Cerita Panjang: Reinkarnasi Sang Bayangan — Sistem Dendam Abadi
> Genre: Sistem • Reinkarnasi • Dendam • Fantasi Gelap
Arven menarik napas panjang.
“Darian… aku datang.”
---
Ares membuka matanya dan mendapati dirinya terbaring di tengah hutan lebat. Udara terasa lebih segar, langit lebih biru, dan tubuhnya… berbeda. Lebih muda. Lebih kuat. Tidak ada lagi tubuh tua dari kehidupan sebelumnya. Yang tersisa hanya rasa dingin di dadanya—dendam yang belum dibayar.
“Jadi ini… dunia sebelum aku mati,” gumamnya. “Sistem, tampilkan statusku.”
[STATUS AWAL AKTIVASI]
Nama: Ares Valen
Usia: 17 tahun
Level: 1
Kelas: ??? (Terkunci)
Statistik: Sangat Rendah
Misi Utama: Balas dendam kepada mereka yang mengkhianatimu.
Ares mengepalkan tangan. “Kita mulai dari awal… tapi kali ini, aku yang mengatur permainan.”
Tiba-tiba semak di dekatnya bergerak. Seekor serigala hitam berukuran besar muncul, menggeram. Ares mundur selangkah, tetapi ketakutan itu berbeda kali ini—lebih terkendali. Ada suara dari Sistem.
[Misi Tambahan: Habisi Serigala Bayangan – Hadiah: +1 Level, Skill Dasar]
“Baik,” desis Ares. “Datanglah.”
Serigala menerkam. Ares berguling ke samping, menghindari gigi-gigi tajam itu. Tubuh barunya terasa ringan, responsnya lebih cepat. Ia meraih ranting tajam dan menusuk mata kanan serigala. Hewan itu mengeram kesakitan.
Ares memanfaatkan kesempatan itu. Ia menancapkan ranting tersebut ke tenggorokannya.
Serigala roboh.
[Misi Selesai] [Level Up!] [Skill Baru: Analisis Tempur Lv.1]
Ares merasa kekuatan mengalir dalam tubuhnya. Ia menatap langit dengan napas berat. “Satu musuh jatuh. Sekarang giliran manusia-manusia itu.”
Ia menatap ke arah utara—ke kota tempat para bangsawan itu tinggal. Tempat pengkhianatannya dimulai.
“Bersiaplah. Aku kembali.
Ares berjalan menembus hutan sambil memeriksa perubahan pada tubuh barunya. Otot-ototnya terasa lebih responsif, matanya dapat menangkap detail yang sebelumnya tidak pernah ia sadari. Bahkan hembusan angin yang melintas di kulit terasa lebih tajam.
Namun kekuatan ini belum cukup. Para bangsawan yang membunuhnya dulu bukanlah orang biasa. Mereka memiliki prajurit, artefak sihir, dan koneksi ke para penyihir kerajaan.
Ares menggeretakkan gigi. “Aku butuh lebih banyak kekuatan… banyak.”
Di tengah perjalanan, Sistem kembali berbunyi:
[Deteksi Energi Iblis Tingkat Rendah di Dekat Lokasi.] [Apakah host ingin menyelidiki?]
Ares tersenyum miring. “Tentu.”
Ia mengikuti arah penunjuk Sistem hingga tiba di sebuah lembah kecil. Di sana, asap ungu pekat berputar membentuk lingkaran samar. Dari dalamnya terdengar suara menggeram seperti ratusan makhluk.
“Ritual pemanggilan iblis…?” Ares memicingkan mata. “Siapa yang melakukan ini di area terlarang?”
Saat ia mendekat, tiga sosok berjubah hitam muncul dari balik pepohonan. Mereka mengenakan simbol berbentuk mata berdarah—simbol kultus terlarang yang sudah lama diburu kerajaan.
Ares menahan napas, bersembunyi di balik batu besar.
Salah satu anggota kultus itu berkata dengan suara serak, “Ritualnya gagal. Kita butuh korban hidup.”
Ares memejamkan mata. “Tentu saja.”
