Muichiro: "Mungkin. Anginnya sedikit dingin."
Name: "Kalau hujan turun, kita bakal basah kuyup, nih."
Muichiro: "Aku tidak keberatan."
Name terkekeh pelan. Muichiro menoleh, melihatnya dengan ekspresi datar seperti biasa, tapi ada sedikit rasa penasaran di dalam tatapannya.
Name: "Kenapa? Ada yang aneh di wajahku?"
Muichiro: "Tidak. Aku hanya berpikir… kamu terlihat lebih ceria akhir-akhir ini."
Name: "Tentu saja! Aku senang bisa menghabiskan waktu bersamamu."
Muichiro terdiam sejenak, lalu duduk di sebelah Name. Butiran hujan mulai turun, satu per satu membasahi tanah. Name menengadahkan tangan, merasakan dinginnya air hujan menyentuh kulitnya.
Muichiro: "Kamu tidak takut masuk angin?"
Name: "Kalau bersamamu, aku tidak keberatan."
Muichiro menatapnya, lalu menghela napas pelan.
Muichiro: "Kamu selalu mengatakan hal-hal aneh."
Name: "Hah? Maksudmu?"
Muichiro: "Aku juga merasa seperti itu."
Name: "Seperti apa?"
Muichiro: "Aku tidak keberatan basah kuyup kalau bersamamu."
Name menatapnya dengan mata membulat, lalu tertawa kecil. Muichiro hanya menatapnya dengan ekspresi tenang, tetapi bibirnya sedikit melengkung ke atas. Senyum yang langka.
Hujan semakin deras, tetapi keduanya tetap di sana, duduk berdua di bawah pohon sakura yang perlahan menggugurkan kelopaknya. Tak ada kata yang perlu diucapkan lagi—karena diam pun sudah cukup untuk mengungkapkan segalanya.
Tamat.