---
Senja itu hangat, cahaya matahari perlahan memudar di balik gedung tua kampus. Aira duduk di bangku taman, memegang secangkir teh hangat. Matanya menatap langit, tapi pikirannya jauh—pikirannya tentang Arfan.
Arfan, teman sekelasnya sejak SMA, selalu membuatnya tersenyum tanpa kata-kata panjang. Tapi sejak keduanya masuk kuliah berbeda kota, mereka jarang bertemu.
Tiba-tiba, seseorang duduk di bangku di sebelahnya. “Hei… kau masih duduk di sini?”
Aira menoleh. Arfan tersenyum, membawa secangkir teh hangat juga.
“Kau bawa teh juga? Sama seperti aku,” gumam Aira, malu-malu.
“Sepertinya ini kebiasaan lama kita, ya?” jawab Arfan. Matanya menatap Aira dengan lembut.
Aira tersenyum. Mereka duduk diam, menikmati teh dan senja bersama. Tidak perlu banyak kata, hanya ada kenyamanan yang terasa begitu nyata.
“Senja selalu indah kalau ditemani,” kata Arfan pelan.
Aira menunduk, menahan senyum. “Iya… tapi lebih indah kalau bersamamu.”
Arfan tersenyum, dan tanpa sadar, tangannya menyentuh tangan Aira perlahan. Detik itu terasa seperti waktu berhenti.
Senja itu berakhir, tetapi kehangatan di hati Aira tetap tinggal. Dan ia tahu, kadang hal kecil—secangkir teh, senja, dan seseorang yang peduli—bisa membuat hidup terasa lengkap.
---