---
Rafi menemukan kotak kayu tua di loteng rumah kakeknya. Debu menempel di sekelilingnya, dan bau kayu lapuk menyeruak ketika ia membukanya. Di dalamnya ada beberapa benda: foto hitam-putih, jam saku yang berhenti, dan sekeping surat yang tampak rapuh.
Rafi membuka surat itu perlahan. Tulisan tangan di atasnya pudar, tetapi masih terbaca:
> “Jika kamu membaca ini, berarti waktumu sudah tiba.
Jangan takut. Hanya ikuti arah yang ditunjukkan jam saku ini.”
Rafi menatap jam saku itu. Jarum jam berhenti di angka 3, namun sesuatu terasa aneh—jarum itu bergerak sendiri, perlahan menujukan ke arah tangga loteng.
Dengan napas tertahan, Rafi mengikuti arah jarum. Tangga yang gelap itu tiba-tiba terasa panjang dan sunyi. Setiap langkah membuat debu beterbangan, tetapi ia tidak bisa mundur.
Di ujung tangga, ada sebuah pintu kecil. Rafi membuka pintu itu dan menemukan sebuah ruangan tersembunyi yang tidak pernah ia ketahui ada di rumah kakeknya. Di tengah ruangan, sebuah meja kayu dengan lilin yang menyala sendiri.
Di atas meja, ada sebuah kotak kecil lagi, berukir dengan simbol yang sama seperti jam saku. Rafi membuka kotak itu… dan menemukan foto dirinya sebagai bayi, bersama seseorang yang ia tidak pernah lihat.
Tiba-tiba, udara menjadi dingin, dan suara berbisik terdengar di telinganya:
“Rafi… ingatlah, masa lalumu bukan hanya cerita. Ini adalah kunci untuk masa depanmu.”
Rafi gemetar. Ia melihat sekeliling, tetapi ruangan itu kosong. Lilin menyala, foto tetap di tangannya, dan jam saku menunjuk ke angka 3 tepat di atas meja.
Sejak hari itu, Rafi selalu membawa kotak itu bersamanya. Setiap kali ia kebingungan atau takut mengambil keputusan, ia menatap foto itu… dan merasa seseorang, meski tak terlihat, selalu menuntunnya.
Masa lalu memang misterius, tetapi kadang, masa lalu justru menjadi penuntun terbaik bagi masa depan.
---