Hallo, namaku Ardinara Ayu. Panggil aja aku nara. Usiaku 19 tahun waktu itu, ketika berhasil menikah dengan seorang pria yang dulu sempat dekat namun tanpa status dimasa lalu kini menjadi suamiku. Mungkin perjalan cintaku tak semenarik orang lain, karena hidupku terlalu lurus dan monoton untuk diceritakan. Aku hanya lulusan sekolah menengah pertama, dan tidak melanjutkan sekolah. Karena kedua orangtuaku bilang mereka tidak mampu membiayai sekolahku jika aku melanjutkannya ke jenjang pendidikan SMA. Jadinya, tanpa pikir panjang aku yang waktu itu masih usia 15 tahun memutuskan untuk bekerja saja. Agar bisa menghasilkan uang untuk membantu perekonomian keluarga, dan ya untuk diriku sendiri.
Keesokan paginya, setelah beberapa minggu diam dirumah dan menghabiskan waktu libur. Disaat teman - temanku sibuk daftar ke sekolah, dan memulai hari dimana mereka menjadi siswa baru. Aku tengah berjalan kaki menyusuri toko toko grosir dan toko pakaian untuk melamar pekerjaan, modal tekad tanpa ijazah ke pasar-pasar. Sampai akhirnya, aku keterima kerja di salah satu toko pakaian di wilayah kota. Jauh dari tempat tinggalku yang ada di desa, untungnya aku kenal dengan orang yang memiliki kenalan para pengusaha yang butuh karyawan. Sebutlah orang itu agen tenaga kerja. Aku berhasil bekerja disebuah toko pakaian dan kain yang pemiliknya orang tionghoa, China asli. Maka dari itu, aku memberi hormat dan izin ke belakang untuk menyimpan barang barangku ke kamar dan mulai bekerja. Aku diantar oleh karyawan yang ada disana, mungkin karyawan senior. Namanya Mba Juju.
Keterangan JJ dan AA
JJ = Juju Julianti (karyawan senior)
AA = Ardinara Ayu
TS = Teman Sekamar
JJ: "Nama kamu siapa tadi?"
AA: "Nama Saya Ardinara Ayu kak."
JJ: "Oke nah ini kamar kamu ya. Kamu simpan barang-barang kamu disini, terus abis itu langsung naik aja ke toko ya. Kita ada mess. Kalo mau makan dulu, kamu naik ke rumahnya koko ya. Langsung ke dapur aja ngambil nasi. Mereka suka nyediain nasi buat para karyawan. Nah telurnya, kamu ambil dari dapur disini aja. Goreng sendiri ya. Bisa masak kan?"
AA : "Oh iya makasih kak. Bisa kak."
JJ : "Oke aku mau lanjutin kerja. Aku naik dulu ya. Kamu nanti udah beres nyusul juga ke atas langsung kerja ditoko."
AA : "Siap oke kak."
Akhirnya setelah kepergian kak Juju, aku pun membuka pintu kamarku dan yah lumayan luas kamarnya. Bersih dan ada 4 kasur disini dengan ukuran besar. Namun kasur tingkat, aku kebagian tidur di kasur atas. Untungnya ranjangnya kuat, dan ada tangganya jadi aku tidak takut untuk naik turun dari kasur nanti.
Aku pun menyimpan tasku, di atas sofa secara sembarang. Dan mulai membukanya, mengambil mie instan yang aku bawa dari rumah, sosis, serta telur rebus juga nasi bekal yang dibawakan oleh ibuku. Jadi aku tidak perlu naik ke atas untuk makan, aku langsung menuju dapur. Karena kebetulan di sini ada dapur juga dan ada alat masak sederhana. Aku pun memasak mie dan setelah matang mulai makan makanan yang ku bawa untuk mengisi perutku yang jujur saja sudah mulai lapar.
Selesai makan, aku pun langsung naik ke atas pergi ke toko untuk segera bekerja. Aku menengok jam. Waktu menunjukkan pukul 14.00 siang. Yah, sudah satu jam lebih aku disini dan sudah diperbolehkan bekerja. Jadi aku beranggapan bahwa upahku dihitung dari hari ini.
Selama bekerja, aku lebih banyak diam karena baru masuk masih malu dan belum kenal dengan semua orang yang ada disini. Sampai toko ini tutup pada jam 8 malam. Yang aku kira, jika sudah beres tutup toko langsung ke kamar istirahat. Ternyata tidak, aku dan yang lainnya naik dulu ke rumah majikanku yang china itu untuk mencuci piring bekas mereka makan dan membersihkan dapur. Baru setelah beres itu, baru bisa turun ke bawah alias pergi ke kamar untuk istirahat.
Waktu itu beres kerja di dapur pukul 21.15 menit. Aku dan yang lain turun ke bawah, dan menuju kamar. Karena aku tidak biasa dengan kebiasaan habis beraktivitas langsung tidur, aku pun memilih untuk mandi malam itu bertujuan agar istirahatku lebih nyaman karena tubuhku merasa bersih dan lebih rileks.
Selesai mandi dan berpakaian, kami pun aku dan teman sekamar mulai makan bersama. Makan makanan yang kami beli tadi sebelum tutup toko. Dan kami juga sharing makanan sambil mengobrol ringan.
TS : "Hallo tadi kita belum sempet kenalan. Namu kamu siapa tadi, aku lupa."
AA : "Ardinara Ayu kak."
TS : "Oh iya. Kenalin ya, aku Sonya, Ini Meydha, Silvia, dan itu Neni. Kita juga disini baru beberapa bulan."
AA : "Oh iya. Salam kenal semuanya ya. Semoga kalian bisa nerima aku dengan baik disini. Kita bisa kerjasama."
