Kita mulai dengan pengenalan tokoh utama
Namanya Rafa.
Cowok baik, humoris, tapi punya satu masalah besar dalam hidupnya:
Mantan.
Lebih tepatnya… mantannya tiga sekaligus bersekolah di tempat yang sama dengannya.
Dan lebih parah lagi: mereka semua sekarang saling akrab.
Rafa sering bilang,
> “Kayak dunia ini bersekongkol biar aku inget masa lalu terus…”
---
Suatu siang, Rafa antre di kantin, lapar sampai membayangkan nasi goreng bisa ngomong.
Tiba-tiba…
> “Eh… Rafa?”
Rafa menoleh.
Di belakangnya, berdiri seorang cewek berambut ponytail yang sebelumnya tidak pernah ia lihat.
Namanya Mala, siswi pindahan.
Mala tersenyum canggung.
> “Boleh numpang tanya? Ini antrean barisan apa ya?”
Rafa refleks menjawab sok cool:
> “Ini barisan orang-orang galau. Tapi bisa juga buat beli ayam geprek.”
Mala ketawa.
Dan Rafa terpana.
Karena Mala bukan cuma lucu… tapi senyumnya bikin dunia seperti blur.
---
Setelah ngobrol cukup lama, Mala mengumpulkan keberaniannya.
> “Rafa… boleh minta nomor WA?”
Rafa langsung meleleh seperti es krim ditaruh di atas knalpot.
Tapi sebelum ia sempat menjawab…
BRAK!
Seseorang menepuk bahunya keras.
Itu mantan pertama, Alya.
> “Hai Rafa! Kok gak bilang kalau mau beli geprek bareng?”
Mala mengerjap bingung.
Lalu muncul mantan kedua, Celly, sambil membawa dua teh ais:
> “Raf, kamu tadi mau yang manis atau tanpa gula sih?”
Dan disusul mantan ketiga, Rara, muncul sambil ngos-ngosan:
> “Aku udah pesenin bakso kesukaan kamu ya!”
Rafa:
> “……….”
Mala yang baru kenal lima menit:
> “………..?!?!”
Ketiganya akhirnya menatap Mala.
Alya:
> “Kamu siapa?”
Celly:
> “Kenapa ngobrol sama Rafa?”
Rara:
> “Kamu juga suka bakso?”
Mala menatap Rafa seperti memohon penjelasan.
Rafa mengangkat tangan pasrah.
> “Ini… masa lalu saya.”
Mala:
> “TIGA?!”
---
Anehnya, Mala tidak langsung kabur.
Mungkin karena Rafa punya kemampuan membuat situasi absurd terasa lucu.
Hari demi hari, Mala malah makin dekat dengan Rafa.
Kadang mereka belajar bareng, kadang ngobrol sampai lupa waktu, kadang saling roasting:
> Rafa: “Mala, kamu tuh cantik…”
Mala: “Aku tahu. Lanjut?”
Rafa: “Tapi galaknya tuh… unlimited.”
Mala: “Oh.”
Tiap kali mereka bareng, selalu ada mantan yang lewat.
Alya selalu memandang tajam.
Celly pura-pura senyum tapi wajahnya kaku.
Rara paling absurd: dia selalu bertanya apakah Mala suka bakso.
---
Suatu sore, Rafa dan Mala duduk di taman sekolah.
Mala menggoyang kaki sambil menatapnya.
> “Rafa… boleh jujur?”
> “Boleh, tapi jangan kaget kalau aku jawab jujur juga.”
Mala tarik napas.
> “Aku… suka kamu.”
Rafa langsung tercengang.
> “Hah? Aku kira kamu males sama aku karena mantan-mantanku yang… seperti trio penjaga gerbang neraka.”
Mala ngakak.
> “Justru karena itu. Kamu bisa tetap jadi Rafa yang absurd meski hidupmu chaos.”
Rafa menghela napas lega.
> “Kalau gitu… aku juga suka kamu.”
Mala tersenyum lebar, tapi tiba-tiba tiga suara muncul dari belakang semak-semak.
> “KAMI DENGAR!”
Alya, Celly, dan Rara muncul seperti ninja gagal.
Rafa terpekik:
> “Kalian nguping?!”
Alya mengangguk.
Celly menggenggam minuman teh ais.
Rara mengacungkan mangkuk bakso.
> Celly: “Tapi… kami setuju kok. Mala lebih cocok sama kamu.”
Alya: “Iya. Semoga kamu lebih bahagia, Raf.”
Rara: “Mala, mau bakso?”
Mala tertawa dan menerima mangkuk bakso.
---
Rafa menghela napas dalam.
> “Aku lega. Mantanku akhirnya move on.”
Alya: “Kami move on dari kamu, bukan dari bakso.”
Celly: “Betul. Tapi beneran ya, jaga Mala baik-baik.”
Rara: “Betul. Kalau kamu nyakitin dia, aku lempar bakso.”
Rafa mengangguk takut-takut.
Dan Mala menggenggam tangan Rafa.
> “Tenang. Sekarang yang aku pilih… masa kini.”
Rafa tersenyum.
Mantan tetap bagian hidupnya,
tapi Mala adalah masa depannya.
Dan itu adalah kemenangan paling lucu, paling ribut, dan paling romantis yang pernah ia rasakan.