---
Mira selalu menemukan jam tangan tua di meja belajarnya setiap pagi. Dia yakin ia sudah membereskan semuanya malam sebelumnya—tetapi jam itu selalu muncul lagi.
Awalnya, Mira pikir ia sedang mengantuk atau lupa menaruhnya di tempat lain. Namun semakin hari, rasa penasaran itu semakin besar.
Suatu sore, Mira duduk di meja belajar sambil menatap jam tangan itu. Tiba-tiba, jarum jam bergerak sendiri, berputar mundur dengan cepat, hingga berhenti tepat di pukul 7 malam.
“Ini… aneh,” gumamnya. Tiba-tiba terdengar suara halus dari arah kamar:
“Mira…”
Mira menoleh. Tidak ada siapa-siapa. Hanya jam tangan tua itu yang bergetar pelan.
“Siapa di sana?” tanyanya, suara bergetar.
Tidak ada jawaban, hanya cahaya lembut yang muncul dari layar jam. Secara perlahan, layar itu menampilkan foto seorang anak kecil… Mira sendiri, sedang tersenyum di halaman rumah neneknya.
Air mata Mira jatuh. Foto itu diambil bertahun-tahun lalu, ketika dia sangat bahagia, sebelum semua masalah datang: perceraian orang tua, pindah rumah, teman yang menjauh.
Suara itu muncul lagi, lebih jelas:
“Jangan takut, Mira. Ingatlah… kebahagiaanmu masih ada.”
Mira meraih jam tangan itu, seolah menggenggam tangan yang tak terlihat. Malam itu, untuk pertama kalinya setelah lama, hatinya terasa ringan.
Ia menyadari sesuatu: jam tangan tua itu bukan hanya benda biasa. Ia adalah pengingat… bahwa masa lalu yang indah tidak hilang, dan masa depan bisa tetap cerah asalkan dia berani tersenyum lagi.
Sejak saat itu, setiap Mira melihat jam tangan itu, ia selalu tersenyum—dan hidup terasa lebih hangat, meski dunia di sekelilingnya tidak selalu sempurna.
---