TS : "Iya. Oh iya, aku liat liat kamu kayaknya masih muda. Kamu umur berapa tahun sih?"
AA : "Saya masih 16 tahun kak."
TS : "Masa iya? Kok bisa kamu gak sekolah. Bukannya harusnya kamu SMA ya."
AA : Tertawa kecil. "Iya kak harusnya. Tapi saya gak lanjut sekolah. Orangtua saya gak punya biaya."
TS : "Oh begitu. Sayang banget ya padahal. Tapi ya udah, kamu yang sabar ya. Mungkin rezeki kamu lebih gede kalo kerja ya nara."
AA : "Amin makasih kak."
SETELAH obrolan singkat itu, aku dan yang lainnya semakin akrab. Begitu juga dengan karyawan laki laki yang lainnya, dari satu hari ke dua hari ke seminggu. Ke sebulan, sampai akhirnya tidak terasa aku sudah bekerja disana selama 4 tahun lamanya. Usiaku memasuki 19 tahun, tahun depan. Perjalanan hidup yang sungguh tidak aku sangka sebelumnya, aku bisa bertemu kembali dengann pria itu dimasa sekarang. Karena aku tidak terlalu mengurusi urusan cintaku, hingga membuat orang-orang beranggapan bahwa aku tidak laku sama pria. Dan lebih parahnya lagi mereka menuduhku lesbi gegara aku suka lebih banyak bergaul dengan wanita wanita. Padahal aku juga kan wanita, hanya saja tampilanku yang sedikit boyish membuat mereka sedikit overthinking padaku. Padahal aku tidak merasa boyish, tapi mereka menyebutku begitu. Gegara aku suka berpenampilan tak pakai makeup, rambut pendek, dan lebih sering memakai celana jeans dan kaos ataupun hoodie daripada dress ataupun baju yang bersifat wanita banget alias feminim. Bukan untuk dapat perhatian, namun aku lebih nyaman jika berpakaian seperti ini.
Dan perjalanan selama 4 tahun itu, bekerja di toko cici kim bun. Membuatku mengalami perubahan sikap, karakter dan kebiasaanku ke arah yang lebih baik. Dari yang tadinya malu tidak berani berbicara ke orang asing, ataupun orang baru kini lebih berani untuk menyapa duluan atau berbicara dengan orang asing. Karena aku diajarkan untuk selalu menyapa customer yang masuk ke toko, dan mempromosikan barang agar barang laku terjual. Karakterku yang penakut dan paranoid, kini telah terganti menjadi lebih berani dan tak memikirkan berlebihan sesuatu yang belum terjadi. Dan ya, tadinya kebiasaanku yang suka lelet dalam melakukan apapun kini bisa lebih cepat dan gesit dalam melakukan pekerjaan apapun karena dituntut harus selalu rapih, bersih dan tepat waktu ketika ditempat kerja.
Aku merasa sudah lebih dewasa sekarang. Bisa menghasilkan uang, memberi kiriman uang ke kampung ke orangtuaku, bisa beli barang hasil kerja sendiri, beli handphone, bisa jajan, bisa jalan-jalan, bisa beli baju dan yang terpenting bisa punya tabungan juga.
Dulu mungkin aku sempat marah pada ayah dan ibu, yang tidak mau mengusahakan aku untuk bisa lanjut sekolah. Tapi seiring berjalannya waktu, aku mulai ikhlas dan berusaha untuk mencoba memahami kondisi mereka saat itu dan senantiasa aku bersyukur dengan kehidupanku sekarang. Disaat orang lain tengah sibuk bersekolah, masih berkutat dengan pulpen dan buku dan masih dikasih uang oleh orangtua. Aku sudah bisa memberi orangtua, menghasilkan uang sendiri, dan tak bergantung lagi. Yah kadang hidup yang kita benci, tidak selalu buruk. Orangtua yang kita anggap jahat bukan berarti mereka gak mau mengusahakan anaknya untuk bisa sekolah. Namun keadaan yang mendesaklah yang membuat mereka terlihat jahat, aku sekarang sadar betul bahwa aku tidak bisa memaksa kepada orangtuaku saat itu. Karena mereka tengah krisis ekonomi, usaha mereka sepi dan pemasukan hanya cukup untuk makan saja. Jadi ya, untuk sekarang aku sudah ikhlas. Aku bertekad untuk menyekolahkan adikku saja, setidaknya jika aku tidak bisa bersekolah. Adikku bisa bersekolah setidaknya tamat SMA atau SMK.
Untungnya tempat kerjaku nyaman, orang orang disini baik.. Cici dan kokonya juga baik sekali. Sehingga aku betah bekerja disini, dan gajihnya cukup lumayan besar bagiku yang baru saja bisa menerima uang dan memegang uang lebih dari satu juta sendiri.
Dan pekerjaan inilah yang membawaku, ke kesuksesan yang lainnya. Dari karyawan biasa, kini aku pun bisa berjualan juga walaupun hanya sebatas di online shop saja. Namun ilmu yang kudapatkan disini, berguna untuk kemajuan kehidupanku. Karena bekerja disini aku bisa beli handphone dan memakainya dengan semaksimal mungkin. Menggunakan ponsel untuk berbisnis dan live streaming yang membuatku menjadi punya penghasilan sampingan diluar gajih pokokku.
Sungguh momen ini, adalah hal yang berharga bagiku. Karena, dari yang tidak tahu apa apa di tempat kerjalah aku mendapatkan ilmu, nasehat kehidupan dari para senior, dan ilmu berdagang dari bosku yang sama sekali tidak bosan mengajariku.