Seolah takdir, salah satu kultus itu melihat ke arahnya dan tersenyum licik. “Oh, sepertinya kita punya tamu.”
Ares melompat mundur, namun ketiga kultus itu langsung mengepungnya.
[Misi Darurat: Eliminasi Kultus Mata Berdarah] Hadiah: Skill Baru – ‘Pedang Bayangan’
“Skill pedang?” Ares mengepalkan tangan. “Baik, ayo coba.”
Tanpa peringatan, kultus pertama menyerang dengan belati hitam. Ares menghindar ke kanan dan memanfaatkan momentum itu untuk menendang lutut musuh. Bunyi retakan terdengar.
Kultus kedua menyiapkan mantra, tangan kirinya memancarkan cahaya ungu. Ares menunduk dan menyambar batu, melemparkannya tepat ke wajah penyihir itu. Mantranya pecah sebelum jadi.
Kultus ketiga melompat dari belakang, tapi Ares sudah mengantisipasinya.
[Aktivasi Skill Sementara – ‘Analisis Tempur Lv.1’] Gerakan musuh melambat dalam penglihatan Ares. Ia menendang tanah, memutar, dan menghantam leher kultus itu dengan siku.
Satu jatuh. Dua tersisa.
Kultus pertama mengerang sambil menarik belatinya lagi, tapi Ares bergerak lebih cepat. Ia meraih lengannya dan menekannya hingga patah. Musuh menjerit.
Yang tersisa hanya penyihir yang wajahnya masih berlumuran darah akibat lemparan batu.
Penyihir itu mundur panik. “Tunggu! Kita bisa ber—”
Ares menebas tenggorokannya menggunakan belati yang ia rebut. Tidak ada negosiasi. Tidak untuk pria seperti itu.
[Misi Selesai] [Skill Baru: Pedang Bayangan Lv.1]
Bayangan di sekitar Ares tampak bergetar sebelum berkumpul membentuk pedang hitam legam. Ares menatapnya dengan senyum tipis. “Ini baru awal.”
Namun sebelum ia pergi, ritual yang gagal tadi tiba-tiba aktif kembali. Lingkaran ritual menyala, dan dari dalamnya muncul sesosok gadis muda dengan rambut perak kusut, tubuh penuh luka, dan mata yang memancarkan ketakutan.
Ares terkejut. “Manusia?”
Gadis itu menatapnya, lalu jatuh pingsan.
[Peringatan: Entitas ini merupakan ‘Pemegang Kunci Waktu’. Sangat penting bagi alur masa depan host.]
Ares mematung. “Pemegang… Kunci Waktu?”
Sistem tidak menjawab lebih lanjut.
Ares menghela napas sambil mengangkat gadis itu ke punggungnya. “Baik. Sepertinya perjalanan balas dendamku punya komplikasi baru.”
Ia melangkah keluar dari lembah dengan pedang bayangan menempel di lengannya.
Di kejauhan, menara kota bangsawan mulai terlihat samar.
Ares tersenyum dingin.
“Bersiaplah. Perburuan dimulai.”
---
Kota Valendria berdiri megah dengan tembok batu putih dan bendera para bangsawan yang berkibar seolah dunia ini milik mereka. Ares berdiri di puncak bukit, memandang kota itu dengan mata yang dingin. Di punggungnya, gadis berambut perak—Pemegang Kunci Waktu—masih tak sadarkan diri.
Ia turun menuju permukiman pinggir kota dan menyewa kamar di sebuah penginapan tua. Di sana, ia memeriksa kondisi gadis itu. Luka-lukanya dalam, tapi bukan luka biasa—seperti bekas energi sihir tingkat tinggi.
Saat malam tiba, gadis itu terbangun. Ia menatap Ares dengan mata lemah namun penuh kewaspadaan.
“Siapa… siapa kamu?”
“Ares.”
Dia menggigit bibir. “Kenapa kau menyelamatkanku?”
Ares tidak menjawab langsung. “Sistem bilang kau penting. Dan aku tidak membiarkan kultus itu hidup.”
Gadis itu tertawa kecil meski suaranya bergetar. “Aku Lyra. Terima kasih… untuk sekarang.”
