Cerita Panjang: Reinkarnasi Sang Bayangan — Sistem Dendam Abadi
> Genre: Sistem • Reinkarnasi • Dendam • Fantasi Gelap
---
Bab 1 — Kematian yang Tidak Adil
Di tengah kota megah Azurath, berdirilah Akademi Tempur Elit yang melahirkan para prajurit kerajaan. Di sinilah Arven, remaja berusia 17 tahun, menghabiskan hidupnya sebagai murid kelas bawah—meski sebenarnya ia jauh lebih berbakat dari semua orang di akademi itu.
Namun hidupnya hancur pada hari pengkhianatan.
Arven dituduh mencuri artefak kerajaan—sebuah tuduhan yang ia tidak pernah lakukan. Semua bukti diarahkan padanya. Teman-teman dekatnya mengkhianatinya. Guru yang ia hormati memalingkan wajah.
Dan yang paling menusuk adalah kakak angkatnya, Darian, orang yang ia percaya seperti saudara sendiri.
"Kau memang sampah, Arven," kata Darian saat menancapkan pedang ke dadanya. “Dunia ini lebih baik tanpa dirimu.”
Darah Arven mengalir di lantai batu. Dunia mulai menghitam dari pinggir-pinggir pandangannya.
Saat napas terakhir mulai pergi, sebuah suara dingin terdengar dalam kegelapan.
> “Kematianmu tidak adil. Apakah kau menginginkan kesempatan kedua?”
Arven, dengan sisa kesadarannya, berbisik lemah,
“...Ya.”
> “Baik. Mulai sekarang, hidupmu bukan hanya milikmu. Kau akan menjadi pembawa dendam. Aku memberimu Sistem.”
Dunia runtuh. Gelap total.
---
Bab 2 — Lahir Kembali Sebagai Bayangan
Arven membuka mata.
Ia bukan lagi di akademi. Tidak ada luka di dada. Tidak ada darah. Ia berada dalam tubuh lain—lebih muda, lebih kecil, namun tubuh itu terasa penuh energi gelap yang belum pernah ia rasakan.
Ia melihat refleksi dirinya pada kolam kecil di hutan:
Rambut hitam pekat.
Mata merah redup seperti bara.
Bekas tanda kutukan di leher.
> [Selamat Datang, Host.] [Aktivasi Sistem: Dendam Abadi].
Suara itu menggema di dalam kepalanya.
Arven menggigit bibir. “Sistem? Jadi aku benar-benar… hidup lagi.”
> [Misi Utama Dibuka] • Balas dendam pada mereka yang mengkhianatimu. • Hancurkan Darian.
Arven mengepalkan tangan.
“Aku akan mengambil semuanya kembali. Bahkan jika aku harus menjadi monster sekalipun.”
---
Bab 3 — Kekuatan yang Tidak Seharusnya Dimiliki
Tubuh baru Arven memiliki sesuatu yang mengerikan: Kekuatan Bayangan Purba, kekuatan yang sudah hilang ribuan tahun.
> [Skill Didapat: Shadow Bind] [Skill Didapat: Dark Sense] [Skill Didapat: Soul Trace — kemampuan melacak jiwa orang yang pernah membunuhmu.]
Arven tertegun. “Melacak Darian… bahkan dari jauh?”
> [Benar.]
Arven tersenyum kecil—senyum paling dingin yang pernah ia rasakan.
“Bagus. Sangat bagus.”
Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia memiliki jalan balas dendam.
---
Bab 4 — Dunia yang Tidak Sama Lagi
Tiga tahun berlalu.
Arven tumbuh menjadi sosok misterius yang dikenal sebagai Bayangan Tanpa Nama, pemburu monster yang bekerja sendirian. Tidak ada yang tahu identitasnya, tidak ada yang berani mendekat.
Namun, suatu hari, ia bertemu seseorang yang mengubah ritme hidupnya.
Di hutan Gelmere, ia menemukan seorang gadis terluka.
Rambut putih perak. Mata biru pucat. Pakaian bangsawan yang robek.
Gadis itu berbisik lemah, “Tolong… jangan biarkan mereka menangkapku…”
Meski Arven ingin meninggalkannya, sistem berbunyi:
> [Quest Tambahan Dibuka] • Selamatkan Leina Valestine, pewaris terakhir keluarga penyegel Bayangan.
Arven mendengus. “Penyegel bayangan? Mereka musuhku.”
