Kabut tebal menyelimuti pantai berpasir hitam. Anya menggigil, bukan hanya karena dingin, tapi juga karena firasat buruk yang mencengkeram hatinya. Di sampingnya, Liam dan Maya tampak sama bingungnya. Mereka bertiga terdampar di pulau ini setelah kapal pesiar yang mereka tumpangi karam diterjang badai.
"Di mana kita?" tanya Maya, suaranya bergetar.
Liam, yang selalu berusaha tenang, menjawab, "Tidak ada di peta. Radio juga tidak berfungsi. Kita benar-benar terisolasi."
Tiba-tiba, sebuah suara bergema dari dalam hutan. "Selamat datang, para tamu. Selamat datang di Pulau Tanpa Nama."
Anya, Liam, dan Maya saling pandang. Siapa yang berbicara? Dan mengapa mereka disebut "tamu"?
Seorang pria bertubuh tinggi dengan pakaian serba hitam muncul dari balik pepohonan. Wajahnya pucat, matanya tajam. "Saya adalah penjaga pulau ini. Kalian telah terpilih untuk mengikuti sebuah permainan."
"Permainan apa?" tanya Anya, curiga.
Pria itu tersenyum sinis. "Permainan bertahan hidup. Di pulau ini, hanya ada satu aturan: jangan mati. Hadiahnya? Kebebasan."
Liam maju selangkah. "Ini tidak masuk akal. Kami ingin kembali ke rumah."
"Itu tergantung pada kemampuan kalian. Pulau ini penuh dengan kejutan. Beberapa menyenangkan, banyak yang mematikan. Pilihlah dengan bijak." Pria itu menunjuk ke tiga arah yang berbeda. "Setiap jalan menawarkan tantangan yang berbeda. Pilihlah jalan kalian, dan semoga beruntung."
Setelah mengatakan itu, pria itu menghilang ke dalam hutan, meninggalkan Anya, Liam, dan Maya dalam kebingungan dan ketakutan.
"Apa yang harus kita lakukan?" tanya Maya, air mata mulai mengalir di pipinya.
Anya menarik napas dalam-dalam. "Kita harus tetap tenang. Kita akan bekerja sama dan mencari cara untuk keluar dari sini."
Liam mengangguk setuju. "Anya benar. Kita tidak bisa panik. Kita harus memilih jalan dan menghadapi apa pun yang ada di depan."
Mereka bertiga saling pandang, mencoba mencari kekuatan dalam persahabatan mereka. Tanpa mereka sadari, permainan maut telah dimulai. Pilihan mereka akan menentukan siapa yang selamat, dan siapa yang akan menjadi korban Pulau Tanpa Nama.