Ares menatapnya. “Apa itu Kunci Waktu?”
Wajah Lyra menegang. “Sesuatu yang bisa mengubah takdir… termasuk milikmu.”
Ares menegang. “Kau tahu siapa aku?”
Lyra perlahan mengangguk. “Orang yang mati, tapi dipaksa kembali. Waktu merasakan kehadiranmu.”
Ares terdiam. Sistem tidak membantah.
---
Dengan bantuan Lyra, Ares mulai menyusup ke kota. Ia mengumpulkan informasi, memetakan kekuatan para bangsawan, dan mencari siapa saja yang terlibat dalam kematiannya.
Daftar itu akhirnya lengkap.
1. Lord Varick, bangsawan tinggi yang memimpin pengkhianatan.
2. General Kavos, yang menusuk Ares dari belakang.
3. Penyihir Meridia, yang mengutuk tubuhnya hingga mati perlahan.
4. Prajurit bayaran bernama Draven, algojo yang memenggalnya.
Ares menatap daftar itu sambil merasakan sesuatu di dadanya—kemarahan yang selama ini menunggu untuk dilepaskan.
Lyra memandangnya. “Apa kau akan membunuh mereka semua?”
Ares menatapnya, tanpa keraguan. “Tidak ada satu pun yang akan kubiarkan hidup.”
Lyra menunduk. “Jika begitu… jalanku berakhir bersamamu.”
Ares terkejut, tapi Lyra belum menatapnya lagi.
---
Target pertama: Draven, algojo bayaran.
Ares menemukannya di bar bawah tanah, minum sambil tertawa keras. Pria kekar itu masih membawa pedang besar yang dulu digunakan untuk memenggal leher Ares.
Ares berjalan mendekat, mantelnya menutupi wajah.
“Draven.”
Pria itu menoleh. “Apa kau—”
Ares menebas pedang bayangan ke meja, memecahkannya menjadi dua. Bar langsung hening.
Draven bangkit dan mengangkat pedangnya. “Berani juga kau, bocah—”
Ares menghilang.
Dalam sekejap ia muncul di belakangnya, menancapkan pedang bayangan ke punggung Draven.
“A-Apa…?!”
Ares membisik, “Ini untuk kepalaku.”
Ia menarik pedang itu ke samping, memutuskan tulang belakang Draven.
Bar ketakutan, semua lari keluar seperti kawanan tikus. Lyra yang menunggu di luar melihat Ares keluar dengan darah di wajahnya.
“Kau mulai berubah…” gumamnya.
Ares tidak menjawab.
---
Meridia tinggal di menara tinggi dengan lingkaran sihir bercahaya di sekeliling puncaknya. Temboknya tertutup pertahanan magis.
Namun Ares tidak datang sendirian.
Lyra menggenggam tongkat kecil yang memancarkan cahaya biru. “Aku akan membuka jalannya. Tapi hanya sebentar.”
Ares mengangguk.
Saat pertahanan menara bergetar dan retakan muncul di udara, Ares melompat menembusnya.
Meridia muncul sambil membawa tongkat emasnya. “Murid gagal sepertimu masih berani kembali?”
Ares menegang. Ia ingat sekarang—Meridia adalah gurunya sebelum mengkhianatinya.
Ares mengangkat pedang bayangan. “Aku kembali untuk mengambil sesuatu.”
Meridia menertawakan. “Nyawamu yang baru?”
Pertarungan pun pecah.
Ares menebas cepat, tetapi Meridia bergerak seperti bayangan, melemparkan mantra demi mantra. Bola api, es, dan petir menghantam dinding seperti badai sihir.
Ares memanfaatkan Analisis Tempur Lv.2 (hasil latihan bersama Lyra) untuk membaca sihir Meridia.
Ares menendang dinding dan melompat ke arah Meridia.
Meridia mengangkat tongkat, tapi Ares memutar pedang bayangan, memotong tongkat itu menjadi dua.
“A-Apa?!”
Ares mendorongnya ke dinding dan menancapkan pedang ke dadanya.
“Kau membunuhku dengan kutukanmu. Ini balasannya.”
Meridia terjatuh, mata terbuka tanpa cahaya.