> [Jika ia mati, Sistem akan kehilangan keseimbangan. Ia harus hidup.]
Arven memutar mata. “Merepotkan.”
Tetapi ia tetap menggendong gadis itu.
Leina menggenggam bajunya, suaranya rapuh.
“…Terima kasih… siapa pun kamu…”
Arven merasakan sesuatu yang aneh di dadanya—sesuatu yang sudah lama tidak ia rasakan.
Itulah awal kekacauan baru.
---
Bab 5 — Luka di Balik Mata Leina
Beberapa minggu setelah Arven merawatnya, Leina mulai pulih. Ia lembut, mudah tersenyum, dan sangat berbeda dari siapa pun yang pernah Arven temui.
Namun di balik senyum itu… ada luka yang dalam.
Suatu malam, saat hujan turun lebat, Leina berkata tanpa menatapnya,
"Keluargaku… dibantai oleh Darian dan pasukannya. Mereka bilang keluarga kami menghalangi rencana kerajaan."
Nama itu membuat darah Arven membeku.
Darian.
Orang yang membunuhnya. Orang yang menghancurkan hidupnya.
“Kau bilang… Darian?” Arven bertanya, suaranya nyaris tidak terdengar.
Leina mengangguk. "Aku satu-satunya yang berhasil kabur… Tapi aku yakin dia masih mencariku."
Arven menggenggam meja begitu kuat hingga retak.
Sistem berdering keras.
> [Misi Utama: Balas Dendam] — Target Terkonfirmasi. [Hubungan Emosional Terlibat: Risiko meningkat.]
Arven menatap Leina lama.
Untuk pertama kalinya, target balas dendamnya dan gadis yang ia selamatkan terhubung oleh takdir yang sama.
---
Bab 6 — Ketika Dua Dendam Bertemu
Sejak malam itu, hubungan Arven dan Leina berubah.
Leina mulai mempercayainya. Arven mulai membiarkan dirinya peduli.
Mereka berlatih bersama. Memburu monster bersama. Makan bersama.
Kadang Leina tersenyum padanya tanpa alasan. Arven berpura-pura tidak peduli—padahal ia tahu ia mulai melemah.
Sistem memperingatkan:
> [Host, emosi dapat menghalangi misi balas dendam.]
Arven mengabaikannya.
Namun kebersamaan itu tidak bertahan lama.
Karena suatu pagi, sebuah tanda peringatan muncul di langit seluruh wilayah:
> Pengumuman Kerajaan! Buronan Darian Adhiyaksa sedang menuju wilayah ini!
Leina memucat. Arven tercekat.
Takdir membawa pemburu dan buruan ke tempat yang sama.
---
Bab 7 — Pertarungan Pertama
Di bukit berumput dekat desa kecil, Arven akhirnya melihat Darian.
Masih sama. Masih angkuh. Masih dengan mata yang meremehkan semua orang.
Yang berbeda hanya satu: Arven tidak lagi lemah.
“Sial… dia ada di sini,” gumam Leina, bersembunyi di balik pohon.
Darian menatap sekitar. “Keluar, pewaris Valestine! Aku tahu kau di sini!”
Arven maju selangkah.
“Yang kau cari adalah aku.”
Darian menatapnya. Mengernyit.
“Siapa kau?”
Arven tersenyum miring.
“Aku? Aku cuma seseorang yang pernah kau bunuh.”
Darian tertawa keras. “Banyak yang kubunuh, bocah.”
“Ya,” jawab Arven pelan, “tapi hanya satu yang kembali.”
Bayangan meledak di sekitar Arven. Darian mundur setengah langkah.
Sistem bergetar.
> [Mode Pertarungan Diaktifkan!] [Shadow Core: 72%] [Musuh Utama Terdeteksi]
Pertarungan pertama pun dimulai.
---
Bab 8 — Kebenaran yang Menyakitkan
Pertarungan itu brutal. Arven menghabiskan sebagian besar energinya. Darian juga terdesak, tetapi tidak tumbang.
Pada akhirnya, Darian mundur. Meninggalkan kalimat yang merobek hati Arven.
“Arven… kau pikir aku membunuhmu karena aku mau? Tidak. Itu perintah. Dari seseorang yang jauh lebih dekat darimu.”
Arven membeku. “Siapa?”
Darian tersenyum dingin. “Seseorang yang kau panggil keluarga.”
Arven tidak percaya.
Tetapi Darian melanjutkan:
“Carilah sendiri. Kau akan tahu siapa pengkhianat yang sebenarnya.”
Ia pergi.
Arven terjatuh berlutut, napasnya memburu.
Sistem berbunyi:
> [Informasi Baru Terdapat dalam ingatan Darian. Misi Tambahan Terbuka.]
Leina berlari ke arahnya, memeluknya erat.
“Arven! Kamu terluka!”
Namun Arven tidak menjawab.
Semua pikirannya kini hanya berisi satu hal:
Siapa keluarga yang mengkhianatinya?
---
Bab 9 — Bayangan Masa Lalu
Dalam pelarian dari pasukan kerajaan, Arven dan Leina bersembunyi di reruntuhan kuil kuno.
Pada malam itu, Arven akhirnya membuka masa lalunya pada Leina. Tentang kematiannya. Tentang pengkhianatan. Tentang reinkarnasi.
Leina menggenggam tangannya.
“Arven… kau tidak sendirian lagi.”
Arven tidak bicara. Namun genggaman itu membuat dadanya sesak.
Sistem kembali memperingatkan:
> [Host, ikatan emosional semakin kuat. Risiko misi semakin tinggi.]
Arven mencibir dalam hati.
Untuk pertama kalinya, ia bertanya pada dirinya sendiri:
Apakah balas dendam satu-satunya tujuan hidupku?
---
Bab 10 — Tanda Pengkhianatan
Setelah beberapa hari perjalanan, Arven dan Leina menemukan sesuatu yang tidak mereka sangka.
Di sebuah desa kecil, seorang nenek tua mengenali liontin Arven.
“Oh… kau anak dari keluarga Ravencourt, ya?”
Arven terkejut. “Keluarga… apa?”
Nenek itu menjelaskan bahwa keluarga Ravencourt dikenal sebagai keluarga bangsawan yang hilang 15 tahun lalu. Dikhianati. Dianggap mati dalam kebakaran.
Hanya satu orang yang selamat.
Seorang anak kecil…
Arven.
Namun yang lebih mencengangkan:
“Keluargamu dikhianati oleh salah satu anggota keluarga sendiri.”
Arven merasa tubuhnya membeku.
“Siapa?”
Nenek itu menatapnya dengan iba.
“Kakak angkatmu.”
Darian.
Arven terjatuh.
Leina memeluknya cepat, namun Arven menepisnya.
Air matanya jatuh—pertama kalinya sejak ia hidup kembali.
Sistem berbunyi keras:
> [Trauma Terdeteksi — Stabilitas Emosi Menurun]
Arven berteriak marah.
“Semua ini… karena dia.”
---
Bab 11 — Sumpah Darah
Hari itu, Arven bersumpah.
Di bawah bulan merah, ia mengukir namanya sendiri di tanah.
“Aku, Arven Ravencourt, bersumpah… akan menghancurkan Darian.”
Sistem merespons:
> [Sumpah Darah Diterima] [Skill Baru: Blood Oath Manifest]
Leina menyentuh punggungnya.
“Arven… kalau kau pergi sejauh ini, aku akan ikut bersamamu.”
Arven menatapnya.
“Kenapa?”
Leina tersenyum lembut.
“Karena aku tidak ingin kau tenggelam sendirian di kegelapanmu.”
Arven tidak tahu harus menjawab apa.
Namun sesuatu di dalamnya berubah.
Untuk pertama kalinya, dendamnya tidak hanya untuk dirinya. Tapi untuk gadis di sampingnya. Untuk keluarganya. Untuk masa lalunya.
Dan untuk masa depan.
---
Bab 12 — Perang yang Akan Datang
Kerajaan mulai bergerak. Darian mengumpulkan pasukan. Dan Arven… akhirnya menemukan siapa dirinya.
Pertarungan besar tidak bisa dihindari.
Leina berdiri di sebelahnya, menggenggam pedangnya.
“Arven… apa pun yang terjadi, aku di sini.”
Arven menatapnya lama.
“…Terima kasih, Leina.”
Sistem berbunyi untuk terakhir kalinya malam itu:
> [Host Siap Memasuki Jalur Akhir Misi Utama]
Arven menarik napas panjang.
“Darian… aku datang.”
---
Tamat Sementara — (Bisa Dilanjutkan)
Ini baru bagian pertama dari cerita