---
Kavos adalah prajurit legenda. Tubuhnya besar seperti beruang, dan pedangnya lebih panjang dari Ares. Ia berada di barak prajurit saat Ares menemukannya.
“Kaulah anak itu…” Kavos tersenyum bengis. “Yang kubunuh seperti seekor anjing.”
Ares tidak berbicara. Ia hanya mengaktifkan Pedang Bayangan Lv.3.
Pertarungan berlangsung brutal.
Kavos menyerang dengan kekuatan besar, menghancurkan lantai dan pilar. Ares bergerak cepat seperti bayangan, menghindar dan memotong sedikit demi sedikit armor Kavos.
Akhirnya Ares melompat ke bahunya dan menusuk tenggorokan sang jenderal.
Kavos tersungkur.
“Tidak mungkin…”
Ares membisik, “Ini baru permulaan.”
Tersisa satu target: Lord Varick.
---
Saat Ares dan Lyra menuju kastil Varick, Lyra berhenti tiba-tiba.
“Ares… setelah Varick mati, aku juga akan lenyap.”
Ares terkejut. “Kenapa?”
“Kunci Waktu ada untuk memperbaiki ketidakadilan. Tapi begitu takdirmu dipulihkan, aku tidak memiliki bentuk di dunia ini.”
Ares merasakan sesuatu yang belum pernah ia rasakan sejak hidup kembali—ketakutan kehilangan.
“Aku tidak ingin kau hilang.”
Lyra tersenyum lembut. “Ini adalah takdirku.”
Ares mengepalkan tangan. “Kalau begitu… aku akan mengubah takdir itu.”
---
Lord Varick menunggu di ruang takhta. Ia sudah menyiapkan pasukannya. Ratusan prajurit memenuhi aula.
Ares melangkah masuk, pedang bayangan berubah menjadi bentuk raksasa. Aura kematian menyelimuti ruangan.
Varick berdiri sambil tersenyum. “Kau kembali. Benar-benar seperti ramalan.”
Ares menatapnya dengan mata penuh kebencian. “Ini hari kematianmu.”
Pertarungan itu sangat hebat. Ares menggempur pasukan, Lyra melindunginya dengan sihir waktu, memperlambat serangan musuh. Pedang bayangan merobek baju zirah, darah berceceran di lantai.
Hingga akhirnya Ares berhadapan langsung dengan Varick.
Varick mengangkat pedang panjang dan memukul Ares hingga terjatuh. “Kau masih lemah!”
Ares berdiri lagi sambil tersenyum gelap. “Sistem.”
[Mode Fury Aktif – Pedang Bayangan Lv. Max]
Pedang bayangan menelan seluruh ruangan dalam aura hitam.
Ares menebas sekali.
Dan Varick terbelah dua.
---
Bab 10 – Akhir dan Awal Baru
Setelah Varick mati, tubuh Lyra mulai memudar perlahan.
Ares memeluknya. “Jangan pergi…”
Lyra tersenyum lembut. “Denganku atau tanpaku, kau sekarang bebas. Dendammu selesai.”
Air mata turun dari mata Ares—hal yang tidak ia alami sejak reinkarnasi.
“Aku… tidak ingin kehilangan satu-satunya orang yang mempercayaiku.”
Sistem tiba-tiba berbunyi:
[Prioritas Host: Pertahankan Entitas Kunci Waktu?] [Konfirmasi: YA / TIDAK]
Ares berteriak. “YA!”
Sistem bergetar, cahaya menyelimuti tubuh Lyra.
[Modifikasi Takdir Berhasil.] [Lyra Terikat Sebagai ‘Penjaga Waktu Host’.]
Lyra berhenti memudar. Mata peraknya membesar. “Ares… apa yang kau—”
Ares memeluknya lebih erat. “Kali ini, aku tidak kehilangan siapa pun.”
Lyra menutup matanya dan tersenyum. “Kalau begitu, mari kita lalui masa depan bersama…”
Dunia perlahan berubah—takdir diperbaiki.
Dan Ares, dengan kekuatan sistem dan Penjaga Waktunya, memulai era baru.
— Tamat —